Sebelum adanya program Desa Sejahtera Astra (DSA), tanaman kopi di Temanggung, Jawa Tengah, kurang menjadi andalan petani, tetapi hanya sebagai tanaman pelarian.
Berkat program DSA, sejak tahun 2018, tanaman kopi di kabupaten berpenduduk sekitar 790.174 jiwa itu, menjadi tanaman andalan petani dengan jargon kopi sang intan merah.
“Kita ingin menempatkan kopi sama elegansinya dengan tembakau yang disebut sebagai emas hijau,” kata Achmad Sofiyudin, 26, penggerak DSA di kabupaten yang berjulukan sebagai Kota Tembakau itu.
Tetapi, kelahiran Temanggung 2 Juli 1995 itu tidak ingin petani kopi seperti petani tembakau. Meskipun tembakau itu emas hijau, tapi petaninya kurang cerah. Ia ingin petani kopi sejahtera dan bermartabat.
Sebagai informasi, DSA merupakan kontribusi sosial berkelanjutan PT Astra International Tbk yang fokus pada pemberdayaan kewirausahaan di tingkat desa sesuai dengan potensi desa masing-masing.
Warga desa diberikan pendampingan, mulai dari pelatihan, bantuan prasarana, hingga fasilitas modal dan pemasaran produk. Bahkan pemasaran produknya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga ekspor.
Penggerak DSA Bumi Phala
Achmad Sofiyudin adalah putra kedua dari pasangan Mujia dan Musidi. Sebagai anak petani, Sofi Achmad, panggilan akrabnya, bisa kuliah di Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan beasiswa.
Ia mulai kuliah tahun 2013 di Program Studi Ilmu Administrasi Negara konsentrasi Analisa dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Sofi Achmad lulus tahun 2017 dengan predikat cumlaude.
Ia menerima apresiasi SATU Indonesia Awards bidang lingkungan di tingkat provinsi pada tahun 2017.
Pada Juli 2018, ia diajak PT Astra International Tbk menjadi penggerak DSA di Temanggung. Kabupaten ini bermoto Swadaya Bumi Phala dan bersemboyan Bersenyum (Bersih, Sehat, dan Nyaman untuk Umum).
“Karena ingin pulang ke kota kelahiran, saya bersedia menjadi penggerak DSA di Temanggung,” katanya kepada AGRIKAN.ID, Kamis, 16 Desember 2021.
Pada awalnya, 2018, ia mendampingi tiga desa. Kemudian sampai tahun 2021, ia mendampingi 14 desa.
Menurut rilis Astra, Jumat, 26 Nopember 2021, hingga tahun 2021 jumlah masyarakat yang terpapar program DSA di Temanggung mencapai 5.500 orang dari semula hanya sekitar 200 orang pada tahun 2018.
Selain itu, penyerapan tenaga kerja meningkat menjadi 80 orang dari semula 20 orang pada tahun 2018.
Secara nasional, hingga tahun 2021 Astra sudah memaparkan program melalui 930 DSA di 34 provinsi kepada 104.311 orang, menciptakan tenaga kerja baru 16.345 orang, dan meningkatkan pendapatan 70%.
Hingga tahun 2021 ini terdapat empat klaster yang dihasilkan DSA, yaitu kopi di 67 desa; perikanan tangkap di 151 desa; agrikultur dan olahan di 523 desa; serta wisata, kriya, dan budaya di 189 desa.
Di Temanggung, selama 3,5 tahun ini Sofi Achmad lebih fokus mengembangkan klaster kopi dan wisata.
Pengolahan hasil panen kopi Muncar
Pada tahap awal, Sofi Achmad bekerjasama dengan 10 kelompok tani (Poktan) kopi robusta yang beranggota 300 orang di Desa Muncar, Kecamatan Gemawang, Temanggung.
Sofi Achmad mempunyai tim Mulyo Migunani. Tim ini bukan lembaga swadaya masyarakat, tetapi Kelompok Swabantu (Self-Help-Group atau SHG).
Kelompok tersebut berfungsi membantu petani dengan pola kemitraan dan kewirausahaan pertanian.
“Fungsi kita namanya unit pengolah hasil, semacam pabrik kecil,” kata Sofi Achmad, yang pernah menjadi konsultan pengembangan beberapa desa.
Berkat hibah dari Astra, ia membeli pulper (mesin pengupas kulit luar dan daging buah kopi untuk menghasilkan biji kopi hard skin, yang masih berkulit tanduk).
Selain itu, Sofi Achmad juga membeli huller (mesin pemisah kulit tanduk dan kulit ari biji kopi hard skin sehingga menjadi biji kopi mentah atau biji kopi hijau atau biji kopi beras atau green coffee bean).
Ia juga membeli roaster (mesin penyangrai biji kopi beras menjadi biji kopi sangrai atau roasted coffee bean) dan grinder (mesin penghalus biji kopi sangrai menjadi bubuk kopi).
