produk kayu rekayasa untuk konstruksi bangunan
(Dari kiri ke kanan) MC (pembawa acara), Jasmine Osinski, Sufiani Tanjung (moderator), Naresworo Nugroho, Pipiet Larasatie, Gijs van Seggelen, dan Jeshua Benjamin Sadeli.

AGRIKAN.IDMass timber, salah satu jenis produk kayu rekayasa, mulai banyak digunakan untuk bahan konstruksi bangunan modern dan bertingkat sebagai pengganti baja dan beton (konkrit).

Misalnya di Ascent MKE Building, gedung bertingkat 25 lantai, di Wisconsin, Amerika Serikat, yang diresmikan tahun 2022, dikonstruksi dengan mass timber.

Sebelumnya, Student Dormitory di University of British Columbia, Vancouver, Kanada, dengan 18 lantai, juga menggunakan konstruksi mass timber.

“Sumitomo Forestry ancang-ancang untuk bangun mass timber construction di Tokyo, Jepang, sampai 70 lantai. Kita wait and see,” kata Pipiet Larasatie, Asisten Profesor Pemasaran Hasil Hutan di University of Arkansas di Monticello, Amerika Serikat.

Hal itu disampaikan doktor Pemasaran/Bisnis Hasil Hutan lulusan Oregon State University, Amerika Serikat, itu dalam seminar Modern Wood is Good di @america, Pacific Place Mall, Jakarta, Kamis, 25 Juli 2024, yang diselenggarakan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia.

“Jadi, teknologinya (mass timber construction) dari tahun ke tahun semakin berkembang. Dari 18 menjadi 25 lantai. Mungkin tahun depan 50 lantai. Sumitomo Forestry ancang-ancang 70 lantai,” kata Pipiet, Sarjana Kehutanan IPB University dan Master of Forestry Science di Selandia Baru.

“Banyak bangunan sekarang menggunakan mass timber. Arsitek, desain, pengembang menggunakan bahan material kayu untuk konstruksi bangunan,” kata Jasmine Osinski, Atase Pertanian Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta, pada pembukaan seminar tersebut.

Produk kayu rekayasa

Produk kayu rekayasa (engineered wood products), menurut Naresworo Nugroho, merupakan gabungan kayu yang terdiri atas elemen-elemen seperti log (gelondong), lumber (papan), veneer (lapisan), potongan-potongan, partikel, serat, sampai selulosa. Jadi, kayu rekayasa ini komposit.

“Banyak sekali material baru yang bisa dihasilkan dari sepotong kayu dalam bentuk log. (Salah satunya) mass timber atau istilah lengkapnya massive timber,” kata guru besar dan Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University itu dalam seminar tersebut di atas.

Mass timber, dikutip dari naturallywood.com, merupakan beberapa elemen kayu seperti lumber (papan), veneer (lapisan), dan strands (helaian) yang digabung menjadi satu dengan menggunakan perekat, pasak, paku, atau sekrup sehingga bisa digunakan untuk kontruksi bangunan modern.

Kayu kuat tersebut dapat digunakan dalam struktur bangunan seperti balok dan kolom; panel lantai, atap, dan dinding; tiang rangka dinding tinggi atau kasau; tajuk pintu dan jendela, dan sebagainya.

“Mass timber ini yang kita sebut dengan modern wood (kayu modern),” kata Pipiet. “Dengan mass timber ini, kita bisa membangun konstruksi bangunan saat ini (baru) sampai 25 lantai,” katanya.

Di pasaran, produk mass timber ini, menurut Naresworo, bisa dalam beberapa bentuk, antara lain CLT (cross-laminated timber), DLT (dowel-laminated timber), glulam (glue-laminated timber), NLT (nail-laminated timber), LVL (laminated veneer lumber), dan PSL (parallel strand lumber).

Pembaca bisa melihat bentuk mass timber ini antara lain di naturallywood.com dan thinkwood.com.

“Ada beberapa produk dengan berbagai bentuk. Namanya produk kayu rekayasa, yang bisa dibuat seragam,” kata Naresworo. “Kayu rekayasa ini bisa untuk substitusi bata, baja atau beton,” katanya.

Mengapa harus kayu

Mengapa harus menggunakan kayu (dalam bentuk mass timber) sebagai substitusi baja dan beton untuk konstruksi bangunan? Tentu pertanyaan ini akan muncul di benak pembaca atau masyarakat.

