SuperSUN PLN mendukung swasembada pangan berkelanjutan
Ilustrasi. Tanaman padi di sawah.

AGRIKAN.ID – Petani patut berbangga. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berhasil berjuang menambah volume pupuk subsidi tahun 2024, dari semula 4,72 juta ton menjadi 9,55 juta ton.

Keputusan penambahan anggaran pupuk subsidi dari semula Rp28 triliun menjadi Rp54 triliun tersebut sudah resmi tertuang di dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No. S-297/MK.02.2024.

Tambahan anggaran pupuk subsidi tersebut merupakan tindak lanjut dari serangkaian pertemuan terbatas Presiden Jokowi dengan para menterinya.

“Kabar baik ini ditunggu-tunggu petani Indonesia karena ini bagian dari tonggak sejarah kembali ya kebutuhan petani, yaitu pupuk,” ujar Amran dalam keterangannya, dikutip Jumat, 29 Maret 2024.

Lihat juga: Usaha tani kontrak berkeadilan

“Kami berterima kasih kepada Bapak Presiden karena hari ini (28 Maret 2024) saya sudah tanda tangan surat penambahan volume pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,55 juta ton,” katanya usai meninjau penanaman padi di Desa Papalang, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis, 28 Maret 2024.

Alokasi pupuk subsidi tersebut meliputi pupuk kimia (urea dan NPK) dan organik untuk sembilan komoditas, yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi, dan kakao.

Amran berharap petani segera mempercepat masa tanam seiring dengan kepastian penambahan pupuk subsidi sehingga bisa meningkatkan produksi pangan, termasuk padi (beras) di dalam negeri.

Penambahan pupuk subsidi, kado istimewa bagi petani

Yadi Sofyan Noor, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, mengapresiasi upaya Kementerian Pertanian menambah alokasi pupuk subsidi 2024.

“Luar biasa, perjuangan Pak Menteri betul-betul konkret terhadap nasib petani dan upaya meningkatkan produksi (pangan) dalam negeri,” kata Yadi.

“Saya sampaikan terimakasih kepada Bapak Menteri,” tambahnya, Jumat, 29 Maret 2024, sebagaimana dikutip infopublik.id.

Penambahan pupuk subsidi 2024 ini merupakan kado istimewa bagi petani Indonesia menjelang musim tanam 2 (MT II).

Musim tanam 2 atau biasa disebut musim gadu atau musim kemarau 1 (MK 1) padi berlangsung pada April sampai Juli dan panen pada Juli sampai Oktober pada umur sekitar 120 hari sejak semai.

Lihat juga: 3 Fase pertumbuhan tanaman padi

Untuk mendukung kebijakan tersebut, Yadi segera berkoordinasi dengan para petani di seluruh daerah.

“Segera kami akan koordinasi dengan para poktan (kelompok tani) agar menyiapkan lahan pertanamannya untuk produksi 2024,” kata Yadi.

Sutarto Alimoeso, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), juga mengapresiasi keberhasilan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memperjuangkan penambahan alokasi pupuk subsidi 2024.

“Dengan tambahan pupuk subsidi ini maka jumlah pupuk bisa bertambah sehingga petani bisa menggunakan pupuk sesuai rekomendasi atau kebutuhan tanaman,” kata Sutarto, sebagaimana dikutip bbpsip.bsip.pertanian.go.id.

Lihat juga: 8 Manfaat pupuk Silika untuk tanaman padi

Amran meminta kepada Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan kepala daerah bisa memperkuat pengawasan distribusi pupuk di daerah melalui distributor hingga kios-kios pengeceran.

“Kami titip kios-kios dan distributor (pupuk subsidi) agar tidak melakukan kecurangan. Bagi yang nakal, langsung cabut saja izinnya,” tutur Amran sebagaimana dikutip ekonomi.bisnis.com.

Pupuk subsidi dan target produksi beras

Pada tahun 2024 ini pemerintah menargetkan produksi beras sekitar 35 juta ton setara gabah kering giling (GKG) 54,67 juta ton.

Di sini menggunakan angka rendemen penggilingan atau angka konversi GKG menjadi beras sekitar 64,02%, sesuai dengan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018.

Menurut BPS, potensi produksi beras Januari – April 2024 sekitar 10,7 juta ton atau setara 16,51 juta ton GKG.

Jadi, pada Januari – April 2024 ini baru memberikan kontribusi produksi beras sekitar 30,57% dari target produksi 35 juta ton.

Untuk mengejar target tersebut, maka produksi beras pada periode Mei – Desember 2024 mesti mencapai sekitar 24,3 juta ton atau 69,43% dari target.

Jika memperhatikan pola produksi Mei – Desember, biasanya kontribusinya terhadap total produksi beras sekitar 56% – 58%.

