AGRIKAN.ID – Eksistensi PT Pegadaian sangat dirasakan manfaatnya oleh rakyat kecil. Sampai Juli 2024, jumlah nasabahnya lebih 25 juta, yang terdiri dari ibu rumah tangga, pelajar atau mahasiswa, wiraswasta, karyawan, profesional, petani, pegawai negeri sipil, nelayan, dan profesi lainnya.
Sejak berdiri 1 April 1901, PT Pegadaian tetap berkomitmen dengan tiga tujuan. Pertama, mencegah ijon, rentenir, dan pinjaman tidak wajar lainnya. Kedua, meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil. Ketiga, mendukung program pemerintah di bidang perekonomian dan pembangunan nasional.
Sebagai lembaga keuangan yang berfokus pada pembiayaan berbasis gadai dan nongadai, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menyediakan akses ke modal bagi masyarakat, termasuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), dengan proses cepat dan mudah. Melalui produk KCA (Kredit Cepat Aman) atau gadai, misalnya, masyarakat bisa mendapatkan pembiayaan untuk kebutuhan mendesak atau modal usaha.
UMKM merupakan fokus nasabah PT Pegadaian. Di masa pandemi Covid 19, anak usaha Grup BRI (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk) itu juga memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM bila cicilannya macet.
“PT Pegadaian memfasilitasi nasabah terdampak mengajukan restrukturisasi serta keringanan kewajiban,” tulis Eka Pebriansyah, Direktur Jaringan, Operasi, dan Penjualan PT Pegadaian. Misalnya mendapatkan masa penundaan pembayaran angsuran atau kewajiban, menghilangkan sebagian kewajiban, dan memperpanjang jangka waktu pinjaman sehingga nasabah lebih ringan.
Perlu diketahui, jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2023 mencapai sekitar 65,5 juta unit atau sekitar 99 persen dari total unit usaha nasional. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sekitar 61 persen. Sementara kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja nasional, menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mencapai 97 persen.
Dengan demikian, betapa besar peran UMKM sebagai motor penggerak perekonomian nasional.
Bayangkan, melalui program pemberdayaan UMKM, seperti yang konsisten dilakukan PT Pegadaian, diharapkan UMKM dapat menjadi pilar perekonomian nasional dalam menuju Indonesia Emas 2045.
Cara PT Pegadaian memberdayakan UMKM
Pemberdayaan, menurut KBBI, merupakan proses, cara, perbuatan memberdayakan (membuat berdaya). Berdaya berarti berkekuatan, berkemampuan, bertenaga. Pemberdayaan UMKM berarti cara membuat UMKM lebih berdaya dari segi legalitas, produk, pasar, keuangan, dan sebagainya.
Sudah lebih 123 tahun PT Pegadaian melakukan pemberdayaan terhadap UMKM. Perusahaan yang pada Semester I tahun 2024 membukukan aset sekitar Rp93,6 triliun, itu sudah berhasil membina ratusan ribu UMKM, yang terdiri dari nasabah mikro, agen, mitra binaan, dan masyarakat umum.
Sesuai dengan arahan Kementerian BUMN melalui Peraturan Menteri (Permen) Nomor 1 Tahun 2023, pemberdayaan yang dilakukan terdiri atas tiga, yaitu pembinaan, permodalan, dan pemasaran. Ketiga hal tersebut diharapkan dapat memperkuat kedudukan UMKM nasional.
Program pembinaan UMKM dimulai dari sertifikasi, legalitas, branding (aktivitas yang dilakukan untuk memperkuat dan mempertahankan merek atau brand), packaging (pengemasan produk), dan lain sebagainya. Program permodalan dapat diakses melalui promo dan produk PT Pegadaian.
Untuk program pemasaran, perusahaan yang pada Semester I tahun 2024 memetik laba bersih sekitar Rp2,9 triliun, itu mengikutkan UMKM-UMKM pilihan untuk pameran di dalam dan luar negeri.
Di dalam negeri, misalnya pameran Kriyanusa, Inacraft, Trade Expo Indonesia, dan Perkebunan Indonesia Expo (Bunex). Di luar negeri, misalnya pameran Vakantiebeurs di Belanda dan Indonesia Halal Expo di Brunei Darussalam.