Nah, begini. “Kita ajak berpikir bahwa kita hidup di planet ini kan sementara,” kata Pipiet. “Kita hidup dengan konsekuensi-konsekuensi (terhadap) pilihan kehidupan yang kita pilih. Apakah kita meninggalkan planet ini untuk jadi lebih baik atau tidak untuk generasi berikutnya,” tanyanya.

Kayu itu, menurut Pipiet, menangkap karbon dan menguncinya sehingga kondisi alam bisa lebih baik.

“Perhitungannya berapa persen karbon yang bisa ditangkap? Tergantung. Tetapi secara average, statistically kita bisa bilang bahwa di dalam produk kayu 50% karbon tersimpan di situ,” kata Pipiet.

Selain itu, kenyamanan tinggal di rumah berbahan kayu konstruksi. “Bangunan (bisa) kedap suara dan rasanya lebih nyaman,” kata Naresworo. Bangunannya juga kuat dan tahan terhadap gempa.

Mass timber juga tahan terhadap api. Pada saat mass timber terkena api, permukaan mass timber menciptakan lapisan pelindung yang melindungi kayu di bawahnya. Proses yang disebut charring itu dapat memperlambat laju pembakaran dan membatasi pasokan oksigen ke kayu yang terbakar.

Di samping kenyamanan dan kekuatan, kayu dapat diperbarui. “Kayu itu material yang renewable. Dapat diperbarui kembali. Ramah lingkungan. Bisa mengurangi gas rumah kaca dan mengikat karbon. Karena sustainable (berkelanjutan) bersertifikasi, jelas asal-usulnya, jadi legal,” katanya.

Persepsi rumah kayu

Jeshua Benjamin Sadeli, Chief Executive Officer (CEO) dan pendiri Woodlam Indonesia Abadi, produsen mass timber, salah satunya glulam, memulai produksi kayu tersebut pada tahun 2017.

Ia merasakan betapa masyarakat masih rendah memahami kayu sebagai konstruksi bangunan.

“Orang banyak bilang, aduh, kayu ini nggak kuat. Takut. Bagaimana performance (kinerja) kayu terhadap steel (baja), terhadap concrite (beton), kuat nggak sih,” paparnya dalam seminar tersebut.

Padahal mass timber ini dapat digunakan untuk konstruksi bangunan bertingkat seperti dijelaskan Pipiet. “Karakter kayu dengan CLT (cross-laminated timber) itu sangat kuat,” jelas Gijs van Seggelen, Chief Operating Officer (COO) PT Hira Utama Group, yang memproduksi CLT dari kayu akasia.

Tapi, “Di Indonesia, kalau bilang rumah kayu, orang udah mikir rumah kampung. Kita tidak boleh lagi mikir rumah kampung, kita mikir barangnya itu sifatnya itu combine atau hybrid structure. Itu menarik,” kata Jeshua. Jadi, konstruksi bangunannya itu terdiri atas mass timber, baja, dan konkrit.

Lalu, bagaimana dengan harga mass timber? “Price masih mahal. Beli dengan kubik,” kata Gijs.

Bangunan dengan mass timber Rp15 juta – Rp18 juta per m2. Tapi ada juga yang sekitar Rp10,5 juta per m2. Tetapi harga ini sudah termasuk struktur hibrida, terdiri atas mass timber, baja, dan konkrit.

Bandingkan rumah mewah di Jakarta dengan baja dan beton. “Untuk di Jakarta, harga rumah-rumah mewah itu rata-rata di atas Rp16 juta per m2, baik menggunakan steel atau concrite,” kata Jeshua.

Tetapi harga itu tergantung dengan nilai yang didapat konsumen dari aplikasi mass timber. “Apa benefit yang didapat (dengan mass timber)? Adem, detak jantung turun (bagus),” kata Jeshua.

Sekarang kesadaran masyarakat terhadap mass timber semakin meningkat. “Belakangan ini growth-nya luar biasa. Hari ini mendapat apresiasi dari USDA (United States Departement of Agriculture) dan (lainnya),” katanya. Sebelumnya, banyak yang tidak mengenal produksi mass timber di Indonesia.

