Bustanil Arifin Bapak Peternak Sapi Perah Rakyat
Empat anak Bustanil Arifin (dari kanan-ke kiri: Emil, Alex, Yani, dan Alwin Arifin).

AGRIKAN.ID – Dewan Persusuan Nasional (DPN) mempersembahkan gelar “Bapak Peternak Sapi Perah Rakyat dan Koperasi Susu” kepada Letjen TNI (Purn) Bustanil Arifin, SH. Almarhum Bustanil pernah menjabat sebagai Menteri Koperasi dan merangkap Kepala Bulog era Presiden Soeharto.

Persembahan gelar tersebut di gedung Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) di Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024. “Secara sengaja acara ini diselenggarakan 10 Oktober, karena Bustanil Arifin dilahirkan 10 Oktober,” kata Teguh Boediyana, Ketua Umum DPN.

Bustanil lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 10 Oktober 1925. Dari pernikahannya dengan R.A Suhardani, pasangan tersebut dikaruniai empat orang anak, yaitu Yani, Alwin, Alex, dan Emil Arifin.

Empat anak Bustanil hadir pada acara persembahan gelar tersebut. “Saya sangat kaget. Terima kasih dengan penghargaan ini,” kata Alwin dengan terbata-bata. “Saya sekeluarga tidak menyangka,” kata Emil. Kelihatan dari wajah mereka, keempat anak Bustanil bahagia menerima penghargaan tersebut.

Lihat juga: Jenis dan nama susu di label pangan

Penghargaan ini bisa menjadi momentum bagi kejayaan koperasi susu pada era Presiden Probowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Apalagi ada program Makan Bergizi Gratis, salah satunya minum susu. Bahkan, Prabowo mencanangkan impor bibit sapi perah 1,3 juta ekor.

Emil bercerita. Suatu hari Bustanil meminta masukan dari keluarga. Ia mendapat tugas dari Presiden Soeharto untuk menyejahterakan rakyat Indonesia melalui koperasi. Dalam diskusi, istrinya, R.A Suhardani, menyarankan untuk mengembangkan peternakan sapi perah rakyat dan koperasi susu.

Apalagi R.A Suhardani sudah berpengalaman mengembangkan peternakan sapi perah di Cijantung, Jakarta Timur, sejak 1966, yang kemudian pindah ke Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Sapi perah itu, kata Emil, bisa memberikan pendapatan harian (daily income) kepada peternak sapi perah rakyat.

Untuk mendukung pemasaran susu peternak sapi perah rakyat, dibuatlah koperasi susu. “Kebijakan-kebijakan persusuan itu (masa Bustanil Arifin), konsultan efektif di rumah itu ibu saya,” cerita Emil.

Perjalanan kebijakan peternakan sapi perah rakyat

Tentunya banyak yang bertanya, apa pertimbangan DPN mempersembahkan gelar “Bapak Peternak Sapi Perah Rakyat dan Koperasi Susu” kepada Letjen TNI (Purn) Bustanil Arifin, SH? Begini ceritanya.

Suatu hari, cerita Teguh Boediyana, Bustanil Arifin membaca artikel di Majalah Time yang berjudul Operation Flood in India. Isinya tentang sukses koperasi susu di India yang dipimpin Dr. Kurien.

Berbekal artikel tersebut, Pak Bus, panggilan akrab Bustanil, menugaskan Muslimin Nasution (dulu Kepala Penelitian dan Pengembangan Bulog) serta Teguh Boediyana dan Mardiyanto, pegawai di Direktorat Jenderal Koperasi, ke India mempelajari koperasi susu untuk dikembangkan di Indonesia.

Selanjutnya, diterbitkan Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim Pengembangan Persusuan, yang dipimpin Muslimin Nasution dan beranggotakan beberapa orang dari instansi terkait dan nonpemerintah. Inilah Surat Keputusan pertama yang diterbitkan Menteri Muda Urusan Koperasi.

Lihat juga: Mengenal jenis susu fermentasi

“Langkah kebijakan pertama di awal 1978 itu dan menjadi dasar kuat perkembangan peternakan sapi perah dan koperasi susu di Indonesia adalah suatu keberanian politik yang luar biasa yang beliau (Bustanil Arifin) ambil,” kata Teguh.

