AGRIKAN.ID – Elektrifikasi pertanian (electrifying agriculture, EA) merupakan proses mengubah perangkat atau sistem yang mengonsumsi energi dari sumber nonlistrik menjadi sumber listrik, yang diterapkan di bidang pertanian. Misalnya, pompa air untuk mengalirkan air ke lahan sawah.
Biasanya, petani menggunakan pompa air diesel, yang mengandalkan mesin diesel sebagai sumber tenaga untuk menyedot air dari sumbernya seperti sumur dangkal, sumur dalam, embung, danau, kali, atau sungai dan mengalirkannya ke sawah tadah hujan atau yang belum bersarana irigasi.
Dengan adanya program EA yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), petani bisa menggunakan pompa air listrik untuk menggerakkan air dari sumbernya ke lahan sawah mereka.
Misalnya, melalui program EA, PLN telah menyuplai listrik lahan percontohan seluas 1.058 hektare di Kampung Telaga Sari, Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Proyek yang dijalankan tersebut nantinya akan diterapkan untuk kawasan lumbung pangan (food estate) seluas satu juta hektare di Merauke.
Proyek percontohan EA di kawasan tersebut diresmikan Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto dan Komandan Satuan Tugas Pertahanan Pangan (Dansatgas Hanpangan) Kementerian Pertanian Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramdhani, Rabu, 9 Oktober 2024.
Untuk memenuhi kebutuhan daya 513 kW di lahan percontohan tersebut, PLN membangun jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang satu kms (kilometer sirkuit), yang dipasok dari sistem Merauke.
“PLN terus berpartisipasi aktif menyediakan infrastruktur ketenagalistrikan mendukung program ini (food estate). Kami harap, setelah listrik masuk, para petani bisa bekerja lebih cepat,” kata Adi.
Lihat juga: Fase pertumbuhan tanaman padi
Selain mendukung kesiapan infrastruktur ketenagalistrikan, PLN juga memberikan bantuan dua unit pompa air listrik dengan kapasitas 10 kW dan 7,4 kW kepada para petani di Kampung Telaga Sari.
Program EA, menurut Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, adalah inovasi PLN mendukung modernisasi sektor pertanian di Indonesia dengan memanfaatkan listrik dalam operasionalnya.
“Lewat program EA ini, sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan ke depannya yang beralih menggunakan listrik dalam kegiatannya, bisa semakin efisien dan produktif,” katanya.
Menghemat biaya dan meningkatkan produksi
Dengan menggunakan pompa air listrik, menurut Ahmat Rizal Ramdhani, diproyeksikan bisa menghemat biaya operasional petani sekitar 25%. Secara nominal, penghematan tersebut sekitar Rp400 ribu per hektare dengan estimasi pengisian air sawah sebanyak 6 (enam) kali dalam 3 (tiga) bulan sesuai umur panen padi. Selain itu, waktu pengisian air dengan pompa air listrik lebih cepat.
Masyarakat, menurut Riyanto, Kepala Kampung Telaga Sari, menyambut baik program EA yang ditawarkan pemerintah melalui PLN. Riyanto berharap bisa meningkatkan produksi pertanian.
“Terima kasih kami ucapkan kepada pihak PLN yang telah membantu kami, dari pompa listrik hingga jaringan listrik ke wilayah pertanian. Mudah-mudahan ini bermanfaat bagi masyarakat dan semoga dapat meningkatkan produksi hasil pertanian karena akan lebih efisien waktu dan lainnya,” katanya.
Lihat juga: Mengembangkan SuperSUN irigasi
“Kini, para petani di Kampung Telaga Sari dapat memanfaatkan pompa air listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Saya, atas nama petani Telaga Sari, mengucapkan terima kasih kepada bantuan pompa air listrik dan saluran listrik dari PLN,” kata Slamet, petani di Kampung Telaga Sari.
Selain itu, menurut Ahmad Rizal Ramdhani, program EA PLN dapat meningkatkan produktivitas petani. “Targetnya, produktivitas petani di Telaga Sari dapat meningkat hingga 50%. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk menjadikan Merauke sebagai lumbung pangan nasional,” katanya.
