Pertanian cerdas dapat meningkatkan efisiensi
Bungaran Saragih memberikan pengarahan pada webinar agribisnis cerdas.

Pengembangan pertanian cerdas (smart farming) dengan menerapkan sistem dan teknologi informasi bukan pilihan, tetapi suatu keharusan.

Hal itu terungkap dalam webinar Majalah AGRINA bekerjasama dengan PT Daya Santosa Rekayasa (DSR) dengan tema, “Solusi Digitalisasi untuk Meningkatkan Profit dan Efisiensi”, Kamis, 21 Oktober 2021.

DSR merupakan perusahaan yang menyediakan produk-produk unggulan di bidang irigasi tertutup dengan kualitas internasional.

Perusahaan DSR memberikan solusi sistem irigasi dengan metode yang akan meningkatkan efisiensi penggunaan air, pertumbuhan tanaman, produktivitas, mutu komoditas, dan menghemat tenaga kerja.

Dengan moderator Windi Listianingsih, Pemimpin Redaksi Majalah AGRINA, webinar ini menghadirkan pembicara sebagai berikut:

  1. Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Ketua Dewan Redaksi Majalah AGRINA, yang memberikan pengantar webinar tentang keharusan pengembangan agribisnis cerdas.
  2. Antonio Marheunda Bareungeur, owner INTA Crop Technology Spain, dengan subtema, “Technology that Optimises Your Crop Profitability”.
  3. Antonio Setiawan, PT Daya Santosa Rekayasa, dengan subtema, “Desire Mektan, Produk Hasil Kerjasama BBP Mektan dan PT Daya Santosa Rekayasa”.
  4. Dr. Ir. Retno Sri Hartati Mulyandari, M.Si., Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, dengan subtema, “Strategi Pengembangan Hortikultura Nasional Melalui Digitalisasi”.
  5. Juju Rukman, SP, MP., Kepala UPTD Balai Benih Kentang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat, dengan subtema, “Inovasi Teknologi Perbenihan UPTD Balai Benih Kentang”.

Pada tulisan ini AGRIKAN.ID fokus menulis pengantar yang disampaikan Bungaran Saragih, sedangkan subtema narasumber lainnya akan disajikan secara terpisah.

Ketahanan pangan dengan pertanian cerdas

Di tingkat global, menurut Bungaran Saragih, tantangan pangan semakin sulit. Pada tahun 2050, dunia perlu memproduksi 70% lebih banyak dari sekarang untuk memberi makan lebih dari 9 miliar orang.

Sementara itu, dalam upaya menyediakan kebutuhan pangan tersebut, lahan produktif semakin terbatas. Sebagai akibat pemanasan global, iklim dan cuaca pun semakin sulit diprediksi.

Karena itulah, negara-negara berlomba untuk menerapkan cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan hasil pangan untuk memenuhi kebutuhan rakyat mereka.

Tetapi, bukan hanya negara lain yang berlomba, Indonesia juga. Sebagai bangsa, kata Bungaran, Indonesia memerlukan cara baru bertani yang cerdas dengan sistem dan teknologi informasi.

Petani dapat menaruh mata, telinga, dan tangan mereka di setiap sudut lahan pertaniannya dengan menggunakan sensor internet of things (IoT).

IoT ini mendeskripsikan jaringan objek fisik yang terpasang dengan sensor, perangkat lunak, dan teknologi lainnya. Tujuannya untuk menghubungkan dan bertukar data pertanian melalui internet.

Dalam sektor pertanian, IoT ini dapat mendeteksi kesuburan tanah, mengendalikan hama dan penyakit, serta mendeteksi cuaca dan iklim.

Selain itu, IoT juga dapat menjadwalkan otomatisasi penyiraman (irigasi), penyemprotan pestisida, pemupukan, dan sebagainya.

Semua dapat dilakukan secara otomatis dan dikendalikan dari jarak jauh. Hal ini dapat membantu petani menghemat air, energi, dan sumberdaya lainnya sehingga memungkinkan mereka untuk tumbuh lebih berkelanjutan dan menguntungkan secara ekonomi. “Itulah intinya smart farming,” kata Bungaran.

Peran smart farming (pertanian cerdas) sangat penting dalam membangun agribisnis nasional. Tidak hanya di hulu, tapi juga di hilir serta jasa penunjang pertanian dan rantai pasok sampai ke konsumen.

Karena itulah, menurut Bungaran, smart farming harus diperluas kepada smart sistem dan usaha agribisnis.

“Tidak bisa hanya smart farming kalau lingkungannya tidak smart juga. Kalau layanannya tidak smart juga. Layanannya seperti pupuk, irigasi, dan obat-obatan (pestisida),” kata Bungaran.

Tetapi, tambah Bungaran,  kita jangan terjebak. Teknologi canggih hanya alat, bukan tujuan. Alat untuk pelaku agribisnis dengan tujuan meningkatkan efisiensi, profit, dan mencegah kerusakan lingkungan.

Teknologi sesuai dengan tingkat pertanian nasional

Kita memerlukan teknologi yang sesuai dengan tingkat pertanian nasional. Ada petani skala mikro (gurem), kecil, menengah, dan besar. Di hortikultura banyak petani dengan skala usaha yang menengah.

Cloud Hosting Indonesia

Tentu kesiapan setiap tingkat skala usaha berbeda-beda dalam menerapkan teknologi pertanian atau agribisnis cerdas. Untuk itu ada lima hal yang perlu dilakukan untuk menerapkan pertanian cerdas.

  1. Membangun kesadaran para pemangku kepentingan. Perlu penjelasan kepada petani, sesuai dengan skala usahanya, dengan bahasa yang sederhana tentang manfaat pertanian yang cerdas.
  2. Perlu solusi investasi pertanian cerdas atau agribisnis cerdas yang terkesan besar di awal agar masuk dalam perhitungan agribisnis petani. Perlu diingat, tidak hanya berurusan dengan petani dan lahan yang luas, tetapi mayoritas petani kita adalah gurem, termasuk pada agribisnis hortikultura. Bagaimana investasi pertanian atau agribisnis cerdas ini terkonsolidasi sehingga biaya dapat ditekan.
  3. Aspek pengamanan digitalisasi. Dengan mengembangkan pertanian cerdas yang berbasis digital, pengamanan cyber perlu perhatian besar. Sebab jumlah serangan cyber dan tingkat keparahannya terus meningkat. Jangan sampai para petani dan pengusaha dimanfaatkan oleh orang-orang cyber.
  4. Yang sering dibahas adalah keterkaitan dengan pengembangan infrastruktur, baik fisik maupun digital. Investasi infrastruktur termasuk jalan, irigasi, menara telepon seluler, listrik, rantai pasok, dan fasilitas pascapanen harus diperluas kemitraan dengan swasta. Selain itu, pemerintah dan legislatif perlu menyiapkan regulasi yang dapat menekan risiko dan mengurangi hambatan penerapannya agar lebih banyak swasta yang melakukannya.
  5. Perlu perhatian khusus pendidikan bagi petani kita, yang tidak hanya berbasis teknologi yang modern ini (pertanian atau agribisnis cerdas), tetapi juga organisasi dan manajemen. Teknologi informasi hanya bisa efisien dan efektif apabila diintroduksikan kepada petani kecil melalui organisasi mereka.

Jadi, teknologi canggih yang digunakan dalam pertanian atau agribisnis cerdas merupakan alat bagi pelaku agribisnis dalam upaya meningkatkan efisiensi, profit, dan mencegah kerusakan lingkungan.

Penulis: Andre Indratama | Email: konten.agrikan@gmail.com

Editor: Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com