Program Peremajaan Sawit Rakyat PalmCo
Ilustrasi. Perkebunan kelapa sawit.

AGRIKAN.ID – Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang dilakukan PalmCo, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan pola kemitraan, berhasil mencapai produktivitas sawit di atas standar nasional. Dengan demikian, bisa meningkatkan kesejahteraan petani plasma peserta program PSR.

Hal tersebut diceritakan Sori P. Ritonga, Kepala Divisi Plasma dan PSR PalmCo, dalam seminar yang diselenggarakan Poetra Nusantara Intitute (PNI) di Auditorium Kementerian Koperasi UKM, Jakarta, Sabtu, 25 Mei 2024, dengan tema, Masa Depan Petani Sawit Mandiri, Tantangan dan Terobosan.

Misalnya petani sawit yang tergabung di KUD (Koperasi Unit Desa) Makarti Jaya di Desa Kumain, Kecamatan Tandun, Rokan Hulu (Rohul), Riau. Tahun tanam sawitnya 2019 seluas 627 hektare.

Pada tahun 2022 pada saat belajar panen, produktivitas realnya 7,90 ton TBS (tandan buah segar) per hektare. Padahal standar Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), produsen bibit sawit, di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), unit usaha PalmCo, hanya 4,0 ton TBS per hektare per tahun.

Lihat juga: Penguatan petani sawit rakyat berbasis data

Pada saat belajar panen tadi baru pada umur TBM3 (tanaman belum menghasilkan pada umur 3 tahun). Nah, pada saat TM1 (tanaman menghasilkan tahun pertama atau setelah TBM3), dalam hal ini 2023, produktivitasnya 18,05 ton TBS per hektare. Padahal, standar PPKS 12,00 ton TBS per hektare.

Pada TM2, dalam hal ini 2024, diestimasi produktivitasnya sekitar 18,50 ton TBS, sementara standar PPKS 15,0 ton TBS. Di sini produktivitas realnya 23,33% di atas standar PPKS.

Selain di KUD Makarti Jaya, Sori juga menceritakan PSR di 7 KUD lain, masih di Riau. Luas tanam PSR, yang dimulai tahun 2020 dan 2021, sekitar 2.613 hektare. Pada saat belajar panen, produktivitas realnya rata-rata 4,62 ton TBS per hektare per tahun. Padahal targetnya rata-rata 3,84 ton TBS.

Yang menarik, sekitar 60% dari TBM3 sudah memasuki percepatan panen pada umur 30 bulan. Padahal, biasanya belajar panen dimulai saat umur tanaman sawit sekitar 36 bulan (3 tahun).

Menanam bibit sawit bersertifikat

Pada program PSR ini, PalmCo menggunakan bibit yang diproduksi PPKS, yang terkenal sebagai penyedia benih sawit nasional dan juga merupakan sumber bibit bagi PalmCo. Tentu saja bibit sawit yang dihasilkan PPKS bagus. Sebaiknya petani sawit, plasma atau mandiri, menggunakan bibit PPKS.

Perlu diketahui, untuk memperbanyak produksi bibit, biasanya penangkar menanam benih sawit bermutu. Meski penangkar bibit itu sudah bersertifikat, tetapi bibit yang dihasilkannya, jika untuk dikomersialkan, tetap perlu mendapat sertifikasi dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).

Lihat juga: Areal sawit rakyat, negara, dan swasta

“Penangkarnya bisa bersertifikat. Yang saya sebut sertifikasi, adalah sertifikasi benih yang dibeli perusahaan. Itu kalau untuk kemitraan atau untuk komersial, disertifikasi lagi oleh Disbun (Dinas Perkebunan) Provinsi atau BPSB. Jadi clean dan clear bibit yang disalurkan ke petani,” jelas Sori.

Bayangkan, jika petani menanam bibit yang kurang baik seperti yang dialami petani mandiri (swadaya) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Menurut Willy Lesmana Putra, Direktur Eksekutif PNI, pendamping petani di sana, sawit petani mulai belajar panen pada umur 4-5 tahun.

Selain lambat mulai belajar panen, produktivitas sawitnya pun relatif rendah. Padahal, satu siklus produksi tanaman sawit itu 25 tahun. Bayangkan jika petani menanam bibit sawit asal-asalan. Selama TM, katakanlah 20 tahun, hasil panen yang diterima petani bisa lebih rendah dari standar.

Peremajaan Sawit Rakyat dengan pola single management

Untuk menggaet kepercayaan dari lembaga pekebun, petani, atau masyarakat, PalmCo menerapkan empat prinsip kesetaraan kemitraan.

Pertama, transparansi. “Transparansi dalam proses bisnis maupun pengelolaan keuangan,” kata Sori.

Dana yang disediakan BPDKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) untuk program PSR, sepenuhnya dikelola KUD.

“Kita hanya mendampingi saja dan tidak meminta sepeser pun dari dana tersebut. KUD-lah yang bertanggung jawab penuh dalam mengelola dana tersebut. Tetapi kita ajari transparansi,” kata Sori.

