KTNA bekerjasama dengan pemerintah pusat (Kementerian Pertanian) dan pemerintah daerah akan memaksimalkan pangan lokal, antara lain sorgum.
Ilustrasi. Tanaman sorgum. Sumber: sorghumgrower.com.

Dalam memperingati hari jadi ke-49 pada 23 September 2020, Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (Kelompok KTNA) mengadakan webinar nasional dengan tema, Memaksimalkan Pangan Lokal.

Webinar ini dibuka oleh Ir. H. Winarno Tohir, Ketua Umum Kelompok KTNA Nasional.

Pengantar Wibinar disampaikan oleh Dr. Ir. Momon Rusmono, MS, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian.

Webinar dengan host Wulan Furrie Lenggana dan moderator Zulharman Djusman, SE, Wakil Sekretaris Jenderal Kelompok KTNA Nasional, ini menghadirkan narasumber Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng., Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian.

KTNA dan pemerintah

KTNA bersama pemerintah pusat (Kementerian Pertanian) dan pemerintah daerah akan menggerakkan dan mengembangkan pangan lokal dengan pertimbangan:

  1. Akibat pandemi Covid-19, Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) beberapa bulan yang lalu telah memperingatkan akan terjadinya krisis pangan dunia.
  2. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah menyiapkan langkah strategis untuk meningkatkan produksi pangan agar bahan pangan cukup tersedia bagi 267 juta rakyat Indonesia. Salah satu langkah strategis yang  sedang dilakukan oleh Kementerian Pertanian adalah progam peningkatan produk pangan lokal untuk mendukung gerakan diversifikasi pangan nonberas.
  3. Indonesia kaya dengan sumberdaya hayati dan mempunyai bahan pangan yang cukup banyak, karena di mana pun ada tanaman lokal yang tumbuh subur.

Saat ini, Indonesia memiliki:

  • 77 jenis pangan sumber karbohidrat;
  • 75 jenis pangan sumber protein;
  • 110 jenis rempah dan bumbu;
  • 389 jenis buah-buahan;
  • 228 jenis sayuran;
  • 26 jenis kacang-kacangan;
  • 40 jenis bahan minuman.

Dengan moto “Sehat Dengan Pangan Lokal dan Kenyang Tidak Harus Nasi”, gerakan nasional diversifikasi pangan ini mengajak semua pihak untuk mulai mengonsumsi pangan lokal selain bersumber dari beras dan gandum.

Melalui gerakan ini, dalam lima tahun ke depan, Kementerian Pertanian menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7 persen.

Khusus tahun 2020, rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu 94,9 kg per kapita per tahun.

Hingga tahun 2024, ditargetkan konsumsi beras sudah turun 7 persen menjadi 85 kg per kapita per tahun.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, KTNA bekerjasama dengan pemerintah pusat (Kementerian Pertanian) dan pemerintah daerah akan memaksimalkan pangan lokal.

Upaya tersebut akan dilakukan melalui bimbingan dan pelatihan perbaikan budidaya dan penangan pascapanen pangan lokal kepada petani sesuai potensi daerah oleh penyuluh PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan penyuluh swadaya dari KTNA di BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) atau Kostratani (Komando Strategi Pembangunan Pertanian). 

Melalui pengolahan yang baik dan benar, diharapkan berbagai jenis olahan pangan lokal seperti ubi jalar, ubi kayu, jagung, sagu, dan lain-lain akan lebih menarik dan bergizi bagi masyarakat.

Potensi beberapa pangan lokal

Beberapa pangan lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia antara lain sorgum, sagu, jagung, ubi jalar, ubi kayu (singkong atau ketela pohon), dan sukun.

Sorgum

Sorgum adalah tanaman dari keluarga rumput-rumputan, masih satu keluarga dengan padi, jagung dan gandum.

Tanaman sorgum telah lama dikenal di Indonesia dan dengan penyebutan berbeda untuk setiap daerah.

Selama ini pengembangan sorgum kurang mendapat perhatian pemerintah sehingga sudah jarang  ditemui di lahan petani.

Pemanfaatan biji sorgum di masyarakat masih sebatas untuk pangan olahan tradisonal.

Sorgum dapat diolah menjadi nektar dan kecap manis.
Ilustrasi. Nektar dan kecap manis yang diolah dari sorgum. Sumber: dokumentasi Agrikan.id.

Namun dengan adanya program diversifikasi pangan dari Kementerian Pertanian, pengembangan sorgum diharapkan mendapat perhatian yang lebih baik.

Apalagi komoditas sorgum ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk dijadikan berbagai produk pangan olahan maupun pakan dan bahan baku industri

Sorgum lebih sesuai ditanam di daerah yang bersuhu panas, lebih dari 200C dan udaranya kering.

