Stasiun kereta api Sidareja.
Sebuah stasiun kereta api kecil di lintasan jalur selatan Jawa Tengah, layaknya sebuah noktah di sisi sebelah barat Kabupaten Cilacap.
Dalam rentang waktu paruh akhir tahun 2015 hingga menjelang akhir tahun 2016, acapkali aku melintasi stasiun ini ketika berangkat kerja ke Yogya dan kembali ke rumah di Ciamis.
Setiap kali kereta api ekonomi yang kutumpangi berhenti di stasiun ini, dari pengeras suara stasiun berkumandanglah lagu gambang Bunga Anggrek dari album Sundari Soekotjo.
Suaranya yang merdu surgawi melantunkan syair lagu mendayu-dayu mengajuk kalbu.
- Bila anggrek mulai timbul,
- Aku ingat padamu,
- Di waktu kita berkumpul,
- ‘Kau duduk di sampingku.
- Engkau cinta kepadaku,
- Bulan menjadi saksi,
- Engkau telah berjanji,
- Sehidup dan semati.
- Kini ‘kau cari yang lain,
- Lupa dengan janjimu,
- ‘Kau pergi tak kembali,
- ‘Kau lupa kepadaku.
- Oh sungguh malang nasibku,
- Kini ‘kau telah jauh,
- ‘Kau pergi tinggalkan daku,
- ‘Kau pergi tak kembali.
Lirik yang pedih menyayat hati ini berpesan tentang jiwa yang lara mendambakan kesetiaan yang sia-sia akibat janji yang dicederai. Mellow dan tragis.
Namun tak ayal, pada masa lagu ini dirilis, dia mendapatkan kemasyhuran sedemikian sehingga bahkan dinyanyikan dalam versi yang liriknya berbahasa Belanda.
Dalam bahasa Belanda, judulnya menjadi, Als de Orchideën Bloeien.
Di masa itu demikian masyhurnya lagu ini, hingga tidak kurang dari Bram Titaley a.k.a Bram Atjeh (kakeknya penyanyi langganan juara Harvey Malaihollo) ikut mempopulerkannya.
Lagu ini mewartakan kisah yang murung tentang kesetiaan.
***
Kesetiaan adalah sebuah entitas integral yang secara niscaya memancar dari karakter manusia.
Akan halnya dua perkara ini, yakni karakter dan kepribadian manusia dapat kita umpamakan sebuah onggokan gunung es yang mengapung di tengah samudera. Sepersepuluh bagian terapung di atas permukaan air laut, sementara sembilan persepuluh sisanya berada di bawah permukaan.
Kita hanya bisa melihat bagian yang terapung itu. Sebuah amsal yang gamblang bahwa dari seseorang itu, hanya kepribadiannya yang kasat mata, sementara karakternya tersembunyi di dalam dirinya.
Apa sih karakter itu? Seorang kawan memintaku mendefinisikan apa itu karakter. Dengan bersahaja aku membuat pencandraan begini:
”Ketika aku berada di dalam satu ruangan, seorang diri, hanya berdua dengan Tuhan; maka siapa diriku ketika itu, itulah karakterku.”
***
Eksistensi seorang manusia dilihat dari kontribusinya terhadap masyarakat (baca: manusia yang lain). Dalam konteks manusia sebagai sumberdaya, nilai sumbangannya ditakar dari dua atribut diri yang dipunyai: APTITUDE (isi kepala) dan ATTITUDE (isi hati).
Aptitude atau kecerdasan, mewakili kompetensi, kualifikasi, keterampilan dan atribut-atribut kognitif lainnya. Attitude atau sikap, mewakili kepribadian yang memancar dari karakter.
Aptitude adalah hal yang tangible (kasat mata), dapat diajarkan dan dapat dipelajari. Attitude, di sisi lain lebih bersifat intangible (tidak kasat mata), seringkali hanya dapat dipelajari namun sulit diajarkan.
Memang ada orang-orang yang diberikan Tuhan kepakaran untuk memotivasi (mengajari attitude) orang lain, namun keberhasilan upayanya hanya bisa diukur dari seberapa jauh dia berhasil menggerakkan orang yang dimotivasinya.
Kuncinya, ternyata, bukan pada how to motivate melainkan pada how to be motivated. Prasyaratnya adalah hadir tidaknya dan seberapa kuatnya inner drive, dorongan dari dalam diri seseorang, mesin yang menggerakkannya untuk berubah, untuk maju.
Attitude sebagai bagian dari kepribadian (sehingga kasat mata, iceberg yang terapung) adalah resultante yang memancar dari karakter. Hanya karakter yang baik dapat melahirkan attitude yang baik, dan berlaku sebaliknya.
Kembali ke laptop
Kesetiaan adalah bagian integral dari karakter manusia. Itulah sebabnya mengapa kesetiaan disebut sebagai bagian dari integritas. Refleksinya tampak pada sikap (attitude), pada pemikiran (thoughts), pada tindakan (actions).
Kesetiaan bukan sekedar atribut, melainkan kualitas diri yang melekatkan nilai (value) pada kepribadian seseorang.
Ketidaksetiaan adalah kabar buruk dan pengingkaran terhadap kemanusiaan kita, sebagai makhluk yang kodrati diciptakan-Nya untuk membawa kabar baik kepada makhluk ciptaan-Nya yang lain.
11 Juni 2019 | Widjaya Harahap
(Widjaya Harahap dibesarkan dalam keluarga sangat sederhana dan bersaudara banyak di sebuah kota kecil di pedalaman Sumatra Timur).