mendongkrak harga dengan inovasi produk turunan
Buah naga segar dan tepung buah naga. Sumber: Wayan Supadno.

AGRIKAN.ID – Prinsipnya, di era globalisasi tinggal pilih inovasi atau mati usahanya karena kalah berkompetisi.

Inovasi bisa menekan harga pokok produksi (HPP), meningkatkan mutu dan penetrasi pasar agar makin banyak permintaanya, lalu harga naik. Permintaan naik karena produk turunannya makin banyak.

Hukum pasar berlaku permanen bahwa harga terbentuk atas dasar keseimbangan pasar.

Jika penawaran turun tapi permintaan naik maka harga naik. Sebaliknya, jika penawaran naik tapi permintaan turun maka harga turun.

Harga pasar sangat menentukan dinamisnya usaha. Karena di sana arus kas mencetak laba berproses.

Karena itulah selalu berusaha agar harga naik secara konsisten sehingga laba makin sehat untuk memacu percepatan kembali modal usaha (return on investment, ROI).

Hal paling logis praktis memperluas pasar agar harga naik saat produksi tetap adalah dengan riset dan inovasi membuat produk turunannya. Harga bisa spontan naik tajam.

Itulah sebabnya riset dianggap investasi dan sangat penting.

Beberapa contoh inovasi produk.

  • Buah naga
  • Minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO)
  • Bungkil sawit
  • Kedelai
  • Kelapa

Buah naga

Beberapa tahun silam, harga buah naga segar jatuh akibat volume produksi berlimpah.

Lalu direkayasa dengan inovasi buah naga segar menjadi tepung (powder) siap saji di restoran dan hotel berbintang di Eropa.

Bahan baku tepung buah naga dibutuhkan jumlah besar rutin. Lalu harga buah naga segar naik sehat.

Minyak sawit mentah

Agar permintaan minyak sawit mentah (CPO) makin besar lalu harga naik, maka dilakukan riset CPO menjadi biodiesel B30.

Dengan memproduksi bahan bakar minyak nabati tersebut, bisa menyerap CPO 9,7 juta ton/tahun untuk Indonesia saja, belum luar negeri.

Jadilah harga CPO juga naik tajam. Bahkan imbasnya ke minyak goreng, kosmetik, dan lainnya.

Bungkil sawit

Dulu bungkil sawit itu limbah. Lalu menjadi pakan ternak, jadilah harganya Rp 700/kg.

Makin banyak permintaan peternak terhadap bungkil sawit, jadilah harganya Rp 1.100/kg.

Malaysia melakukan riset bungkil sawit menjadi bahan baku kecap dan lainnya dari pada kedelai mahal. Permintaan besar rutin maka harga bungkil sawit saat ini Rp 2.600/kg.

Kedelai

Di Republik Rakyat China (RRC) agar babi mempunyai nilai tambah tinggi, maka dibuat riset produk turunannya sehingga permintaanya banyak. Dan hewan ternak itu membutuhkan pakan banyak.

Kedelai merupakan pakan ideal babi. Kedelai sedunia diborong oleh RRC dan diperingkat menjadi grade A untuk pangan dan grade B untuk pakan babi.

Jadilah harga kedelai naik tajam.

Kelapa

Dulu, minyak kelapa menjadi korban kampanye negatif karena dianggap sebagai sumber penyakit, termasuk kolesterol.

Dibuat riset, justru sebaliknya, minyak kelapa sangat bermanfaat.

Dari riset, kelapa bisa menjadi VCO (virgin coconut oil), nata de coco, karbon aktif, pembalut wanita, jok mobil, dan lainnya.

Akibatnya, permintaan kelapa banyak padahal daya pasok rendah sehingga harga kelapa naik tajam.

Jadi, riset dan inovasi meningkatkan permintaan sehingga bisa mendongkrak harga secara sehat.

Wayan Supadno | Pak Tani