Wayan Supadno petani sukses.
Wayan Supadno sedang memberi kuliah umum.

Kita sering kali menyaksikan orang tua yang pesimis kepada masa depan anak – anaknya. Karena anak – anaknya bandel dan nilai sekolahnya jelek.

Itu salah…

Karena telah saya buktikan bahwa saya dulu saat SD bandel, tidak naik kelas 2x dan saat SMA rangking 47 dari 47 siswa.

Buktinya saat ini saya jadi dosen tamu pembekalan wisudawan dan kuliah umum lainnya di banyak kampus ternama termasuk jadi narasumber di banyak seminar.

Banyak anak muda pesimis bahwa jika mau jadi pengusaha harus lulusan kuliah di bidang ilmu bisnis dan harus punya modal awal usaha jumlah besar.

Itu salah….

Karena saya hanya lulusan D3 Kesehatan di Universitas Airlangga Surabaya. Bisa membuktikan jadi petani.

Bahkan oleh Pemerintah dianugerahi sebagai Petani Inovatif Nasional pada Hari Pangan Dunia tahun 2016 lalu.

Sekalipun pernah bangkrut 2x yaitu tahun 1996 dan 2009. Bahkan keduanya di atas aset yang dimiliki. 

Nilai kebangktutan tahun 2009 Rp 38 milyar. Tapi saat ini puji syukur telah menikmati passive invome dari usaha.

Karyawan juga banyak.

Banyak karyawan, ASN, anggota TNI dan Polri beranggapan bahwa membangun passive income dari usaha itu hal mustahil karena waktu, energi dan lainnya telah tersita.

Sukses Menjadi Petani
Biografi Wayan Supadno.

Itu salah..

Buktinya sejak saya jadi Perwira Militer jabatan Guru Pelatih Militer di Rindam l/BB Pematang Siantar, Sumut, bisa membangun usaha yang halal.

Tahun 1995 utang di Primkopad Rp 700.000. Gunanya Rp 400.000 beli Vespa Kongo 1964. Yang Rp 200.000 amplop  ke dokter anak pertama lahir dan Rp 100.000 modal usaha.

Tapi tahun 2000 bisa punya deposito Rp 6,7 milyar.

Mitos itu..

Hanyalah belenggu diri kita. Harus kita lepas. Kiat-kiat praktisnya berdasarkan empiris saya pribadi telah saya  tuangkan dengan detail pada “Buku Biografi” saya tersebut. 

Pengalaman adalah guru terbaik, belajar hal bisnis biayanya mahal karena pakai modal untuk rugi, gagal dan bangkrut.

Guru itu penting tapi tak kalah penting peran pelatih. Tak ubahnya saya dulu baris-berbaris, menembak dan melempar granat. Bisanya berkat ada peran guru dan pelatih. Di buku tersebut bernuansa melatih.

Wayan Supadno (Pak Tani)