Lihat juga: Aplikasi pupuk Dolomit untuk tanaman padi

Tentu pemerintah dan petani berupaya keras mencapai produksi beras 24,3 juta ton atau setara 37,96 juta ton GKG pada periode Mei – Desember 2024.

Salah satu upaya pemerintah adalah menambah pupuk subsidi sehingga petani termotivasi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi atau beras.

Sebagimana kita ketahui, secara normal kebutuhan pupuk urea sekitar 200 kg per hektar per musim tanam dan NPK 300 kg per hektare per musim tanam.

Jika menggunakan pupuk komersial, yang harganya sekitar Rp7.000 per kg, maka petani akan mengeluarkan dana pupuk Rp3,5 juta per hektar per musim tanam.

Ditambah biaya dua tenaga pemupukan untuk dua kali aplikasi sekitar Rp600.000, maka total biaya pemupukan dengan pupuk komersial sekitar Rp4,1 juta.

Jika menggunakan pupuk subsidi dengan harga Rp1.800 per kg, maka dana pupuk Rp900.000.

Lihat juga: Dengan impor, persediaan beras aman

Ditambah biaya dua tenaga pemupukan untuk dua aplikasi, maka total biaya pemupukan dengan pupuk subsidi menjadi sekitar Rp1,5 juta per hektar per musim tanam.

Dengan menggunakan pupuk subsidi, petani bisa menghemat biaya pemupukan sekitar 63,42%.

Itulah sebabnya mengapa petani sangat mendambakan ketersediaan dan kecukupan pupuk subsidi.

Luas lahan baku sawah dan Indeks Pertanaman

Luas lahan baku sawah nasional sekitar 7,46 juta hektare, yang terdiri atas sawah irigasi 4,11 juta hektare atau 55,11% dan sawah tadah hujan 3,35 juta hektare atau 44,89%.

Lahan sawah irigasi terdiri atas lahan nonrawa sekitar 3,67 juta hektare dan rawa (pasang surut dan lebak) 0,45 juta hektare.

Sementara lahan sawah tadah hujan terdiri atas lahan nonrawa sekitar 2,23 juta hektare dan rawa (pasang surut dan lebak) 1,12 juta hektare.

Pada tahun 2023, dengan luas panen sekitar 10,21 juta hektare dan diasumsikan risiko gagal panen 2%, maka luas tanam padi 10,41 juta hektare.

Dari luas tanam padi dan lahan baku sawah tersebut diperoleh Indeks Pertanaman (IP) 1,4. Artinya, dalam satu tahun lahan baku sawah ditanam padi 1,4 kali musim tanam.

Bagaimana produktivitas? Pada tahun 2023, produktivitas padi sekitar 5,29 ton gabah kering giling (GKG) setara 3,05 ton beras per hektare.

Nah, untuk mengejar target produksi padi (beras) tahun 2024, bisa dengan cara meningkatkan IP, meningkatkan produktivitas, atau meningkatkan keduanya secara bersamaan.

Lihat juga: Cara penggunaan Boom Flower untuk tanaman padi

Salah satu cara meningkatkan produktivitas adalah menggunakan pupuk, baik pupuk subsidi maupun nonsubsidi. Untuk menekan biaya produksi, banyak petani memilih menggunakan pupuk subsidi.

Bagaimana meningkatkan IP? Selain dukungan pupuk subsidi, petani termotivasi menanam padi jika harga gabah menguntungkan petani.

Menurut Wartijah, petani padi di Indramayu, biaya produksi padi tahun 2024 ini sekitar Rp40 juta per hektare per musim tanam.

Dengan asumsi produktivitas 7,5 ton gabah kering panen (GKP) setara 6,25 ton GKG per hektare, agar petani bisa memetik keuntungan, menurut Wartijah, harga GKP sekitar Rp7.000 per kg.

Dengan harga GKP tersebut, maka harga beras medium di masyarakat sekitar Rp14.500 per kg dan beras premium Rp15.000 per kg.

Mungkinkan terbentuk harga keseimbangan baru beras sehingga petani dan masyarakat sama-sama nyaman?

Syatrya Utama | Email: konten.agrikan@gmail.com

Referensi:

  1. Mulyani, Anny dkk. 2022. Analisis Kapasitas Produksi Lahan Sawah untuk Ketahanan Pangan Nasional Menjelang Tahun 2045. Jurnal Sumber Daya Lahan Vol 16 No. 1, Juli 2022: 30-50.
  2. https://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/840279/ktna-apresiasi-kementan-tambah-alokasi-pupuk-bersubsidi.
  3. https://bbpsip.bsip.pertanian.go.id/berita/perpadi-puji-gebrakan-mentan-amran-penambahan-alokasi-pupuk-adalah-prestasi-luar-biasa.