Padi hibrida Suppadi 89 tahan tumbuh di lahan kurang subur atau yang berpirit seperti di lahan rawa pasang surut.
Benih padi hibrida F1 Suppadi 89. Sumber: PT Agrosid Manunggal Sentosa.

Bagi petani yang mempunyai atau mengelola lahan rawa pasang surut dan ingin mendapatkan hasil panen yang optimal, sebaiknya menanam benih padi hibrida Suppadi 89. Sebab, benih ini tahan tumbuh di lahan kurang subur atau yang berpirit, yang bisa mencetuskan keasaman lahan.

Benih yang dirilis dengan SK Kementerian Pertanian No. 1254/Kpts/SR.120/2012/2014 ini, mempunyai potensi hasil 8,3 – 9,3 ton gabah kering giling (GKG) atau setara beras 5,7 – 6,4 ton per hektar. Di dalam brosurnya disebutkan, rendemen gabah padi Suppadi 89 ini sekitar 68,36%.

Tetapi ingat, hasil di atas baru potensi bukan realitas. Seorang petani di Sumatra Selatan, yang menanam padi hibrida Suppadi 89, yang mempunyai lahan yang mengandung pirit (FeS2), hasil panennya minimal 7 ton GKG atau setara beras 4,8 ton. Padahal lahan tersebut kurang subur.

Karakteristik Suppadi 89

Produktivitas merupakan salah satu karakteristik benih padi hibrida Suppadi 89. Berikut ini karakteristik umum mengapa petani harus menanam padi hibrida Suppadi 89, yang benihnya dipasarkan PT Agrosid Manunggal Sentosa, perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta.

  • Produksi tinggi dengan potensi hasil 8,3 – 9,3 ton gabah kering giling (GKG) per hektar.
  • Jumlah bulir bernas sekitar 179 bulir per malai. Berat 1.000 bulir sekitar 25,8 gram.
  • Jumlah anakan produktif sekitar 19.
  • Umur panen sekitar 111 hari setelah semai.
  • Warna batang hijau, daun bendera tegak, dan tahan rebah.
  • Bentuk batang panjang.
  • Rendemen sekitar 68,36%.
  • Beras berkualitas super (putih bening tanpa ada perut putih). Boleh dikatakan beras dari padi Suppadi 89 ini tergolong beras premium.
  • Rasa nasi enak dan pulen. Kadar amilosanya sekitar 22,4%.
  • Nasi tidak gampang basi atau mengeluarkan keringat. Padi yang beraroma pandan ini ketika dimasak akan bertahan lama di rice cooker (penanak nasi).
  • Adaptasi luas, bisa ditanam di lahan 10 – 800 meter di atas permukaan laut (dpl).

Budidaya Suppadi 89

Lalu, bagaimana cara membudidayakan padi Suppadi 89?

Berikut ini akan dijelaskan mengenai persiapan benih, persiapan lahan persemaian, penyemaian dan pemeliharaan, penanaman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit.

Padi hibrida Suppadi 89 kokoh dan tahan rebah.
Hamparan tanaman padi hibrida Suppadi 89. Sumber: PT Agrosid Manunggal Sentosa.

Persiapan benih

  • Kebutuhan benih sekitar 10 – 15 kg per hektar.
  • Benih dicuci bersih. Benih yang mengapung tidak perlu dibuang.
  • Rendam benih 3 – 6 jam.
  • Kemudian benih diperam selama sekitar 36 jam, sampai keluar bakal akar.

Persiapan lahan persemaian

  • Siapkan lahan persemaian 25 – 40 m2 per kg benih. Atau 250 – 400 m2 per hektar.
  • Pengolahan lahan sampai halus.
  • Persemaian bisa di lahan basah (sawah) atau lahan kering.

