menangani daging sapi di tengah wabah PMK
Ilustrasi daging segar sapi. Sumber: gambar oleh Zichrini dari Pixabay.

AGRIKAN.ID – Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau foot-and-mouth disease (FMD) pada hewan, menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, tidak membahayakan bagi manusia.

Hal tersebut disampaikan melalui akun resmi Instagram Kementerian Pertanian Republik Indonesia (@kementerianpertanian).

Penyakit yang disebabkan virus tersebut memang sangat menular dan menyerang semua hewan berkuku belah atau genap seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba, dan rusa.

Penyebab PMK adalah virus RNA (ribonucleic acid), yang masuk genus Apthovirus, keluarga Picornaviridae.

Virus PMK tersebut terdiri atas 7 serotipe, yaitu O, A, C, Southern African Territories, (SAT-1, SAT-2, dan SAT-3) dan Asia-1.

Virus tersebut dapat bertahan dalam lingkungan dan bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu, dan produk susu hewan.

Masa inkubasi PMK sekitar 1-14 hari. Angka kesakitan pada hewan bisa mencapai 100%. Pada hewan muda atau anak, angka kematiannya tinggi.

Hewan yang tertular PMK mengeluarkan virus pada cairan vesikel, air liur, susu, air seni (urin), dan kotoran (feses).

Virus dapat dikeluarkan 1-2 hari sebelum hewan menunjukkan tanda-tanda klinis.

Tanda-tanda klinis hewan yang terserang penyakit mulut dan kuku:

  • Lepuh (lesi) pada gusi.
  • Lepuh pada mukosa mulut.
  • Keluar air liur berlebihan (hipersalivasi).
  • Lepuh (lesi) pada lidah.
  • Luka pada kuku dan kukunya lepas.

Sekarang PMK sedang mewabah di Jawa Timur, yaitu di Kabupaten Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, dan Lamongan.

Di samping itu PMK juga mewabah di Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu di Kabupaten Aceh Tamiang.

Tetapi, per 17 Mei 2022, PMK sudah menyebar di 15 provinsi di 52 kabupaten/kota dengan total populasi ternak yang terkena PMK sebanyak 13.965 ekor.

“Kami berharap tidak ada kepanikan. PMK ini tidak menular kepada manusia, ini yang paling penting,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam keterangan pers dikutip Sabtu, 14 Mei 2022.

Syahrul menambahkan, mengonsumsi daging sapi terjangkit PMK tetap aman dengan pendekatan teknis dan prosedur tertentu. “Dagingnya masih aman dimakan,” katanya.

“Yang tidak boleh (dimakan) pada tempat yang terkena langsung PMK. Misalnya kaki harus diamputasi dulu, jeroan nggak boleh, mulut terkait bibir dan lidah, memang tidak direkomendasi,” katanya.

Tips menangani daging dan susu sapi

Di tengah wabah PMK, masyarakat perlu memahami bagaimana menangani daging segar, jeroan, dan produk hewan untuk industri.

Tips penanganan ini AGRIKAN.ID kutip dari informasi yang terpublikasi di akun resmi Instagram Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

  • Tips penanganan daging segar dan jeroan dari pasar tradisional.
  • Tips penanganan produk hewan untuk industri.

Tips menangani daging segar dan jeroan dari pasar tradisional

  • Sebelum diolah, daging segar tidak dicuci, tapi direbus dulu selama 30 menit dengan air mendidih.
  • Setelah direbus, jika daging tidak langsung dimasak, daging bersama kemasannya disimpan dulu pada suhu dingin (chiller) minimal 24 jam. Kemudian daging tersebut dibekukan di freezer.
  • Untuk jeroan yang masih mentah, rebus dulu dalam air mendidih selama 30 menit. Kemudian jeroan bisa langsung dimasak atau disimpan dulu di kulkas.
  • Bekas kemasan daging dan jeroan tidak langsung dibuang. Kemasan itu direndam dulu dengan deterjen, pemutih pakaian, atau cuka dapur untuk mencegah cemaran virus ke lingkungan.

(Yuk, beli kulkas 2 pintu Aqua Sanyo D251 di sinihttps://tokopedia.link/HDZ6N1q5Jqb).

Tips menangani produk hewan untuk industri

  • Daging. Pertama, untuk pengalengan, daging dipanaskan hingga suhu internal minimal 70 derajat C selama 30 menit. Kedua, untuk pengeringan daging, dilakukan setelah penggaraman.
  • Susu. Pertama, panaskan susu hingga suhu 132 derajat C selama paling sedikit satu detik (ultra high temperature, UHT). Kedua, jika pH susu di bawah 7,0, panaskan minimum 72 derajat C selama 15 detik (high temperature short time, HTST). Ketiga, jika pH susu di atas 7,0, proses HTST dilakukan dua kali.
  • Kulit. Lakukan penggaraman kulit dengan air yang mengandungan natrium karbonat (Na2CO3) berkadar 2 persen.
  • Bulu babi. Rebus bulu babi minimum satu jam atau rendam minimum 24 jam dalam larutan formaldehida berkadar 1 persen.

Nah, sahabat, jangan khawatir mengonsumsi daging dan susu di tengah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) atau foot-and-mouth disease (FMD).

Sebelum dikonsumsi, lakukan penanganan produk hewan dengan baik sesuai dengan pedoman resmi yang dikeluarkan Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

(AGRIKAN.ID merupakan media online pangan dan agribisnis. Terima kasih mendukung pengembangan media independen ini, dengan memberikan donasi melalui Bank BCA).

(Artikel ini diperbarui Selasa, 24 Mei 2022).