Sebagaimana kita ketahui, air merupakan salah satu kebutuhan pokok tanaman (padi). Air berperan penting dalam mengangkut unsur hara dari tanah ke tempat fotosintesis, mengedarkan hasil fotosintesis, dan untuk metabolisme tanaman. Pada tanaman, fotositensis terjadi di bagian daun.
Pada budidaya padi secara konvensional (airnya tergenang), menurut penelitian yang dipublikasikan Kementerian Pertanian, diperlukan air sekitar 1.493 liter untuk menghasilkan 1 (satu) kg gabah.
Jadi, pompa air (listrik) sangat diperlukan untuk mengairi sawah yang belum memiliki sarana irigasi. Secara teknis, pompa air yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian disebut pompa air irigasi.
Elektrifikasi pertanian dengan PLTS
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit listrik dengan menggunakan panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi tenaga listrik. PLTS ini merupakan sumber energi bersih dan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan gas rumah kaca saat dioperasikan.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA), misalnya, menggunakan PLTS untuk irigasi lahan pertanian di Desa Tanjung Agung di Muara Enim, Sumatra Selatan. PLTS irigasi yang diresmikan Sabtu, 17 Agustus 2024, itu merupakan salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan tambang tersebut.
Listrik yang dihasilkan PLTS berkapasitas 11,7 kWp (kilo Watt peak) tersebut mampu menghidupkan pompa air irigasi untuk menyedot air dari Sungai Enim dan ditampung di reservoir (penampungan air). Kemudian air dari reservoir dialirkan untuk mengairi sekitar 15 hektare sawah, milik petani padi.
“PLTS irigasi tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga mendorong pertanian yang lebih ramah lingkungan sehingga mampu mengurangi emisi karbon. Dari sisi perekonomian, program ini memberikan dampak bagi petani,” kata Suherman, Direktur PTBA sebagaimana tayang di ptba.co.id.
Lihat juga: Kolaborasi pengembangan energi bersih
“Kami berterima kasih kepada Bukit Asam yang sudah menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk Muara Enim. Tenaga surya ini gratis, manfaatnya banyak. Mari sama-sama kita jaga PLTS irigasi ini,” ujar Henky Putrawan, Pj. Bupati Muara Enim, sebagaimana tayang di ptba.co.id.
Elektrifikasi pertanian yang dilakukan PTBA ini, meski sebagai tanggung jawab sosial, manfaatnya sangat dirasakan petani. Sebelum kehadiran PLTS irigasi, sebanyak 60 petani hanya bisa panen padi 1 (satu) kali dalam setahun. Dengan kehadiran PLTS, mereka bisa panen padi 2-3 kali dalam setahun.
Dalam istilah teknis, berarti terjadi peningkatan Indeks Pertanaman (IP), yang merupakan rata-rata masa tanam dan panen padi dalam setahun pada lahan yang sama. Jika ditanam dan dipanen satu kali dalam setahun disebut IP 100. Jika ditanam dan dipanen dua kali dalam setahun disebut IP 200.
Dengan meningkatnya IP, diharapkan bisa meningkatkan volume produksi padi yang bisa dinikmati petani.
Bisa menyejahterakan petani
Dari uraian di atas, program elektrifikasi pertanian bisa menghemat biaya produksi padi. Di sisi lain, bisa meningkatkan produksi padi, baik karena peningkatan produktivitas maupun peningkatan IP.
Dengan demikian, program elektrifikasi pertanian diharapkan bisa menyejahterakan petani padi.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com
Referensi:
- https://web.pln.co.id/media/siaran-pers/2024/10/dukung-pengembangan-pertanian-di-merauke-pln-listriki-area-sawah-garapan-kementan-tni.
- Riset informasi dari web.pln.co.id, sentaninews.id, ptba.co.id, cee.co.id, dct.co.id, xurya.com, sunenergy.id, dan antaranews.com.
- Tohir, Winarno. 2019. Pertanian Presisi untuk Mensejahterkan Petani. Jakarta: Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel