Padi Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar merupakan hasil kerjasama penelitian Batan dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Padi Rojolele Srinuk. Sumber: twitter.com/humasbatan. Diakses Minggu, 7 Februari 2021.

Rojolele Srinuk berasal dari kata “Rojolele”, varietas induk padi unggulan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, “Sri” mempunyai makna dewi padi, dan “Inuk” mempunyai makna enak sekali.

Sementara Rojolele Srinar berasal dari kata “Rojolele”, “Sri”, dan “Srinar” yang diambil dari slogan Kabupaten Klaten, yakni Klaten Bersinar (Bersih, Sehat, Indah, Nyaman, Aman, Rapi).

Rojolele merupakan galur padi sawah lokal asal Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Galur padi ini dirilis Kementerian Pertanian sebagai varietas Rojolele pada 14 Februari 2003.

Potensi hasil varietas Rojolele 4,2 ton gabah kering giling (GKG)/ha, umur tanaman 155 hari setelah semai (HSS), tinggi tanaman 146 – 155 cm, peka terhadap wereng cokelat, tekstur nasi pulen, dan aroma wangi.

Tetapi hari demi hari petani mulai kurang berminat menanam padi Rojolele, meskipun banyak disukai konsumen karena nasinya pulen dan wangi.

Mengapa? Selain peka terhadap wereng batang cokelat (WBC), varietas Rojolele mudah rebah karena tanamannya relatif tinggi.

Padahal Klaten merupakan salah satu lumbung pangan di Jawa Tengah.

Melihat kondisi di atas, Pemerintah dan DPRD Klaten bekerjasama dengan Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta, untuk menghasilkan Rojolele unggulan baru.

Penelitian dimulai tahun 2013. Caranya, dengan menyinari benih varietas Rojolele dengan sinar gamma pada dosis 200 Grey.

Setelah melalui serangkai tahap uji, dihasilkan tiga galur unggulan, yaitu mutan A 10 (Rojolele Srinuk), A 82.1 (Rojolele Srinar), dan A 106.1 (Rojolele Sriten).

Dari sidang pelepasan varietas pada akhir Juni 2019, yang lolos untuk dilepas sebagai varietas adalah Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar.

Kemudian surat keputusan rilis dari Kementerian Pertanian diserahkan secara simbolis kepada Bupati Klaten pada Oktober 2019 di Klaten.

Padi tidak mudah rebah

Keunggulan kedua varietas baru ini dibandingkan dengan Rojolele, antara lain mempunyai umur lebih pendek, yakni 110 HSS dan tinggi tanaman sekitar 110 cm sehingga tidak mudah rebah.

Padi Rojolele Srinuk tahan WBC biotipe 1, sedangkan padi Rojolele Srinar tahan WBC biotipe 1, 2, dan 3.
Padi Rojolele Srinuk organik di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. Diakses dari solopos.com, Minggu, 7 Februari 2021.

Selain itu, Rojolele Srinuk tahan terhadap WBC biotipe 1, sedangkan Rojolele Srinar tahan terhadap WBC biotipe 1, 2, dan 3. Bandingkan dengan Rojolele induk yang peka terhadap WBC.

Keunggulan lain, potensi hasil Rojolele Srinuk dan Srinar mencapai 9,75 ton GKG/ha atau rata-rata 8,4 ton GKG/ha. Bandingkan dengan Rojolele induk yang potensi hasilnya 4,2 ton GKG/ha.

Dari segi mutu fisik beras dan mutu organoleptik (tekstur pulen dan aroma wangi) mirip dengan Rojolele, bahkan Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar cenderung lebih baik.

Dari segi fisik Rojolele Srinuk lebih bulat dari Rojolele Srinar, tapi tekstur pulen dan aroma keduanya sama.

Dengan potensi hasil lebih dua kali Rojolele dan tahan rebah, diharapkan Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar dapat meningkatkan gairah petani menanam padi kedua varietas baru ini.

Karena itulah, untuk meningkatkan perekonomian di daerah, Kabupaten Klaten akan membangun pasar beras.

Sebagai ilustrasi saja. Pada 2019, harga beras Rojolele Rp 12 – 14 ribu/kg, sedangkan Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar bisa mencapai sekitar Rp 18 ribu/kg.

Dengan potensi hasil yang tinggi dan harga jual juga tinggi, diharapkan Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar dapat meningkatkan kesejahteraan petani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Referensi:

  1. http://www.batan.go.id/index.php/id/kedeputian/sains-aplikasi-teknologi-nuklir/aplikasi-isotop-dan-radiasi/5983-rojolele-srinuk-dan-srinar-panen-di-klaten. Diakses Minggu, 7 Februari 2021.
  2. https://klatenkab.go.id/panen-raya-padi-program-agro-techno-park-atp-di-tlingsing-cawas/. Diakses Minggu, 7 Februari 2021.
  3. https://tekno.tempo.co/read/1262920/padi-rojolele-radiasi-batan-hasilkan-panen-lebih-banyak-dan-cepat/full&view=ok. Diakses Minggu, 7 Februari 2021.
  4. https://klatenkab.go.id/padi-rojolele-varietas-baru-hasil-mutan-resmi-dilepas/. Diakses Minggu, 7 Februari 2021.
  5. https://mediaindonesia.com/nusantara/306576/bupati-klaten-panen-perdana-benih-padi-rojolele-srinuk. Diakses Minggu, 7 Februari 2021.
  6. Keputusan Menteri Pertanian No. 126 Tahun 2003 tentang Pelepasan Galur Padi Sawah Lokal Rojolele sebagai Varietas Unggul dengan Nama Rojolele.