Penyemaian dan pemeliharaan semai

  • Semai benih yang sudah siap (sudah keluar bakal akar) secara jarang sekitar 50 gram atau segenggam tangan per m2.
  • Pada umur 7 – 10 hari setelah semai (HSS), pupuk dengan NPK dengan dosis 500 gram per kg benih.
  • Pada umur 10 – 15 HSS, semprot dengan insektisida plus masoil (perekat dan perata) masing-masing 1 – 2 tutup per 17 liter air (satu tangki sprayer).

Penanaman

  • Penanaman (tanam mundur atau tandur) sebaiknya dilakukan pada saat bibit semai berumur 15 – 20 HSS. Yang bagus itu berumur 18 HSS.
  • Usahakan tandur dengan 1 – 2 bibit per lubang tanam.
  • Gunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 atau kebiasaaan petani, yaitu (25 – 50) cm x 25 cm atau (30 – 60) cm x 30 cm. Maksudnya begini. Jarak antar baris tanaman 25 cm dan jarak dalam baris 25 cm, dan setiap dua baris dibuat jarak 50 cm. Atau jarak antar baris tanaman 30 cm dan jarak dalam baris 30 cm, dan setiap dua baris dibuat jarak 60 cm.

Pemupukan per hektar

  • Pupuk dasar pada umur 0 – 5 hari setelah tanam (HST) adalah 100 kg SP36 dan 50 kg urea.
  • Pupuk susulan I pada umur 10 – 15 HST adalah 50 kg SP36, 100 kg urea, dan 50 kg kalium majemuk.
  • Pupuk susulan II pada umur 25 – 30 HST adalah 50 – 100 kg kalium majemuk.

Pengendalian hama dan penyakit

  • Dianjurkan menggunakan pestisida ditambah masoil (perekat dan perata) 2 ml per liter air untuk meningkatkan daya kerja pestisida.

Perlu diperhatikan oleh petani, Suppadi 89 ini merupakan padi hibrida, bukan padi inbrida, sehingga tidak boleh menanam benih turunannya (F2) karena produksi akan turun 30%. Selain itu, panen tidak serempak, dan banyak bulir yang hampa, dan beras hasil gilingan banyak patah.

Padi Inpara 2 dipanen pada umur 128 hari setelah sebar dengan potensi hasil 6,08 ton GKG per hektar.
Padi Inpara 2. Sumber: dokumentasi Agrikan.id.

Karena itulah, kalau petani mau menanam lagi padi hibrida Suppadi 89 harus membeli lagi benih F1 padi hibrida Suppadi 89 supaya hasil panennya optimal sekitar 8,3 – 9,3 ton GKG per hektar.

Kalau produktivitas padi hibrida Suppadi 89 ini tinggi meski ditanam di lahan kurang subur seperti di lahan rawa pasang surut, maka hampir dipastikan produktivitas padi ini bisa mendekati potensi hasinya kalau ditanam di lahan yang subur seperti di lahan sawah yang beririgasi.

Boleh dikatakan padi hibrida Suppadi 89 ini seperti padi amfibi. Bisa tumbuh (super) produktif di lahan kurang air ataupun di lahan sawah berair.

Tetapi semua kembali kepada petani lo. Selain Suppadi 89, untuk di lahan rawa pasang surut, ada juga petani yang menanam varietas IPB-3S, Inpari (Inbrida Padi Sawah Irigasi) Mekongga, dan Inpara (Inbrida Padi Rawa) 2. Pada akhirnya kualitas dan produktivitas yang menjadi acuan petani.

Andre Indratama

Referensi:

  1. Brosur Benih Padi Hibrida F1 Suppadi 89, yang dikeluarkan PT Agrosid Manunggal Sentosa. Tidak ada tanggal, bulan, dan tahun seperti brosur-brosur yang diterbitkan di luar negeri.
  2. Tohir, H. Winarno. 2019. Pertanian Presisi untuk Mensejahterakan Petani. Jakarta: Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
  3. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3671674/strategi-optimalkan-produksi-padi-di-lahan-rawa. Diakses Jumat, 25 Desember 2020.