Kutu (Trichodectes canis), caplak (Rhipicephalus sanguineus), dan pinjal (Ctenocephalides canis dan Ctenocephalides felis) dapat menginfestasi (menyusup sehingga bisa berkembang biak) ke anjing.
Di Indonesia, caplak biasa disebut kutu anjing atau kutu babi. Biasa juga disebut sengkenit (tick). Di luar negeri, caplak biasa disebut kutu anjing cokelat (brown dog tick).
Berikut beberapa masalah dan bahaya infeksi kutu dan caplak pada anjing:
- Anjing dapat kekurangan darah dengan cepat dan menyebabkan anemia yang kronis. Setiap waktu kutu akan mengisap darah anjing.
- Kulit anjing dapat terluka dan berpotensi terjadinya infeksi sehingga kulit bernanah.
- Anjing merasa tidak nyaman karena rasa gatal yang disebabkan oleh air liur kutu. Kulit anjing terluka karena garukannya.
- Infeksi parasit darah, yaitu infeksi Ehrlichia atau Ehrlichiosis (penyakit darah ini paling banyak terjadi pada anjing); infeksi Babesia atau Babesiosis (penyakit darah yang bisa menyebabkan anjing demam tinggi atau tick fever); dan infeksi Hepatozoon atau Hepatozoonosis.
- Dapat menyebabkan kelumpuhan (tick paralysis).
- Berbahaya bagi pemilik anjing jika kutu dalam jumlah banyak. Kutu dapat menggigit pemilik anjing. Bisa menyebabkan masalah kulit bagi penderita kulit sensitif.
Berikut penjelasan lebih lanjut infeksi parasit darah yang sering terjadi pada anjing, yaitu Ehrlichia canis, Babesia canis, dan Hepatozoon canis.
Ehrlichia canis
- Infeksi parasit darah ini disebabkan oleh caplak (Rhipicephalus sanguineus).
- Dapat menyebabkan anemia.
- Gejala klinis: penurunan trombosit darah, demam tinggi, mimisan (epistaksi), pembengkakan kelenjar getah bening, murung (tidak bersemangat) dan tidak mau makan, penurunan berat badan, sangat berbahaya bagi anak anjing dengan tingkat kematian tinggi, dan kekebalan tubuh menurun.
Babesia canis
- Infeksi parasit ini disebabkan oleh caplak (Rhipicephalus sanguineus).
- Dapat menyebabkan anemia.
- Gejala klinis: pucat, demam tinggi, lemas dan tidak nafsu makan, malas bergerak, dan mukosa pada mata menjadi terlihat kuning (pada sklera).
Hepatozoon canis
- Infeksi parasit ini disebabkan oleh caplak (Rhipicephalus sanguineus).
- Dapat menyebabkan anemia.
- Gejala klinis: kurus, demam, penurunan berat badan, rasa sakit pada otot dan persendian, tidak bisa berdiri (kaki belakang lumpuh), dan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Infeksi parasit darah ini paling banyak terjadi pada musim hujan. Infeksi ini dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan akan menyebabkan kematian jika tidak diobati secara cepat dan tepat.
Controline merupakan anti parasit topikal untuk ekto parasit. Anti parasit berbentuk cair ini mengandung Fipronil. Pengaplikasiannya dilakukan secara topikal (obat luar) pada kulit anjing.
Controline yang setiap kotaknya berisi 3 tube ini sudah terdaftar di Kementerian Pertanian RI No. 1.14044819 PKC. Ada Controline 67 mg (untuk anjing kecil), Controline 134 mg (untuk anjing sedang), Controline 268 mg (untuk anjing besar), dan Controline 402 mg (untuk anjing ekstra besar).
Anti parasit ini dapat mengatasi infestasi pinjal (Ctenocephalides spp.) dan caplak (Rhipicephalus sanguineus, Ixodes ricinus, dan Demacentor reticulatus), serta menghindari terjadinya gigitan kutu.
Controline bekerja dengan cara menghambat kompleks GABA (gamma-aminobutyric acid) dan mengganggu perjalanan ion klorida sehingga aktivitas sistem saraf pusat caplak dan pinjal terganggu sehingga mati.
Selain itu, anti parasit ini juga dapat menghambat proses pembentukan telur pada Rhipicephalus sanguineus betina.
Keuntungan mengaplikasikan Controline:
- Bekerja dengan cepat dalam waktu 48 jam. Membunuh lebih dari 93% kutu.
- Aman digunakan pada anak anjing usia 8 minggu ke atas.
- Efikasinya bersifat 2 bulan dalam melindungi anjing terhadap infestasi baru pinjal dewasa, sedangkan terhadap caplak (Rhipicephalus sanguineus, Ixodes ricinus, dan Demacentor reticulatus) selama 1 bulan.
- Ampuh dan telah teruji secara klinis bersifat efektif dalam membunuh caplak dan pinjal (mengontrol infestasi Trichodectes canis bitting lice pada anjing).
- Mudah diaplikasikan karena menggunakan drop-lock control.
Referensi:
- Brosur PT Zoetis Animalhealth Indonesia. Tanpa tanggal, bulan, dan tahun.
- Sutrisna, Cucu. 2015. Sebaran Infestasi Ektoparasit pada Anjing di Bandung. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor.