Jagung yang dikebun dan yang sudah dipanen dan dikeluas kelobotnya.
Jagung di kebun (kiri) dan jagung yang sudah dipanen dan dikelupas kelobotnya (kanan).

Menentukan saat panen jagung yang tepat sangat penting. Sebab waktu panen ini tidak hanya berpengaruh terhadap kuantitas hasil panen tetapi juga terhadap kualitasnya.

Pemanenan yang terlalu cepat dari waktu yang semestinya dapat memberikan hasil panen dengan persentase butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah.

Sebaliknya pemanenan yang terlambat dari waktu yang semestinya dapat menurunkan kualitas dan meningkatkan kehilangan hasil akibat pengaruh cuaca maupun serangan hama dan penyakit di ladang.

Beda masak dan matang

Ada dua istilah yang biasa digunakan untuk menentukan saat panen yang optimal, yaitu masak (mature) dan matang (ripe). Dalam penggunaannya, pengertian kedua istilah ini sering saling dipertukarkan.

Biji jagung disebut masak (mature) apabila berat kering (dry matter) individu butiran jagung tersebut telah mencapai maksimum. Disebut matang (ripe) apabila kadar air individu butiran tersebut sudah menurun dan mendekati kadar air keseimbangan dengan kelembaban udara di sekitarnya.

Pada saat tercapai kadar air keseimbangan, laju kehilangan air dari bahan (jagung siap panen) ke udara sekeliling sama dengan laju penambahan air ke bahan (jagung siap panen) dari udara di sekelilingnya.

Beberapa peneliti memberikan istilah yang berbeda-beda terhadap kata masak seperti masak fisiologis, masak morfologis dan masak fungsional. Meskipun berbeda-beda, tetapi sebagian besar pengamat sependapat bahwa berat kering biji-bijian (termasuk jagung) mencapai maksimal disebut kemasakan.

Kenampakan kelobot merupakan petunjuk praktis petani dalam menentukan saat panen yang tepat jika tidak tersedia alat pengukur kadar air. Batang, daun dan kelobot jagung tampak menguning dan mulai mengering. Biji keras, bernas dan mengilap. Bila biji ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas.

Keluarnya rambut tongkol

Keluarnya rambut (silking) pada bunga betina (tongkol) dapat dipakai sebagai pedoman kemasakan. Silking terjadi 2-3 hari setelah tasseling (keluarnya bunga jantan). Keluarnya bunga jantan ini terjadi 45-52 hari setelah berkecambah. Fase berkecambah terjadi 4-5 hari setelah penanaman benih jagung.

Selang waktu mulai keluar rambut (silking) pada bunga betina sampai kemasakan tercapai menunjukkan konstan antara 50-52 hari. Tapi kadang-kadang selang waktu dari saat keluar rambut sampai kemasakan bisa mencapai 64 hari.

Jadi, pada keadaan normal, umur panen jagung sejak penanaman benih jagung sampai panen sekitar 99-109 hari. Tapi kadang-kadang umur panen bisa mencapai 121 hari.

Pembentukan lapisan hitam

Cara lain menentukan kemasakan jagung berdasarkan pembentukan suatu jaringan tertutup berwarna hitam semacam lapisan pada butiran jagung (black layer tissue formation). Lebih dikenal dengan lapisan hitam (black layer). Pembentukan lapisan tersebut dapat dipakai sebagai indeks kemasakan fisiologis.

Dari pengamatan secara visual, biasanya pembentukan lapisan hitam terjadi dalam selang tiga hari atau lebih dan puncak akumulasi bahan kering bersamaan dengan tercapainya berat kering maksimum pada butiran jagung. Terbentuknya lapisan hitam yang sempurna dinyatakan sebagai indeks kemasakan fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan berat kering butiran maksimum maupun kadar air butiran.

pembentukan lapisan hitam (black layer) pada biji jagung.
Lapisan hitam pada biji jagung (kanan). Sumber: arkansas-crops.com.

Pada berbagai galur jagung, pembentukan lapisan hitam terjadi pada kisaran kadar air antara 16-35%.

Kadar air jagung yang dipanen pada musim hujan dapat mencapai 35%, sedangkan yang dipanen pada musim kemarau kadar airnya berkisar 25%. Jagung yang baru dipanen ini biasa disebut jagung kering tegalan.

Bentuk jagung yang dipanen

Bentuk panen jagung tergantung pada kondisi usaha tani suatu daerah. Petani kecil biasanya memanen jagung dalam bentuk tongkol tanpa kelobot. Sebaliknya petani yang memiliki ternak memanen jagung dalam bentuk tongkol berkelobot. Kelobot jagung ini dapat digunakan sebagai pakan ternak, terutama sapi.

