Iyashi no Sato
Wisatawan dari Jakarta di desa pertanian tradisional di Iyashi no Sato Nenba, Jepang.

Saiko Iyashi no Sato Nenba atau biasa disebut Iyashi no Sato. Desa wisata pertanian tradisional ini di sebelah barat Danau Sai (Saiko), salah satu danau yang mengelilingi Gunung Fuji, Jepang.

Secara administratif, desa ini berada di Saiko, Fujikawaguchiko-machi, Minamitsuru-gun, Yamanashi, Jepang.

Di kaki Gunung Fuji terdapat lima danau.

  1. Yamanakako (Danau Yamanaka atau Danau Angsa)
  2. Kawaguchiko (Danau Kawaguchi)
  3. Saiko (Danau Sai)
  4. Shojiko (Danau Shoji)
  5. Motosuko (Danau Motosu)

Gunung Fuji terletak di perbatasan Prefektur Shizuoko dan Yamanashi, sebelah barat Tokyo, ibukota Jepang.

Gunung Fuji Pass Jepang.
Gunung Fuji Pass. Lihat tanda panah hitam gede di atas (petunjuk lokasi Saiko Iyashi no Sato Nenba). Sumber: klook.com.

Gunung setinggi 3.776 m ini dikeliling 3 kota: Gotemba (sebelah timur), Fuji-Yoshida (sebelah utara) dan Fujinomiya (sebelah barat daya).

Tahun 2013, Gunung Fuji ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia. Status ini menegaskan nilai kebudayaan gunung tertinggi di Jepang itu di mata dunia.

Bangunan tradisional Jepang

Di desa wisata Iyashi no Sato terdapat sekitar 22 rumah atau bangunan tradisional Jepang. Dinding terbuat dari anyaman bambu dan atap dari jerami.

Bentuk atapnya mirip penutup kepala yang biasa dipakai para Samurai atau helm Samurai. Arsitekturnya mengikuti gaya Kabuto-zukuri.

Iyashi no Sato ini merupakan bekas desa pertanian di tepi barat Danau Sai (Saiko). Pada tahun 1966, desa ini hancur oleh tanah longsor dan topan. Ditinggalkan penghuninya. Kosong.

Jembatan di Iyashi no Sato.
Tri, Lina, Nunung, dan Agung (berkostum Ninja) di Iyashi no Sato Nenba.

Pada tahun 2006, desa ini dibuka kembali. Rumah tradisional dibangun ulang. Dibuka kembali sebagai museum terbuka dan desa kerajinan tradisional di Negeri Sakura.

Desa ini berlatar belakang Gunung Fuji. Ada sungai Honsawa yang jernih. Belum lagi pepohonan nan hijau. Membuat desa ini semakin asri. Damai. Tenang. Indah.

Di gerbang masuk, terdapat toko oleh-oleh yang menjual pelbagai produk khas Jepang seperti udon basah, teh, miso, beras, dan kerajinan tangan (tembikar, kain tenun, pot, hingga dupa).

Pergilah ke Rumah Wanatabe jika ingin melihat gambaran kehidupan sehari-hari petani Jepang zaman dulu. Di sini ditampilkan barang-barang yang digunakan petani.

Pergilah ke Museum Pengendali Erosi dan Sedimen jika ingin mengetahui penyebab longsor yang menghancurkan desa ini dulu. Ditampilkan juga teknik mencegah terjadinya bencana.

Ada Rumah Kincir Air (watermill house). Di sini tergambar bagaimana petani menggiling soba (buckwheat), gandum (wheat), dan padi (rice).

Gunung Fuji.
(Kiri-kanan) Lina, Tri, dan Nunung di Iyashi no Sato Nenba dengan latar Gunung Fuji.

Berkunjunglah ke Rumah Miharashiya jika ingin melihat hasil kerajinan seni. Mirip galeri. Di lantai bawah. Di lantai dua terdapat menara pandang. Gunung Fuji terlihat mempesona dari menara ini.

Ada lagi Rumah Seseragiya. Di dekat pintu terpajang instalasi seni yang bentuknya mirip tahun Imlek. Di dinding rumah penuh gambar potret diri atau rombongan. Di rumah ini pengunjung dapat melihat perajin lokal membuat keranjang bambu.

Juga Rumah Galeri Kerja Tembikar Fuji Roman-gama. Di dalam rumah ini terdapat pelbagai ragam tebikar. Ada dudukan sempit berbentuk kucing. Ada mangkok kecil khas Jepang dengan motif indah. Ada pajangan kecil berbentuk Gunung Fuji.

Kalau ingin menyoba kimono atau baju besi Samurai, datanglah ke Rumah Hinomi-ya. Menyewa tentunya.

Di Iyashi no Sato terdapat Jembatan Fujimi. Di jembatan ini banyak pengunjung berfoto sembari menggunakan kimono atau baju besi Samurai.