Di samping itu, ia juga membeli vacuum sealer, yaitu mesin pengemasan plastik hampa udara. “Untuk pengemasan, kita sudah ada vacuum sealer. Sekarang pengemasan sudah level premium,” katanya.
“Waktu itu saya lebih tertarik pada pengembangan pascapanen kopi,” kata Sofi Achmad, yang sekarang sedang mengambil master Analisa dan Evaluasi Kebijakan Publik di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dari 100% hasil buah kopi petani, misalnya produksinya 2 ton/ha, Sofi Achmad meminta kepada petani untuk memetik yang 20% sesuai dengan standar, yaitu buah kopi berwarna merah (coffee cheeries).
Ia membeli buah kopi berkualitas itu. Sisanya, 80%, silakan petani jual kepada pelanggannya selama ini.
Sekarang Mulyo Migunani baru fokus mengolah kopi kelompok binaan Mergi Mulyo dan Amrih Mulyo.
“Saya ingin memberikan grade (peringkat) kopi biar punya value (nilai) atau brand (merek) yang lebih,” kata Sofi Achmad.
Meningkatkan pendapatan petani kopi berkelanjutan
Dulu harga biji kopi mentah di tingkat asalan sekitar Rp18-19 ribu/kg. Dalam 3 tahun terakhir, harga biji kopi mentah meningkat menjadi Rp21-22 ribu/kg dan sekarang meningkat lagi menjadi Rp26 ribu/kg.
Sementara harga biji kopi mentah yang diolah dari buah kopi merah, tim Sofi Achmad membelinya dari petani Rp28-35 ribu/kg. Sebab tim Mulyo Migunani bisa menjualnya kepada pedagang Rp40-45 ribu/kg.
Cerita di sini tentang kelompok binaan Mergi Mulyo dan Amrih Mulyo. Sebelum dibina, dulu marjin mereka sekitar Rp30-80 juta/tahun. Tetapi sekarang, berkat pendampingan marjinnya Rp30 juta/bulan.
Dengan bekerja keras, termasuk masa pandemi, Sofi Achmad berusaha meningkatkan pendapatan petani kopi di Temanggung.
“Tekad saya untuk mengangkat martabat Temanggung melalui DSA,” katanya, dikutip dari rilis Astra.
Tetapi ia juga berhati-hati. Sekarang ini ada pertarungan antarpembeli sehingga menaikkan harga kopi.
“Padahal, rata-rata kasus komoditas, justru pertarungan itu membuat posisi tawar petani rendah kayak tembakau. Ketika terjadi pertarungan, malah harga tembakau menjadi rendah,” katanya.
Ia pernah memublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional Atlantis Press, 2016. Karyanya berjudul, Self-Help-Group (SHG): Toward increasing prosperity for tobacco farmers in Temanggung Regency.
Karya ilmiah tersebut Sofi Achmad presentasikan pada International on Public Management di Kunming, Provinsi Yunnan, China, 2016. Karena itu, ia benar-benar memahami apa yang dialami petani tembakau.
Ia berusaha keras agar kesejahteraan petani kopi di Temanggung berkelanjutan. Harga kopi boleh naik, tetapi secara serasi, sehingga petani kopi bisa menikmati kenaikan tersebut dengan nyaman.
Mempromosikan kopi sang intan merah
Sebagai langkah mempromosikan kopi, tahun 2019 dibuat Festival Panen Raya Kopi Sang Intan Merah Bumi Phala. Festival ini menggambarkan semangat petani untuk memanen buah kopi sesuai standar.
Kemudian, tahun 2021 dilaksanakan even pascapanen, yaitu Muncar Tarung Seduh atau Muncar Fun Brewing V60 Competition. “Kita sudah fokus pada cara mengolah kopi. Kita hidangkan kepada barista, para cupper (pencicip kopi) ke daerah-daerah dengan cara membikin tarung seduh,” kata Sofi Achmad.
Dari 36 peserta Muncar Tarung Seduh, sekitar 90% dari luar Desa Muncar. “Akhirnya para cupper, para brewer (penyeduh kopi), oh ternyata ada kopi yang mempunyai originalitas dari Desa Muncar,” katanya.
Selain itu, Astra juga membangun jembatan sawah di Desa Muncar, salah satu ikon DSA Temanggung, untuk mempromosikan kopi. Jembatan ini dibangun untuk menarik anak-anak muda menikmati kopi Muncar.
Di beberapa titik jembatan terdapat gazebo tanpa mengubah alih fungsi lahan persawahan. Sembari memandang persawahan dan perbukitan, muda-mudi duduk di gazebo menyeruput kopi.
Sebagai pendamping atau fasilitator petani, Sofi Achmad juga menghubungkan para petani dengan para pembeli. Ia memberikan contoh-contoh produk kopi kepada kafe, toko kopi, dan penyangrai kopi.