IKN, smart forest city

Ibu Kota Nusantara (IKN) merupakan proyek green city atau smart forest city. “(Sekarang) Indonesia bikin proyek paling besar di dunia, New Capital City, IKN. Itu green city, kalian akan membangun itu,” kata Gijs, menjawab pertanyaan seorang mahasiwa IPB University yang mengikuti seminar tersebut.

“Di presentasi, ada tantangan IKN akan menjadi smart forest city,” kata Naresworo. “Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) sudah menantang kita dengan mendesainnya, ingin membangun hunian 4 lantai dengan produk kayu rekayasa dan bambu. Jadi (baru) 4 lantai,” katanya.

Ke depannya bisa 10 lantai atau labih. “Ke depannya (bisa) 10 lantai,” kata Naresworo. Apalagi, IKN dibangun bertahap sampai tahun 2045. Ini peluang besar bagi produsen mass timber di Indonesia.

Perlu diketahui, pada tahun 2021, Standar Bangunan Internasional (IBS) membolehkan penggunaan yang lebih luas berbagai jenis mass timber seperti CLT, NLT, glulam, dan LVL untuk konstruksi bangunan modern. Selama 2020 – 2022, penggunaan mass timber meningkat sampai 114 persen.

Baru-baru ini, penelitian menunjukkan bahwa mengganti baja dan beton (konkrit) dengan mass timber pada gedung bertingkat-sedang dapat mengurangi gas rumah kaca (GRK) 13% sampai 26%.

Jika nanti di IKN banyak dibangun hunian bertingkat dengan mass timber, kota yang dirintis Presiden Jokowi di Kalimantan itu dapat menjadi kota hijau atau kota hutan cerdas yang terbesar di dunia.

Bagaimana isu deforestasi

Di Amerika Serikat, sekitar 89% kayu didapat dari private forest lands yang dimiliki individu. “Kalau teman-teman lihat, dari tahun 1920 sampai 2016, jumlah area hutan bukannya menurun, tetapi semakin bertambah. Dalam konteks Amerika Serikat, menanam pohon itu investasi,” kata Pipiet.

Kalau di Indonesia, hutan itu dikuasai negara (hutan negara) dan hutan rakyat. “Kebanyakan industri kita berbasis hutan rakyat,” kata Naresworo. Regulasinya sudah jelas. “Tugas kita bersama untuk mengedukasi masyarakat, asal-usul kayunya sah dan diterima industri secara sah juga,” katanya.

Kayu yang diolah Woodlam juga bersertifikat. Tapi konsumen tidak pernah meminta sertifikat kayu. “Yang penting murah, murah, murah. Diskon bisa kasih berapa,” kata Jeshua menggambarkan perilaku konsumen kayu di Indonesia. Padahal, harga kayu yang bersertifikat itu relatif lebih mahal.

Barangkali, di Indonesia masyarakat sudah akrab dengan kata berkelanjutan (sustainable) sehingga perlu kayu bersertikat. Tetapi di lapangan, banyak masyarakat kurang peduli dengan berkelanjutan.

Bagaimana membangun kesadaran masyarakat bahwa menanam pohon itu penting. Itu kembali pada kebijakan pemerintah. “Di Austria, kebijakan pemerintah, kalau nggak salah anak kelas 5 SD, wajib menanam pohon 50 bibit per anak pada libur musim panas (summer holiday),” kata Jeshua.

Dengan membangun kesadaran pentingnya menanam pohon sejak kecil, masyarakat tidak akan melakukan deforestasi (penebangan pohon tanpa aturan), tetapi penebangan yang sesuai aturan.

Sebagai industri hilir, yang memproduksi mass timber, sudah menanamkan investasi yang besar. Tentu mereka akan selalu mengikuti regulasi agar bisnis yang mereka operasikan berkelanjutan.

Untuk mengembangkan bisnis mass timber, industri hulu (tanam pohon) dan industri hilir (produk kayu rekayasa) harus terintegrasi. “Hulu hilir harus terintegrasi berkelanjutan,” kata Naresworo.

Apalagi tren bisnis produk kayu rekayasa di dunia terus berkibar dengan kencang. “Growth-nya luar biasa,” kata Jeshua. “Orang-orang di dunia tergila-gila dengan glulam, CLT, mass timber,” katanya.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel

Referensi:

  1. https://www.naturallywood.com/topics/mass-timber/.
  2. https://www.thinkwood.com/mass-timber.
  3. https://bptsugm.com/mass-timber/.