Kedua, jaminan produktivitas. “Dengan adanya pendampingan, bahwa produksi belajar panen dari TBM3 atau TM1, hasilnya sesuai target nasional,” katanya.

Lihat juga: Neraca industri sawit Indonesia

Di sinilah perlunya penerapan pola single manegement PSR dan perkebunan kelapa sawit. “Single management itu kita mendampingi teknis, mulai dari awal sampai tanaman menghasilkan dan kita menggaransi avalis produksi sesuai standar PPKS, dari umur 3 tahun sampai 25 tahun,” kata Sori.

Sebagai avalis produksi, “Kalau nanti hasil panennya tidak sesuai standar, kita yang membayari kekurangannya,” kata Sori. “Kuncinya (PamCo) dengan petani sama-sama transparan,” tambahnya.

Untuk itu diperlukan juga prinsip ketiga, pemberdayaan petani. “Kuncinya di pemberdayaan. Kita ikutkan petani atau pengurus (KUD) untuk terlibat dalam proses replanting (peremajaan),” kata Sori.

“Saya ikutkan mereka bekerja. Jadi mereka ikut menanam, memelihara, nanti juga ikut merawat dari sisi gulma, hama, penyakit, dan sebagainya sehingga nanti mereka punya penghasilan,” kata Sori.

Prinsip keempat, keberlanjutan. “Kita mendampingi petani perlu ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), perlu RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) untuk mengantisipasi tantangan ke depan. Kita mendampingi dari awal bagaimana proses ISPO lalu RSPO dapat kita laksanakan,” katanya.

Tetapi ada juga petani yang tidak ikut pola single management, mereka tetap mandiri. PalmCo bisa membeli TBS mereka dengan harga sesuai standar mutu. “Kami off-taker (pembeli siaga),” kata Sori.

Mengenal PalmCo

PalmCo (dengan induk PT Perkebunan Nusantara IV atau PTPN4), merupakan anak usaha PTPN Holding Company (PTPN HoldCo). PalmCo merupakan gabungan PTPN3, PTPN4, PTPN5, PTPN6, dan PTPN 13. Luas areal PalmCo tertanam sawit sekitar 414.201 hektare dan nonsawit 42.658 hektare.

Bareng dengan PalmCo, yang dibentuk 1 Desember 2023, terbentuk pula SupportingCo (dengan induk PTPN1) dari gabungan PTPN1, PTPN2, PTPN7, PTPN8, PTPN9, PTPN10, PTPN11, PTPN 12, dan PTPN 14. Luas areal SupportingCo tertanam sawit 149.106 hektare dan nonsawit 183.467 hektare.

Pembentukan PalmCo dan SupportingCo menyusul pembentukan PTPN HoldCo dan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), yang membawahi 36 pabrik gula (PG), pada tahun 2021. Jadi, sampai dengan 1 Desember 2023, PTPN HoldCo mempunyai tiga anak usaha, yaitu PalmCo, SupportingCo, dan SGN.

Lihat juga: PT Sinergi Gula Nusantara dan gula konsumsi

Pada pertengahan April 2024, PalmCo mengadakan kerjasama operasi (KSO) dengan SupportingCo. Dengan KSO ini, PalmCo mengelola luas areal tertanam sawit SupportingCo 149.106 hektare sehingga total luas areal tertanam sawit yang dikelola PalmCo menjadi 563.207 hektare.

Jika nanti 42.658 hektare areal yang tertanam nonsawit dikonversi menjadi tanaman sawit, maka total luas areal tertanam sawit yang dikelola PalmCo 605.865 hektare. “Dari segi luas lahan, PalmCo menjadi salah satu perusahaan sawit terbesar di dunia,” kata Sori.

Ditambah KSO tadi, PalmCo mengelola 75 pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 3.215 ton TBS per jam. Dengan kapasitas itu, PalmCo siap menjadi pembeli siaga TBS petani sawit mandiri (swadaya).

Perlu diketahui, salah satu keunggulan PalmCo, lokasinya di sentra-sentra petani sawit plasma. Hal tersebut sejalan dengan tugas pemerintah tahun 1980an yang membangun petani plasma dengan dukungan PTPN. “Plasma itu berasal dari penugasan pemerintah pada tahun 1980an,” kata Sori.

Jangan heran jika kemudian PamCo banyak melakukan program PSR untuk petani plasma. Dengan produktivitas sawit dari PSR di atas standar nasional, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, terutama plasma. “Insyaallah, PSR dapat meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Sori.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel

Referensi:

  1. PalmCo. 2024. Peran BUMN PalmCo dalam Membangun Terobosan Kemitraan Mutualistis Petani Sawit Mandiri. Bahan presentasi seminar, Masa Depan Petani Sawit Mandiri, Tantangan dan Terobosan, Sabtu, 25 Mei 2024, di Jakarta.
  2. PT Sinergi Gula Nusantara. 2024. Strategi BUMN Mendukung Implementasi Perpres 40 Tahun 2023. Bahan presentasi seminar, yang diadakan IPB University, Rabu, 29 Mei 2024, di Jakarta.
  3. https://mediacenter.riau.go.id/read/74471/gubri-panen-perdana-sawit-plasma-kud-makarti-.html.