Jadi, tidak hanya membuka keran-keran pasar besar ke eksportir dan tengkulak, tetapi juga keran-keran pasar kecil.
Kemudian pada Indonesia Coffee Cupping di Belanda, September 2021, dari 36 perwakilan Indonesia, Temanggung berkesempatan mengirim dua, yaitu kopi Fine Robusta Muncar Moncer dan Single Origin Arabica Petarangan. “Jadi, kita membina dua, yaitu satu titik robusta dan satu titik arabika,” katanya.
Dengan mendapatkan sertifikat pengakuan dari Coffee Cupping International akan memudahkan kopi Temanggung untuk menembus dan meningkatkan ekspor di pasar internasional, terutama ke Belanda.
Nah, tahun 2022, menurut Sofi Achmad, Temanggung mendapat jatah mengirim kopi 40 ton ke Belanda. Pengiriman tersebut gabungan dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat dengan nama Java Island.
Wisata alam Muncar Moncer
Selain kopi, di Desa Muncar ada juga potensi wisata alam dengan jargon Muncar Moncer, Place of Serenity. Bahwa wisata Muncar Moncer benar-benar ingin menunjukkan nuansa yang begitu nyaman.
“Para penduduk dan fasilitator juga mulai mengelola berbagai sumber daya alam seperti (Air Terjun) Curug Lawe (setinggi 250 m), yang terkenal dengan (keunggulan) hutan tropisnya,” kata Sofi Achmad.
Begitu pula dengan Lembah Blawong, yang sering disebut Korea van Java. “Tempat yang tepat untuk menikmati matahari pagi sembari memandang gunung-gunung yang berjajar dengan rapi,” katanya.
Potensi wisata alam itu merupakan kolaborasi antara desa wisata perkebunan berbasis kopi dan konsep agrowisata budaya. Wisata alam itu akan maju sembari membangun sendi-sendi ekonomi berbasis kopi.
Jika Anda berwisata ke Muncar Moncer akan menemukan berbagai produk olahan seperti varian kopi robusta, minuman gula semut jahe, keripik pisang, keripik debok, keripik daun kopi, dan keripik talas.
Selain itu, ada juga komoditas andalan lain seperti vanili, cengkeh, kemukus, aren, dan pisang tanduk.
“Semuanya kita lakukan sendiri dengan kerja keras para penduduk dan dukungan Astra. Kita semuanya sudah ada pabrik (pengolahan kopi), kafe, dan tempat wisata untuk menikmati kopi,” kata Sofi Achmad.
Panggilan hati dengan dukungan logistik
Sofi Achmad bersedia menjadi penggerak DSA Temanggung sampai sekarang selama sekitar 3,5 tahun karena panggilan hati. “Ini panggilan hati. Pada dasarnya, saya akademisi dan praktisi,” katanya.
Selama kuliah di Universitas Sebelas Maret Surakarta, ia sudah disumpah tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian.
“Pengabdian yang mendasari pendidikan dan penelitian saya,” kata Sofi Achmad. “Pendidikan tidak hanya untuk menolong saya, tetapi juga menolong masyarakat,” tambah lelaki yang masih jomlo itu.
Setelah lulus, ia disumpah dengan prasetia alumni. Poin keempatnya: siap sedia mengembangkan ilmu pengetahuan di masyarakat. “Artinya, saya tertarik untuk mengembangkannya di masyarakat,” katanya.
Tetapi Sofi Achmad menyadari, tanpa logistik sulit mengembangkan ilmu pengetahuan di masyarakat.
“Desa Sejahtera Astra ini menjadi suatu logistik, bagaimana menstimulasi potensi-potensi yang kita poles untuk menjadi suatu nilai baru dan menciptakan ruang-ruang ekonomi baru,” tuturnya.
Dalam praktik di lapangan, ia menggunakan sistem pentahelix agar berjalan dengan baik. Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator, masyarakat sebagai operator, praktisi sebagai operator dan kontrol, swasta sebagai katalisator, serta media dan teknologi sebagai enabler (penengah dan fasilitator).
“(Sebagai praktisi) saya ingin menjadi mata air yang jernih, memiliki mata hati yang jernih, dan kita bisa menjadi matahari untuk sesama,” kata Sofi Achmad, yang memegang teguh kejujuran dan kedisiplinan.
Tetapi cahaya dari matahari itu mempunyai dua sifat, yaitu menyilaukan bagi yang silau dan menerangi. “Saya ingin menerangi,” katanya. Sofi Achmad turut menerangi kopi sang intan merah dan wisata alam.
“Dengan adanya program DSA ini, kita ingin sama-sama menjadi mulyo migunani, berdaulat, berharkat, bermartabat, dan bermanfaat untuk kelangsungan generasi merawat dan meruwat bumi,” katanya.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com