Kontribusi sawit dalam neraca perdagangan Indonesia
Kontribusi ekspor sawit dan program biodiesel B-30 dalam neraca perdagangan Indonesia.

Neraca perdagangan Indonesia tahun 2021, menurut Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute), diperkirakan surplus US$40,00 miliar.

Hal itu karena sampai Oktober 2021, menurut Tungkot, nilai ekspor minyak sawit Indonesia sekitar US$30,04 miliar.

“Hal ini (ekspor minyak sawit) sudah melampaui selama 111 tahun lebih sawit di Indonesia,” kata Tungkot.

Sebagai informasi, pada 18 Nopember 2021 lalu keberadaan sawit di Indonesia sudah mencapai 111 tahun.

Agam Fatchurrochman, Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), memperkirakan nilai ekspor sawit Indonesia 2021 sekitar US$35,00 miliar.

Yang menarik, total ekspor olahan minyak sawit mencapai 91,14%, yaitu oleokimia, biodiesel, refined palm kernel oil, dan refined palm oil.

Sementara total ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit mentah (CPKO) sekitar 8,86%.

Hal itu menunjukkan bahwa hilirisasi industri sawit di Indonesia semakin bagus. Dampaknya, komposisi ekspor produk olahan sawit semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Misalnya, menurut Agam, pada tahun 2019, porsi (berbasis bobot) ekspor CPO sekitar 19,80% dari total ekspor sawit Indonesia. Pada tahun 2020 porsinya sekitar 21,10%, dan tahun 2021 (sampai September) sekitar 8,70%.

Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menurut Agam, mengapresiasi ekspor sawit tersebut.

“Jadi, devisa US$35,00 miliar itu benar-benar dinikmati oleh kita semua, masyarakat, perusahaan, dan bahkan pemerintah,” kata Agam.

Hal itu disampaikan Tungkot dan Agam dalam webinar yang diselenggarakan Majalah AGRINA dan PASPI, Rabu, 22 Desember 2021.

Webinar tersebut bertema, Upaya Mempercepat Peningkatan Produksi dan Produktivitas Sawit Nasional yang Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas.

Menghitung neraca perdagangan Indonesia

Secara sederhana, menghitung neraca perdagangan itu dengan nilai ekspor dan impor barang dan jasa.

Neraca perdagangan merupakan selisih nilai ekspor barang dan jasa dengan nilai impor barang dan jasa.

Jika nilai ekspor lebih tinggi dari nilai impor, maka neraca perdagangan plus atau surplus.

Sebaliknya, jika nilai ekspor lebih rendah dari nilai impor, maka neraca perdagangan minus atau defisit.

Dari tabel terlihat neraca perdagangan Indonesia dengan memperhatikan peran ekspor minyak sawit dan program biodiesel B-30 yang berbahan baku sawit.

Berkat ekspor sawit dan program biodiesel B-30, neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2017 plus US$11,80 miliar dan tahun 2018 minus US$ 8,70 miliar.

Pada tahun 2019 juga minus US$3,70 miliar, tahun 2020 plus US$21,74 miliar, dan tahun 2021 (sampai Oktober) plus US$30,81 miliar.

Pada tahun 2020, nilai devisa sawit sekitar US$22,96 miliar. Tetapi karena ada sawit yang diolah menjadi biodiesel untuk program B-30 sehingga bisa menghemat devisa impor solar US$3,28 miliar.

Karena itulah subtotal devisa sawit Indonesia pada tahun 2020 menjadi sekitar US$26,24 miliar.

Begitu juga tahun 2021 (sampai Oktober). Nilai ekspor sawit sekitar US$30,04 miliar dan penghematan devisa impor solar US$3,77 miliar sehingga subtotal devisa sawit Indonesia menjadi US$33,81 miliar.

Coba perhatikan neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2020 dan 2021.

Pada tahun 2020, jika tidak ada ekspor sawit dan program biodiesel B-30, maka neraca perdagangan Indonesia minus US$3,88 miliar dan tahun 2021 (sampai Oktober) minus US$3,01 miliar.

Tetapi berkat ekspor sawit dan program biodiesel B-30, neraca perdagangan Indonesia tahun 2020 plus US$21,74 miliar dan tahun 2021 (sampai Oktober) plus US$30,81 miliar.

Peranan sawit dalam perekonomian

“Jadi, yang membuat neraca perdagangan Indonesia surplus terus sampai hari ini adalah industri sawit, bukan migas (minyak dan gas),” kata Tungkot.

“Ini perlu diperbaiki komunikasi kita dengan BPS (Badan Pusat Statistik), supaya BPS melihat hal ini. Supaya kelihatan jelas bahwa sawit itu sangat penting peranannya dalam perekonomian,” katanya.

“Bulan ini bahasanya (BPS) adalah ekspor pertanian turun. Ya, (ekspor produk pertanian) primer turun. Tapi (ekspor) olahannya meningkat cepat (seperti sawit),” kata Tungkot.

Jadi, berkat ekspor sawit dan program biodiesel B-30, neraca perdagangan Indonesia tahun 2021 surplus.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com