Japfa mendukung start-up teknologi peternakan.
Ilustrasi anak ayam umur sehari. Gambar oleh Dominique Benoist dari Pixabay.

Japfa Ltd. mendukung start-up teknologi peternakan untuk memajukan produksi protein dan ketahanan pangan di Asia.

Bertepatan dengan ulang tahun ke-50, Japfa bekerjasama dengan Grow, katalis ekosistem teknologi peternakan, mengadakan JAPFA Feeds the Future Challenge.

Kompetisi perusahaan rintisan (start-up) global itu bertujuan mengembangkan produksi protein untuk meningkatkan gizi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan di Asia.

Japfa Ltd., yang berkantor pusat di Singapura, merupakan salah satu pemegang saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Grup usaha yang didirikan 18 Januari 1971 itu kini sudah berkembang menjadi produsen terkemuka bahan pokok protein yang meliputi unggas, daging sapi, susu, dan produk konsumen berbasis protein dengan harga terjangkau di Asia.

Kriteria memilih 5 start-up teknologi peternakan

Dalam ajang JAPFA Feeds the Future Challenge itu dipilih 5 dari 80 kandidat start-up yang mewakili 25 negara.

Solusi yang mereka hadirkan terdiri atas kesehatan hewan dan bioteknologi, otomatisasi, manajemen peternakan digital, teknologi pakan, pemrosesan makanan, dan teknologi rantai pasok.

“Kami sangat senang dengan kualitas dan jumlah pendaftar, sehingga kami memutuskan untuk menambah jumlah pemenang dari satu menjadi lima,” kata Tan Yong Nang, CEO Japfa Ltd.

Tiga pemenang (Beakbook, Rakr, dan Sea Warden) mendapatkan proyek percontohan yang didanai penuh oleh Japfa.

Dua start-up lainnya (Insylo dan ZoomAgri) mendapatkan kesempatan untuk menyempurnakan solusi mereka dalam kolaborasi pengembangan bersama dengan Japfa.

Kriteria yang digunakan untuk memilih pemenang berdasarkan:

  • Kecocokan strategi dan dampak dari solusi yang diusulkan terhadap bisnis Japfa;
  • Kualitas dan keahlian tim;
  • Kemudahan penerapannya; dan
  • Kemampuannya untuk memberikan hasil operasional.

“Dengan membantu para start-up mengembangkan ide-ide mereka menjadi solusi yang layak, kami dapat memajukan industri peternakan dan menyediakan berbagai produk berprotein di Asia,” tambah Tan.

Para pemenang diumumkan secara resmi pada acara penghargaan virtual, Jumat, 30 Juli 2021, di Singapura, di depan para panelis:

  • Richard Koh, CTO Microsoft Singapura;
  • Marco Ganouna, CEO Chronos;
  • Jeffrey Seah, Partner Asia Fund Quest Ventures; dan
  • Phey Teck Moh, Partner AngelCentral.

Deskripsi 5 start-up teknologi peternakan

Dalam acara tersebut, kelima pemenang mempresentasikan inovasi mereka kepada para peserta yang terdiri dari manajemen Japfa, serta para investor dan mitra dari ASEAN.

Beakbook

Perusahaan rintisan (start-up) dari Inggris ini menyediakan teknologi pelacakan dan kesehatan unggas secara mandiri.

Secara global, jejak karbon sektor ini semakin diawasi sehingga diperlukan solusi berbasis data untuk meningkatkan rasio konversi pakan dan mengurangi limbah.

Diharapkan, sistem Beakbook dapat memperkenalkan pengoptimalan alokasi pakan.

Dan, uji coba dengan Japfa sangat penting untuk validasi skala besar, yang akan diikuti dengan peluncuran secara komersial.

Rakr

Perusahaan rintisan dari Kanada ini menyediakan peralatan dan informasi kepada para peternak untuk membantu mereka mengendalikan biaya operasional secara real-time dengan meningkatkan efisiensi.

Hal itu dapat dicapai melalui Rakr NeatMeter, sensor plug-and-play sederhana dan non-invasif.

Dengan teknologi tersebut dapat membantu peternakan menjadi lebih hemat energi dan mengurangi perawatan mesin melalui analitik prediktif.

Sea Warden

Perusahaan rintisan dari Amerika Serikat ini memajukan keberlanjutan makanan laut (seafood) yang dibudidayakan melalui pengamatan satelit global.

Mereka menggunakan teknologi pemantauan jarak jauh untuk memecahkan tantangan data dalam budidaya. Mereka memulai dengan budidaya udang.

Solusi mengurangi biaya dan kerumitan mengelola beberapa lokasi budidaya memungkinkan pengguna meningkatkan hasil dan mendapatkan data untuk meningkatkan ketelusuran makanan laut.

Sea Warden percaya bahwa inovasinya merupakan kunci untuk meningkatkan hasil budidaya sembari mempercepat penerapan praktik budidaya yang cedas.

Insylo

Perusahaan rintisan dari Spanyol ini menyediakan teknologi untuk mengontrol inventaris jarak jauh dari produk bervolume besar yang disimpan di silo.

Selain itu, Insylo juga dapat mengoptimalkan logistik untuk pengisian ulang silo tersebut.

Produk ini mulai mendapat daya tarik di Uni Eropa melalui pemasok pakan besar yang ingin memantau tingkat stok silo peternakan untuk mengoptimalkan logistik mereka.

ZoomAgri

Perusahaan rintisan dari Spanyol ini mengubah pengujian, inspeksi, dan sertifikasi komoditas agrikultur, menggabungkan visi komputer, pembelajaran mesin, dan Internet of Things.

Setelah mendigitalkan lebih dari 100 juta jenis kernel, ZoomAgri telah membangun platform terdepan untuk kemurnian varietas (ZoomBarley) dan penentuan kualitas fisik (ZoomAgriSpex) dari berbagai komoditas.

Didirikan pada tahun 2017, pada saat ini ZoomAgri beroperasi di Spanyol, Argentina, dan Australia, dengan pelanggan di 18 negara.

Demikianlah sahabat Agrikan.id, lima start-up teknologi peternakan yang mendapat dukungan dari Japfa.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Referensi:

Rilis Japfa, Jumat, 30 Juli 2021.