“Beliau ‘memaksa’ Industri Pengolahan Susu (IPS) yang ada saat itu untuk menyerap susu para peternak sapi perah rakyat dengan harga Rp150 – Rp180 per liter. Sebelumnya, ada beberapa IPS yang menyerap susu peternak dalam jumlah sangat kecil dan harga Rp60 per liter,” tambahnya.

Antara 1979-1986 tercatat impor sapi perah dari Australia, New Zealand, dan Amerika Serikat sekitar 100 ribu ekor. Dampaknya, populasi sapi perah meningkat dari sekitar 94 ribu menjadi 325 ribu ekor.

Untuk semakin menjamin perkembangan peternak sapi perah dan persusuan, pada tahun 1985 diterbitkan Inpres No. 2 tentang Koordinasi Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional.

Dengan berbagai kebijakan yang sangat propeternak sapi perah rakyat dan koperasi susu, pada tahun 1995 kontribusi susu segar dalam negeri (SSDN) terhadap kebutuhan susu nasional mencapai 50%. Bandingkan dengan kondisi era Reformasi sekarang ini, kontribusi SSDN 20% dan impor 80%.

Berharap Prabowo Subianto memberikan atensi kepada peternak sapi perah rakyat

Krisis moneter 1997 menjadi titik balik yang tragis. Penandatanganan 50 butir Letter of Intent (LoI) antara Pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) akhir 1997, menurut Teguh, telah menghapus payung hukum bagi pembinaan peternakan sapi perah dan persusuan di tanah air.

Melalui Inpres No. 4 Tahun 1998, Inpres No. 2 Tahun 1985 dicabut dan tidak berlaku lagi. Dengan demikian, menurut Teguh, pemerintah tidak bisa lagi mengintervensi jika terjadi pergesekan antara koperasi dengan IPS. Peternak sapi perah dan koperasi memasuki kancah liberalisasi tanpa proteksi.

“Meski IPS menjamin menyerap susu segar, tetapi posisi tawar peternak sapi perah/koperasi yang menggantungkan pasar produksinya sebagai bahan baku kepada IPS, menjadi lemah,” kata Teguh.

Lihat juga: Istilah susu mentah dan susu segar

Jadi, “Tidak bisa dipungkiri peran besar Bustanil Arifin dalam peternakan sapi perah rakyat yang diwujudkan dalam pengembangan koperasi susu di Indonesia. Secara nyata sampai saat ini masih dirasakan keberadaannya,” kata Ahmad Zabadi, Deputi Bidang Perkoperasian, Kemenkop dan UKM.

Teten Masduki, Menkop dan UKM, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap ikhtiar yang sudah dibangun Bustanil Arifin. Teten menyetujui DPN mempersembahan gelar kepada Bustanil Arifin. “Teten Masduki memberikan apresiasi yang tinggi terhadap ikhtiar Bustanil Arifin,” kata Ahmad.

“Penghargaan ini tidak hanya sekadar simbol penghormatan, tetapi juga pengakuan atas komitmen panjang beliau (Bustanil Arifin) dalam memperjuangkan kesejahteraan peternak kecil melalui pengembangan koperasi susu,” ucap Ahmad, sebagaimana dikutip dari ditjenpkh.pertanian.go.id.

Pada saat ini, kebutuhan susu nasional sekitar 4,45 juta ton per tahun. Kontribusi bahan bakunya sekitar 20% SSDN dan 80% impor. “Kita berharap, Presiden terpilih Bapak Prabowo Subianto akan memberikan atensinya kepada peternak sapi perah rakyat dan koperasi persusuan,” kata Teguh.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel

Referensi:

  1. Teguh Boediyana. Sambutan Ketua Dewan Persusuan Nasional. Jakarta, 10 Oktober 2024.
  2. Rochadi Tawaf. Kebangkitan Persusuan Nasional. Bahan presentasi. Jakarta, 10 Oktober 2024.
  3. Dewan Persusuan Nasional. Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu Indonesia. Bahan presentasi. Jakarta, 10 Oktober 2024.
  4. https://id.wikipedia.org/wiki/Bustanil_Arifin.