Selain untuk pakan, kelobot yang masih menempel di tongkol dapat melindungi biji jagung dari serangan hama pada saat penyimpanan. Biasanya penyimpanan jagung berkelobot di para-para di atas tungku pemasak keluarga.

Ada juga petani yang memanen jagung dalam bentuk jagung muda (tidak berdasarkan terbentuknya lapisan hitam) karena dijual sebagai jagung rebus atau jagung bakar. Umur panennya lebih singkat.

Cara memanen jagung

Jagung yang dipanen dapat dimanfaatkan dalam bentuk biji jagung dan tongkolnya serta seluruh biomassa tanaman jagung yang berada di atas permukaan tanah.

Jagung yang dipanen dalam bentuk biji dan tongkolnya biasanya dimanfaatkan untuk konsumsi manusia dan pakan ternak.

Jagung yang dipanen dalam bentuk biomassa jagung dari tanaman muda umumnya untuk pakan ternak (silage atau ensilage).

Pemanenan jagung dapat dilakukan secara manual dengan cara memetik jagung dengan menggunakan tangan. Biomassa lainnya seperti batang dan daun jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Selain itu pemanenan dapat menggunakan mesin panen jagung (corn/maize harvester). Mesin panen jagung dapat dibedakan berdasarkan hasil akhir pemanenan.

Jika hasil akhir panen berupa tongkol jagung yang terpisah dengan biomassa batang dan daun, maka mesin panennya disebut corn harvester atau corn combine harvester. Jika hasil akhir panen berupa cacahan biomassa maka mesin panennya disebut ensilage harvester.

Mesin pemanen, pemipil dan pembersih biji jagung.
Corn combine harvester. Sumber: tanikaya.com.

Proses pemanenan jagung  dengan menggunakan mesin panen jagung (corn harvester) dengan hasil akhir tongkol jagung yang terpisah dengan batang dan daun jagung dapat dilakukan sebagai berikut:

  • Mengarahkan batang-batang jagung dalam suatu barisan ke dalam bagian pemotong batang jagung.
  • Memotong batang-batang jagung.
  • Mengangkut potongan batang-batang jagung.
  • Memisahkan tongkol dan biomassa lainnya seperti batang dan daun.
  • Mencacah biomassa batang dan daun.
  • Menampung tongkol atau meletakkannya di belakang mesin di atas tanah.
  • Mengalirkan cacahan biomassa batang dan daun jagung ke alat atau kendaraan angkut di samping atau di belakang mesin pemanen jagung.

Apabila menggunakan corn combine harvester, tidak hanya memanen jagung tetapi juga memipil dan membersihkan biji jagung. Efisiensi pemipilan sekitar 99,9%, tingkat kebersihan biji jagung 98,4% dan kerusakan biji jagung 1,5%. Jagung pipilan dikeringkan sampai kadar air 14% sehingga tahan disimpan.

Referensi:

  1. Anonimous. Tanpa Tahun. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida.
  2. Azrai, Muhammad; Aqil, Muhammad; Arief, Ramlah; Koes, Fauziah; Arvan, Rahmi Yuliani. 2018. Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
  3. Bahtiar dan B. Kumontoi. Tanpa Tahun. Tantangan Produksi Benih Jagung Komposit di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
  4. Bank Indonesia. Tanpa Tahun. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Produksi Jagung. Jakarta: Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia.
  5. Haryati, Yati; Nurbaeti, Bebet; dan Permadi, Karsidi. 2015. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu Jagung pada Beberapa Varietas Unggul Jagung Komposit di Kabupaten Majalengka. Agrin Vol 19, No. 2, Oktober 2015.
  6. Miskiyah dan Agus S. Somantri. 2008. Agar Aman, Jagung Harus Terhindar dari Serangan Jamur. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30 No. 2 2008.
  7. Sari, Putri Melia; Surahman, Memen; dan Budiman, Candra. 2018. Peningkatan Produksi dan Mutu Benih Jagung Hibrida melalui Aplikasi Pupuk N, P, K dan Bakteri Probiotik. Bul Agrohorti 6 (3): 412-421 (2018).
  8. Thahir, Ridwan; Sudaryono; Soemardi dan Soeharmadi. Tanpa Tahun. Teknologi Pascapanen Jagung. Karawang: Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
  9. Winarno, F.G. Tanpa Tahun. Teknologi Pengolahan Jagung. Jakarta.
  10. Zubachtirodin; Syuryawati; Rapar, Constance. 2007. Petunjuk Teknis Produksi Benih Sumber Jagung Komposit (Bersari Bebas). Maros: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian.
  11. http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Mesin%20Budidaya%20Pertanian/P%20Gatot/GPH%20-%20CC%20-%20TMBP%20-%20Mesin%20Panen%20Jagung%20&%20Tebu.htm.
Kumpulan artikel praktis jagung