Oleh karena itu, daerah adaptasi terbaik bagi sorgum adalah dataran rendah, dengan ketinggian antara 1 – 500 m dpl (di atas permukaan laut).

Sagu

Sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan teras batang rumbia atau pohon sagu (Metroxylon sagu Rottb.).

Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka.

Indonesia memiliki potensi tanaman sagu terbesar di dunia. Lebih dari 85% total areal sagu dunia atau seluas 5,5 juta hektar berada di Indonesia terutama di Papua dan Papua Barat.

Kedua provinsi tersebut merupakan daerah yang paling potensial, karena hanya perlu melakukan pemanenan dan penataan menjadi kebun sagu.

Jagung

Tanaman jagung menghasilkan buah atau tongkol jagung, daun jagung, dan batang jagung.

Tanaman jagung menghasilkan tongkol jagung, daun jagung, dan batang jagung.
Ilustrasi. Tanaman jagung. Sumber: dokumentasi Agrikan.id.

Dari buah atau tongkol jagung dapat dihasilkan 10 jenis produk:

  1. Pakan ternak;
  2. Tepung jagung;
  3. Minyak jagung (sintanola);
  4. Jagung muda (baby corn);
  5. Pop corn (snack);
  6. Jagung kaleng (whole corn kernel, sweet corn, corn cream);
  7. Grits untuk industri makanan;
  8. Kelobot yang dapat digunakan untuk pakan ternak, kompos dan rokok;
  9. Tongkol yang dapat digunakan untuk pakan, kompos, bahan bakar, arang, tepung arang dan perosa;
  10. Batang jagung dapat digunakan untuk membuat pulp, kertas dan bahan bakar.

Dari tepung jagung dapat diturunkan lagi menjadi:

  1. Pati jagung (maizena) untuk industri makanan;
  2. Dextrin untuk industri farmasi;
  3. Bihun jagung;
  4. Gula jagung untuk industri makanan.

Dari pengolahan minyak jagung dihasilkan produk sampingan berupa bungkil untuk pakan ternak.

Daun jagung dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan kompos.

Ubi Jalar

Ubi jalar adalah salah satu sumber karbohidrat yang juga sangat diminati oleh masyarakat, yang memanfaatkan akarnya yang berbentuk umbi.

Ubi jalar cocok ditanam mulai dataran rendah hingga dataran tinggi seperti di Papua dapat ditanam pada ketinggian di atas 1.500 m dpl (di atas permukaan laut).

Namun sebagian besar ubi jalar ditanam di lahan kering atau lahan tadah hujan setelah tanaman padi.

Ubi kayu

Singkong (Manihot utilissima atau Manihot esculenta Crantz) yang juga dikenal dengan nama ketela pohon atau ubi kayu adalah tanaman tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae.

Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Pada tahun 1914 – 1918 saat terjadi krisis pangan di Indonesia, singkong mulai menduduki posisi pangan pokok alternatif selain beras dan jagung.

Hingga kini terdapat 8 provinsi sentra produksi singkong (cassava), yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Utara.

Sukun

Sukun adalah sebagai sumber pangan alternatif substitusi (pengganti) beras.

Di Indonesia sukun dikenal dengan berbagai nama daerah. Misalnya sakon (Aceh), sukun (Jawa, Sunda), sokon (Madura), kai (Bali), karata (Bima), sumba (Flores), kuu (Sulawesi), dan maamu (Timor).

Kandungan karbohidrat dari 100 gram sukun sama dengan sepertiga karbohidrat beras.

Apabila buah sukun tersebut diolah menjadi tepung sukun, maka kandungan karbohidratnya menjadi setara dengan beras, hanya jumlah kalorinya yang sedikit lebih rendah.

Dibandingkan dengan jenis pangan lainnya seperti jagung, ubi kayu, dan kentang, maka posisi sukun sebagai sumber karbohidrat masih yang teratas dibanding ketiga komoditas tersebut.

Nah, sahabat Agrikan.id, demikianlah enam komoditas pangan lokal yang patut dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Referensi:

  1. Press Release HUT ke-49 KTNA, 23 September 2020. Memaksimalkan Pangan Lokal. Kelompok KTNA Nasional.
  2. Presentasi Dr. Ir. Agung Hendriadi, M.Eng., 23 September 2020. Diversifikasi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat. Badan Ketahan Pangan, Kementerian Pertanian.
  3. Widoyoko, Yoyok dkk. 2010. Sukun: Solusi Alternatif Atasi Krisis Pangan dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, Bergizi dan Bernilai Tambah Ekonomi. Jakarta: Gibon Books (Gibon Media Group).
Berkat pertanian, Wayan Supadno sukses bangkit dari kebangkrutan.