Program GadePreneur
GadePreneur merupakan program pembinaan tahunan yang dilakukan PT Pegadaian terhadap UMKM. Melalui GadePreneur, perusahaan yang pada Semester I tahun 2024 beromzet sekitar Rp118,5 triliun, itu berhasil mengumpulkan 2.000 – 3.000 UMKM selama masa pendaftaran.
Total UMKM unggulan yang berhasil dibina melalui GadePreneur lebih 1.000 UMKM per tahun.
Selain itu, setiap tahunnya ada juga program-program pembinaan UMKM lainnya yang mendukung program GadePreneur seperti Beasiswa Wirausaha, Local Brand Go Online, Rebranding, Migranpreneur, dan Mix Academy, dengan total peserta lebih dari 7.000 UMKM yang mendaftar.
Local Brand Go Online dimaksudkan untuk mendukung brand (merek) lokal menuju pasar digital. Program rebranding (strategi untuk mengubah citra, identitas, atau posisi di pasar) daerah untuk membantu UMKM daerah mendapatkan pelayanan rebranding bagi merek masing-masing UMKM.
Migranpreneur adalah program melatih para pekerja migran Indonesia untuk menjadi afiliasi bagi UMKM lokal. Sementara Mix Academy yang berfokus pada kaum difabel, melatih mereka untuk dapat menjadi tenaga pemasaran, baik online (dalam jaringan/daring) maupun offline (nondaring).
Jangan heran, dengan melakukan pemberdayaan terhadap UMKM, PT Pegadaian mendapatkan sejumlah penghargaan. Misalnya stand terbaik pada kegiatan Bazar Hari UMKM Nasional di Palembang, 5-8 September 2024. Selain itu, BUMN tersebut juga berhasil mendapatkan The Best Media Expose pada Kegiatan Bazar BUMN untuk Indonesia di Sarinah, Jakarta, tahun 2023.
Kiat menilai UMKM naik kelas
Salah satu cara menilai UMKM naik kelas dapat dilihat dari peningkatan aset dan omzet (penjualan tahunan). Usaha mikro naik kelas menjadi usaha kecil, dan kemudian menjadi usaha menengah.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; usaha mikro itu beraset, tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, paling banyak Rp1 miliar, dan omzet maksimal Rp2 miliar.
Usaha kecil mempunyai aset, juga tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, lebih dari Rp1 miliar sampai maksimal Rp5 miliar, dan omzetnya lebih dari Rp2 miliar sampai paling banyak Rp15 miliar.
Usaha menengah mempunyai aset, juga tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, lebih dari Rp5 miliar sampai maksimal Rp10 miliar, dan omzet lebih dari Rp15 miliar sampai maksimal Rp50 miliar.
Tetapi kenaikan kelas UMKM dengan kriteria tersebut agak sulit karena rentang aset dan omzet di antara usaha mikro, kecil, dan menengah relatif besar. Untuk itulah diperlukan parameter yang lain.
Bank Indonesia menggunakan parameter UMKM digital (go digital), UMKM yang terhubung dengan akses keuangan formal, UMKM ekspor (go global), dan UMKM hijau (go green) sebagai indikator naik kelas. Jika UMKM sudah meraih salah satu parameter tersebut, maka dinilai sudah naik kelas.
Sementara Pemerintah Daerah menggunakan indikator produktivitas, akses permodalan, intervensi pemerintah, lingkungan usaha yang berkelanjutan (ekonomi hijau), dan melestarikan kearifan lokal.
Jadi, kiat menilai UMKM naik kelas dapat menggunakan aset dan omzet berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 2021, atau parameter versi Bank Indonesia, atau indikator yang dibuat Pemerintah Daerah.
Sebagai contoh, jika UMKM sudah mampu mengakses modal usaha dari sumber yang formal, seperti dari PT Pegadaian, maka UMKM tersebut dinilai sudah naik kelas. Begitu juga, misalnya, jika UMKM sudah berhasil memasarkan produk-produknya sampai di luar negeri, maka dinilai sudah naik kelas.
Kisah Cokelatin Signature
Cokelatin Signature merupakan salah satu UMKM yang mendapatkan program pemberdayaan dari PT Pegadaian. UMKM yang dikembangkan pasangan Irena dan Nugroho Surosoputra sejak 14 Mei 2016 itu berlokasi di Ruko Griya Permata, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.
