petani kopi arabika Amungme Gold Papua
(Kiri-kanan) Engel Enoch (Vice President Community Development PTFI), Markus Beanal (petani kopi arabika Amungme), dan Arnoldus Sanadi (Group Leader Highland Agriculture Development PTFI).

AGRIKAN.ID – PT Freeport Indonesia (PTFI) membantu pengembangan kopi arabika di Distrik Tembagapura dan Hoya di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, sejak tahun 1998. Sekarang ini ada 158 petani suku Amungme terlibat budidaya kopi arabika beromzet total sekitar Rp500 juta/tahun.

Menurut Engel Enoch, Vice President Community Development PTFI, kopi arabika dibudidayakan di lahan 35 hektar. Pemberdayaan petani kopi itu dilakukan sejak 1998 melalui program Amungme Agroforestri dan dilanjutkan tahun 2013 dengan program Highland Agriculture Development (HAD).

Program tersebut berhasil mengangkat kopi lokal Papua Tengah dengan jenama Amungme Gold.

Lihat juga: 4 Spesies kopi komersial

“Sejak tahun 1998, PTFI berkomitmen mendukung masyarakat Amungme dalam mengembangkan perkebunan kopi di dataran tinggi Papua,” kata Engel dalam keterangannya kepada media di forum Indonesia Coffee Summit (ICS) 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa, 24 Oktober 2023.

Tanaman kopi arabika biasanya tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian 600-2.200 m di atas permukaan laut (dpl), temperatur 15-24 derajat C, dan curah hujan 1.200 – 2.200 mm/tahun.

Kopi rabika (Coffea arabica) mulai berbunga umur 3-4 tahun. Waktu berbunga sampai buah bisa dipanen memerlukan waktu sekitar 9 bulan. Produksi penuh pada umur 6-8 tahun. Umur produktif 10-15 tahun. Umur ekonomis tanaman kopi arabika ini 25 tahun. Setelah itu hasilnya mulai turun.

Menurut Arnoldus Sanadi, Group Leader HAD dan juga Pembina Petani Kopi Amungme, lahan di Amungme ini berbeda dengan lahan kopi di Indonesia pada umumnya. Topografinya relatif miring.

Lihat juga: Mengenal anatomi buah kopi

Akibatnya membuat lahan di Amungme terfragmentasi dan terpisah-pisah sehingga populasi tanaman kopi di lokasi seperti ini sekitar 1.000 tanaman kopi/hektar. Bandingkan dengan tanaman kopi di lahan datar, populasinya relatif lebih banyak, sekitar 1.200 – 1.300 tanaman kopi/hektar.

Guna mendukung keberlanjutan usaha pertanian kopi ini, PTFI membantu mendirikan Koperasi Amungme Gold (KAG) tahun 2013. Saat ini KAG sudah berjalan mandiri memberikan dukungan dan pendampingan kepada petani kopi mulai dari penanaman, pemeliharaan, sampai pascapanen.

Produksi biji kopi gabah

Pada saat ini total produksi kopi arabika Amungme ini mencapai sekitar 2 ton biji kopi gabah/tahun. Kopi gabah ini biasa dikenal dengan biji kopi HS (hard skin = kulit tanduk) kering berkadar air 12-13%.

Biji kopi gabah ini berasal dari pengolahan buah kopi merah segar yang biasa disebut dengan kopi ceri (coffee cheeries) atau coffee berries. Biasanya rendemen buah kopi gelondongan itu menjadi biji kopi gabah sekitar 22%. Jadi, 2 ton biji kopi gabah itu dari hasil panen 9 ton buah kopi merah segar.

Lihat juga: Proses pengolahan kopi

Kemudian biji kopi gabah diolah lebih lanjut dengan cara mengelupas kulit tanduknya sehingga menjadi biji kopi beras (green coffee bean) atau biji kopi ose. Biasanya rendemen biji kopi gabah menjadi biji kopi beras sekitar 82%. Jadi, 2 ton biji kopi gabah bisa menjadi 1,64 ton biji kopi beras.

Biji kopi beras ini bisa disimpan di dalam kemasan atau diolah lebih lanjut menjadi biji kopi sangrai (roasted coffee bean). Biji kopi sangrai ini bisa disimpan di dalam kemasan atau diolah menjadi kopi bubuk. Nah, dengan menyeduh kopi bubuk ini, kita bisa menikmati kopi arabika Amungme Gold.

Rasa kopi arabika beragam, mulai rasa manis yang lembut sampai rasa yang kuat dan tajam. Tingkat keasamannya relatif tinggi. Kadar kafein kopi arabika sekitar 1,2%, lebih rendah dari kopi robusta.

Lihat juga: Buah kopi merah menjadi bubuk

Di Kota Timika, ibukota Kabupaten Mimika, kita dapat menikmati kopi arabika ini di Rumah Kopi Amungme Gold di Jalan Malcon (Malaria Control). Di rumah kopi yang dikelola KAG dan dibangun PTFI pertengahan 2021 itu bisa menjadi tempat masyarakat untuk menikmati kopi arabika rasa lokal.

Penghargaan Indonesia Coffee Heroes Award

Perlu diketahui, mengangkut kopi dari desa ke pusat produksi di Timika harus dengan helikopter. “Topografi di daerah tanah adat Amungme hanya bisa dijangkau dengan helikopter sebagai satu-satunya sarana mengangkut kopi dari desa ke pusat produksi di Timika,” kata Arnoldus Sanadi.

Markus Beanal, petani Kopi Amungme, mengakui bahwa pendistribusian hasil panen kopi menjadi tantangan tersendiri. “Meskipun proses pengiriman kopi ke kota tidak mudah, kami selalu bersemangat membangun usaha kami dengan berbekal pembinaan dari PTFI,” katanya.

Lihat juga: Freeport Indonesia tanam pohon

Pembinaan yang dilakukan PTFI tidak hanya sebatas penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pascapanen, tetapi juga akses pemasaran seperti pembangunan Rumah Kopi Amungme Gold.

Berbagai pembinaan yang dilakukan PTFI tersebut membawa perusahaan tambang itu menerima penghargaan Indonesia Coffee Heroes Award 2023 dalam kategori Corporate Responsibility for Coffee Farmers, sebagai bagian dari penyelenggaraan ICS 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Penghargaan diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi, konsistensi, dan upaya berkelanjutan yang PTFI lakukan dalam mendukung pertanian kopi rakyat dan pemberdayaan petani kopi di Indonesia.

“Kami senang upaya kami untuk mengembangkan pertanian kopi di Papua mendapatkan apresiasi pada perhelatan Indonesia Coffee Heroes Award 2023. Kami berharap ke depannya, jumlah petani, luasan lahan, maupun produksi kopi Amungme akan terus meningkat,” kata Engel Enoch.

Syatrya Utama | Bloger, Jurnalis, dan Alumni IPB University | Email: syatrya_utama@yahoo.com.

Referensi:

  1. Rilis PT Freeport Indonesia, Selasa, 24 Oktober 2023.
  2. https://mimikakab.go.id/public/halaman/Tentang%20Mimika.
  3. https://theroasterspack.com/blogs/news/15409365-10-differences-between-robusta-arabica-coffee.
  4. https://www.coffeechemistry.com/general/agronomy/differences-arabica-and-robusta-coffee.