Jembatan Iyashi no Sato.
(Kiri-kanan) Dwi, Emi, Nani, dan Desi di Iyashi no Sato Nenba dengan latar Gunung Fuji.

Empat musim di Iyashi no Sato

  1. Musim semi (spring, haru). Biasanya berlangsung 21 Maret – 21 Juni. Suhunya antara 5-180C. Ditandai dengan mekarnya bunga sakura (Japanese cherry blossom). Berjajar di sepanjang jalan desa dan rumah-rumah.
  2. Musim panas (summer, natsu ). Biasanya berlangsung 21 Juni – 23 September. Suhu 26-34oC. Meski bunga sakura tidak mekar, tetapi pepohonan hijau yang rindang membuat enak dipandang. Langit yang bersih dan matahari bersinar terang. Meski musim panas, tetapi Iyashi no Sato tetap sejuk.
  3. Musim gugur (autumn, aki). Biasanya berlangsung 23 September – 21 Desember. Suhu 12-24oC. Dedaunan berubah warna menjadi kuning kemerahan. Ranting pohon berguguran. Iyashi no Sato makin memesona.
  4. Musim dingin (winter, fuyu). Biasanya berlangsung 21 Desember – 21 Maret. Suhu berkisar di bawah 0oC. Rumah beratap jerami tertutup salju. Jalan-jalan desa tertutup salju. Gunung Fuji juga tertutup salju. Tapi Iyashi no Sato tetap menarik kuntuk dikunjungi.

Kapan atau musim apa pun berkunjung ke Iyashi no Sato, desa tradisional ini tetap terlihat indah. Di setiap musim, Iyashi no Sato selalu tampil unik. Menyenangkan.

Kegiatan di Iyashi no Sato

  • Berfoto dengan latar Gunung Fuji.
  • Berfoto di Jembatan Fujimi dengan berpakaian kimono atau baju besi Samurai.
  • Berkeliling di Iyashi no Sato.
  • Mempelajari budaya Negeri Sakura.
  • Mencoba tradisi minum teh.
  • Membeli souvenir khas Iyashi no Sato.
  • Melihat keindahan Danau Sai dari Iyashi no Sato.
  • Menyantap menu khas Yamanashi di Saiko Iyashi no Sato Nenba Restaurant. Ada Hoto (mie berukuran lebar yang dimasak dengan kuah miso dan sayuran) dan mie soba asli Yamanashi.
Desa pertanian tradisional di Jepang.
Suasana di Iyahi no Sato Nenba. (Kiri-kanan) Risma, Ipah, dan Reni dengan latar Gunung Fuji.

Jam buka dan tiket masuk

  • Jam buka. Maret – November dibuka jam 09.00 pagi sampai jam 5.00 sore, 7 hari seminggu. Desember – Februari dibuka jam 09.30 pagi sampai jam 4.30 sore, tapi hari Rabu ditutup.
  • Tiket masuk dewasa 350 Yen dan anak-anak 150 Yen.

Cara ke Iyashi no Sato

  • Bisa menggunakan kereta ekspres melalui Stasiun Shinjuku ke arah Kofu. Turun di Stasiun Otsuki. Transit menggunakan kereta Fuji Express. Berhenti di Stasiun Kawaguchiko. Lalu naik bus Retro Saiko atau Aokighara Line. Turun di halte bus Iyashi no Sato Nenba.
  • Bisa juga naik bus ekspres dari terminal bus di Stasiun Shinjuku atau Bandara Haneda.
  • Bisa juga mencarter kendaraan.

Desa tradisional di Jepang

Iyashi no Sato termasuk salah satu desa tradisional di Jepang. Dalam merebut wisatawan, desa ini bersaing dengan Desa Shirakawago di Gifu dan Desa Boso no Mura di Chiba.

Tetapi, banyak wisatawan yang lebih memilih berkunjung ke Iyashi no Sato. Mengasingkan diri dari kebisingan kota. Berdamai dengan alam. Menikmati keindahan desa pertanian tradisional Jepang.

Referensi:

  1. https://en.kawaguchiko.net/knowledge-en/saiko-iyashinosato-nemba/.
  2. https://www.yamanashi-kankou.jp/foreign/indonesia/spot/p2_2803.html/.
  3. https://www.japan-guide.com/e/e6923.html/.
  4. https://tripjepang.co.id/iyashi-no-sato-japan-desa-wisata-di-kaki-gunung-fuji.html/.
  5. https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Fuji/.
  6. https://www.klook.com/id/blog/best-spot-gunung-fuji/.
  7. https://www.klook.com/activity/7719-mt-fuji-pass-tokyo/.
  8. https://www.yamanashi-kankou.jp/foreign/indonesia/special/mtfuji.html/.
  9. https://www.japanhoppers.com/id/chubu/mountfuji/weather/.
  10. ttps://www.japanican.com/en/tour/detail/PAS1J01204KKC/.