Sebagai seorang pegiat Event Ogranizer (EO), Irena Surosoputra, doyan minum kopi. Dalam sehari, bisa menyeruput 4-5 gelas. Sebagai suami, Nugroho Surosoputra, menyarankan kepada istrinya itu tidak lagi minum kopi. Sebab, terlalu banyak minum kopi kurang baik bagi kesehatan.
Setelah melalui riset otodidak selama delapan bulan, Irena menemukan formulasi minuman yang diseduh dari bubuk cokelat murni premium. Kalau kopi mengandung kafein, yang bisa memberikan efek adiktif, sementara itu cokelat bisa memberikan efek relaksasi.
Karena keluarga dan teman-temannya menyukai formulasi bubuk minuman cokelat itu, akhirnya pasangan suami istri itu mengembangkan bisnis bubuk minuman cokelat merek Cokelatin Signature.
Yaitu minuman cokelat premium yang terbuat dari cokelat murni tanpa tambahan rasa, pemanis buatan, atau bahan pengawet sehingga memberikan rasa cokelat yang alami dan aroma yang kuat.
Cokelatin Signature menggunakan bubuk cokelat dari biji kakao yang diolah secara fermentasi sehingga bisa membentuk cita rasa khas cokelat serta bisa mengurangi rasa pahit dan sepat. Kandungan cocoa butter (lemak kakao) pada bubuk cokelatnya relatif tinggi, setidaknya 22 persen.
Untuk mendapatkan biji kakao berkualitas sebagai bahan baku bubuk cokelat, Cokelatin bermitra dengan petani kakao di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Kemudian untuk mengolah biji kakao tersebut menjadi bubuk cokelat yang bermutu, Cokelatin bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), PT Riset Perkebunan Nusantara, BUMN, di Jember, Jawa Timur.
Varian produk bubuk minuman cokelat yang dipasarkan Cokelatin Signature adalah Java Criollo, Dark Choco, Creamy Latte, dan Sweet Classic. Java Criollo dari bubuk kakao Criollo blend asal Jember. Dark Choco, Creamy Latte, dan Sweet Classic dari bubuk kakao single origin asal Luwu, Sulawesi Selatan.
Cokelatin berkembang, petani kakao bahagia
Keberhasilan mengembangkan bisnis Cokelatin Signature, tidak hanya dinikmati pemilik, tetapi juga tujuh karyawan tenaga produksi, administrasi, dan pengepak di Cipondoh, Kota Tangerang. “Mereka orang-orang yang di sekitar sini,” kata Irena kepada AGRIKAN.ID, Senin, 16 September 2024.
Di samping itu, menurut Nugroho, dinikmati juga oleh 70 petani mitra Cokelatin yang tergabung dalam beberapa kelompok tani (poktan) di Jember, Jawa Timur, dan Luwu, Sulawesi Selatan. Petani mitra di Luwu membudidayakan kakao varietas Trinitario, sedangkan di Jember varietas Criollo.
“Kami membeli kakao petani dengan harga pasar. Kadang-kadang lebih tinggi dari harga pasar,” kata Irena. Dengan berkembangnya bisnis Cokelatin Signature, petani kakao di desa juga merasa bahagia.
Pada tahun 2024, diperkirakan omzet Cokelatin Signature, menurut Nugroho, bisa mencapai Rp2,5 miliar. Jika sebelumnya masih tergolong usaha mikro, tahun ini bisa naik kelas menjadi usaha kecil.
“Dukungan pemerintah dan BUMN sangat membantu kami dalam mengembangkan Cokelatin,” kata Irena. Misalnya, berkat masuk program GadePreneur, Cokelatin bisa mengikuti pameran Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) 12–14 September 2024 di ICE BSD, Tangerang, yang dibiayai PT Pegadaian.
“Dengan mengikuti pameran, kami semakin dikenal dan penjualan meningkat,” kata Irena. Begitu juga dukungan go digital melalui marketplace di Tokopedia, Shopee, Blibli, dan platform PaDi UMKM. PaDi UMKM merupakan marketplace B2B (business to business) untuk UMKM Indonesia.
Dukungan pemerintah dan BUMN dalam memberdayakan UMKM, manfaatnya jangan hanya dilihat dari UMKM itu sendiri, tetapi juga rantai pasoknya. Dengan mendukung pengembangan Cokelatin, misalnya, bukan hanya pemilik dan karyawan yang memperoleh manfaat, tetapi juga petani mitra.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com
Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel