Semula saya tidak mengerti mengapa ramai tentang bias generasi. Ternyata gegara terpilihnya Joe Biden, 78 tahun, sebagai Presiden Amerika Serikat. Wakilnya Kamala Harris berusia 56 tahun, seusia Mahathir Mohamad ketika pertama kali menjadi Perdana Menteri Malaysia.
Donald Trump dari Partai Republik terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat tahun 2016 pada usia 70 tahun mengalahkan Hillary Clinton, 69 tahun, dari Partai Demokrat.
Sekarang Trump dikalahkan Joe Biden dari Partai Demokrat. Pada usia 78 tahun nanti, jika Tuhan berkenan, Trump masih berpeluang mencalonkan diri lagi. Apalagi pemilih Trump masih cukup banyak.
Usia produktif
Kemudian beredar hasil survei New England Journal of Medicine (NEJM) Nomor 70.389 tahun 2018. Survei itu dilakukan di Amerika Serikat dengan sampel yang besar. Diperoleh hasil bahwa usia paling produktif seseorang itu pada rentang 60 – 70 tahun. Hasilnya sebagai berikut:
- Usia paling produktif dalam kehidupan seseorang (the most productive age in a man’s life) 60 – 70 tahun.
- Usia paling produktif kedua (the second most productive age) 70 – 80 tahun.
- Usia paling produktif ketiga (the third most productive age) 50 – 60 tahun.
Saya semula berpikir, temuan ini hanya disinformasi para senior saja. Oh, ternyata tidak. Survei itu memberikan sejumlah bukti. Perhatikan bukti-bukti yang dipublikasikan NEJM berikut ini:
- Rata-rata usia penerima Hadiah Nobel adalah 62 tahun.
- Rata-rata usia CEO (Chief Executive Officer) perusahaan Fortune 500 adalah 63 tahun.
- Rata-rata usia pastor di 100 gereja terbesar di Amerika Serikat adalah 71 tahun.
- Rata-rata usia Paus (Uskup Roma dan Pemimpin Gereja Katolik di seluruh dunia) 76 tahun.
Kemudian saya mengecek kelompok umur menurut World Health Organization (WHO) dengan kriteria baru. Coba perhatikan:
- Usia 0 – 17 tahun digolongkan anak-anak di bawah umur (underage).
- Usia 18 – 65 tahun digolongkan pemuda (youth/young people).
- Usia 66 – 79 tahun digolongkan setengah baya (middle-age).
- Usia 80 – 99 tahun digolongkan orang tua atau senior (elderly/senior).
- Usia 100 tahun ke atas digolongkan orang tua berusia panjang (long-lived elderly).
Ternyata, menurut WHO, pemuda itu berusia 18 – 65 tahun. Padahal, menurut Pasal 1 Ayat 1 UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, pemuda adalah warganegara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun.
Generasi perang hingga alpha
Kemudian saya baca sejumlah artikel yang dikeluarkan oleh Spark and Honey, Badan Statistik Kanada, McCrindle Research Centre, MTV, PewResearch, Time, Newsweek, Livescience, William Straus and Neil Howe, Advertising Age, Nielsen Media Research, PWC, dan sebagainya. Saya menemukan kelompok generasi dengan istilah-istilah berikut ini:
- Generasi Perang Klasik, lahir 1648 – 1860.
- Generasi Perang Dunia (PD) I, lahir 1860 – 1918.
- Generasi Perang Dunia (PD) II, lahir 1939 – 1945.
- Generasi Era Depresi, lahir sebelum PD I dan pasca PD II.
- Generasi Baby Boomer, lahir 1946 – 1964.
- Generasi X, lahir 1965 – 1980.
- Generasi Y atau Millenial, lahir 1981 – 1994.
- Generasi Z, lahir 1995 – 2010.
- Generasi Alpha, lahir 2011 – 2025.
Selama ini, saya merasakan banyak orang yang mempertentangkan antargenerasi ini. Saya menyebutnya bias generasi. Ada yang menilai satu generasi lebih hebat dari generasi lainnya. Begitu juga sebaliknya. Padahal yang lebih pas itu bagaimana menyinergikan antargenerasi.
Pada dasarnya, setiap generasi mempunyai keunggulan dan kekurangan. Bagaimana keunggulan dari suatu generasi menutupi kekurangan generasi lainnya sehingga yang tercipta adalah sinergi.
Di lapangan saya menemukan, generasi yang lebih muda merasa lebih hebat dari generasi yang lebih tua. Begitu juga sebaliknya.
Coba renungkan informasi yang saya dapat dari “Embun Pagi” yang dibagikan oleh teman saya, yang pernah menjadi direksi di Bank Mandiri, yang kini menjadi direksi di sebuah perusahaan pertambangan. Tentu pengalamannya sudah cukup banyak.
Menurut teman saya itu, biasanya kita akan berkomentar terhadap seseorang yang baru belajar sesuatu, karena biasanya mereka akan kelihatan begitu pandai dan merasa dirinya lebih baik dan paling benar. Hal itu wajar karena ilmu itu ada tiga tahapan.
- Jika baru memasuki dan memahami atau memasuki tahap pertama, dia akan sombong.
- Jika mulai memasuki tahap kedua, dia akan rendah hati.
- Dan, apabila sudah memasuki tahap ketiga, dia merasa tidak ada apa-apanya.
Kemudian saya membaca kutipan Prof. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc., teman saya sesama alumnus TIN-Fateta IPB pada pidato orasi ilmiah guru besar IPB, 10 Oktober 2020, dengan tema, “Pengembangan Proses Produksi Tertutup: Menuju Agroindustri Berkelanjutan.”
Kutipan Tajuddin bukan tentang agroindustri tetapi ilmu dan ketidaktahuan seseorang. Saya tidak memverifikasi dari mana Tajuddin mendapat kutipan itu, tapi bunyinya begini:
Ilmu adalah tentang ketidaktahuan. Semakin tinggi ilmu seseorang semakin banyak tahu tentang yang dia tidak tahu, karena itu dia terus belajar.
Sebaliknya, orang yang merasa banyak tahu sesungguhnya dia tidak berilmu, karena itu dia tidak tahu apa yang harus dipelajari.
Penyinergian
Kembali ke survei NEJM. Bisa dimengerti jika usia paling produktif seseorang itu 60 – 70 tahun. Biasanya orang-orang yang ilmunya semakin tinggi, mereka itu akan terus belajar. Bagi yang kurang belajar termasuk ke dalam kutipan kedua sehingga mereka menjadi senior kaleng-kaleng.
Tapi bagi senior yang suka belajar, biasanya, pada usia 60 – 70 tahun, meski tidak berlaku umum, mereka pandai memadukan karyawan antargenerasi di perusahaan. Penyinergian ini, menurut seorang eksekutif perusahaan pestisida sangat penting bagi kelangsungan perusahaan.
Jadi, kalau Anda sekarang sudah memasuki rentang usia 60 – 70 tahun berbahagialah. Anda sudah memasuki usia paling produktif. Anda berpindah dari usia produktif ketiga (50 – 60 tahun). Kemudian Anda akan berpindah lagi ke usia produktif kedua (70 – 80 tahun).
Barangkali Tuhan sudah merancang bahwa tahun-tahun terbaik hidup Anda pada usia 60 – 80 tahun. Umur memang hak veto Tuhan. Jika Anda berusia 60 – 70 tahun atau 70 – 80 tahun, Anda memiliki tahun-tahun terbaik dalam hidup Anda, yang penuh dengan prestasi.
Joe Biden terpilih sebagai Presiden AS pada usia 78 tahun. Meski pernah menjadi Perdana Menteri ke-4 Malaysia (16 Juli 1981 – 31 Oktober 2003), pada usia 93 tahun Mahathir Mohamad terpilih kembali menjadi Perdana Menteri ke-7 Malaysia (10 Mei 2018 – 1 Maret 2020).
Jangan kita memandang mereka haus kekuasaan, tapi petiklah spirit mereka untuk memajukan negaranya.
Jika itu perusahaan, petiklah spirit mereka untuk memajukan perusahaan. Dari hasil survei, rata-rata CEO perusahaan Fortune 500, perusahaan terbaik di dunia, berusia 63 tahun.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com.
Referensi:
- https://indonesianlantern.com/2020/11/07/joseph-robinette-biden-jr-terpilih-sebagai-presiden-as-ke-46/. Diakses Minggu, 08 Nopember 2020.
- https://www.theweek.in/columns/shashi-tharoor/2019/12/06/why-we-should-increase-our-retirement-age.html. Diakses Minggu, 8 Nopember 2020.
- https://www.thepublicofficial.com/interesting-findings-about-productivity. Diakses Minggu, 6 Nopember 2020.
- https://hbr.org/2019/09/the-case-for-hiring-older-workers. Diakses Minggu, 6 November 2020.
- https://www.itsjusthotelsservice.com/post/the-older-the-better-hospitality-hr-management-better-change-now. Diakses Minggu, 8 November 2020.
- https://en.brilio.net/news/65-years-old-is-still-young-65-years-old-is-still-young-1601205.html#. Diakses Minggu, 08 Nopember 2020.
- https://www.kompas.com/global/read/2020/11/08/095914770/profil-kamala-harris-wanita-kulit-hitam-pertama-yang-menjadi-wakil?page=all. Diakses Minggu, 8 Nopember 2020.
- https://id.wikipedia.org/wiki/Mahathir_Mohamad. Diakses Selasa, 10 Nopember 2020.