mengurangi emisi gas rumah kaca
Peresmian panel surya di FIFGroup Cabang Bandung, Jawa Barat, Kamis, 21 April 2022.

AGRIKAN.ID – Menurunkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana merupakan salah satu dorongan global untuk menyelamatkan eksistensi kehidupan manusia dari pemanasan global.

“Sebagai upaya mendukung implementasi Environment, Sustainability, and Governance (ESG) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, FIFGroup (memasang) panel surya sebagai salah satu pembangkit listrik,” kata Margono Tanuwijaya, Chief Executive Officer (CEO) FIFGroup, Kamis, 21 April 2022.

Melalui program “Pemasangan Solar Panel Kapasitas 10,8 KWp”, FIFGroup (PT Federal International Finance), anak perusahaan PT Astra International Tbk, memasang panel surya di sejumlah cabang.

Cabang FIFGroup yang sudah memasang panel surya yang masing-masing berkapasitas 10,8 KWp sebagai berikut:

  1. Cabang Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Maret 2019.
  2. Cabang Yogyakarta, Senin, 11 April 2022.
  3. Cabang Semarang, Jawa Tengah, Senin, 11 April 2022.
  4. Cabang Bandung, Jawa Barat, Kamis, 21 April 2022.
  5. Cabang Cirebon, Jawa Barat, Kamis, 21 April 2022.

Kapasitas pembangkit listrik tenaga surya yang berkapasitas 10,8 KWp itu setara dengan 12 rumah yang berdaya listrik masing-masing 900 Watt.

Dengan memasang panel surya tersebut, menurut Margono, dapat meminimalisir emisi gas rumah kaca (GRK) pada operasional bisnis perusahaan.

Sebagaimana kita ketahui, pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) banyak menggunakan fosil alam sehingga banyak mengemisi gas rumah kaca, salah satunya karbon dioksida.

Dengan menggunakan panel surya sebagai pembangkit listrik untuk operasional perusahaan, yang sebelumnya menggunakan sumber PLN, FIFGroup berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca.

“Dalam rangka menyambut Kemilau HUT ke-33 Tahun, FIFGroup melakukan pemasangan panel surya di cabang Cirebon dan Bandung, (yang) sebelumnya telah dilakukan di beberapa cabang,” tutur Margono.

“Besar harapan kami, dengan pemasangan panel surya di kedua cabang (tersebut), dapat (berdampak) dalam mendukung pelestarian lingkungan,” kata Setia Budi Tarigan, Operational Director FIFGroup.

Pemasangan panel surya menggunakan sistem on-grid

Pemasangan panel surya di FIF Group Cabang Bandung dan Cirebon itu menggunakan sistem on-grid.

Maksudnya begini. Panel surya yang berkapasitas 10,8 KWp tersebut terhubung dengan jaringan PLN.

Daya berlebih yang dihasilkan panel surya tersebut dikirim menuju jaringan PLN untuk selanjutnya menjadi pengurang biaya tenaga listrik kantor sekitar Rp 1,4-2 juta/bulan.

Selain mengurangi biaya tagihan listrik, pemasangan panel surya tersebut menjadi bagian dari kegiatan pelestarian lingkungan dengan mengurangi emisi karbon dioksida di operasional kantor FIFGroup.

Kegiatan tersebut menjadi program keberlanjutan yang dicanangkan FIFGroup untuk mendukung ESG.

ESG merupakan sebuah instrumen standar operasional dalam mengukur dampak dan keberlanjutan investasi sebuah institusi.

Dengan menggunakan panel surya berkapasitas 10,8 KWp tersebut, dapat mengurangi emisi karbon dioksida sekitar ekuivalen 8,7 ton CO2.

Menyelamatkan bumi dari perubahan iklim

Emisi karbon dioksida pada beberapa aktivitas manusia seperti penggunaan energi listrik dan kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.

Efek rumah kaca dari karbon dioksida yang dihasilkan dapat meningkatkan suhu di bumi. Akibatnya suhu di bumi kian memanas setiap tahunnya.

Menurut data World Meteorilogical Ogranization (WMO), dalam satu dekade terakhir ini suhu di bumi telah meningkat rata-rata 1,1 derajat Celcius setiap tahunnya.

Angka tersebut sudah sangat mendekati ambang batas peningkatan suhu global yang telah ditetapkan sejumlah negara pada Paris Agreement tahun 2015, yaitu 1,5 derajat Celcius.

Apabila seluruh penduduk di bumi tidak mengambil tindakan mencegah peningkatan suhu tersebut, tentunya akan menyebabkan perubahan iklim.

Pemanasan global memicu naiknya suhu di bumi secara signifikan yang antara lain ditandai mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan laut, dan perubahan iklim ekstrim.

Fenomena perubahan iklim, menurut Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian, dapat menyebabkan tanah salin.

Sebab air laut masuk ke lahan-lahan pertanian sehingga keracunan garam. Dampaknya “Produktivitas dan produksi (pertanian) menurun,” kata Dedi, Kamis, 31 Maret 2022, dalam sebuah acara.

Selain itu, kata Dedi, perubahan iklim juga memicu iklim ekstrim El Nino (kemarau berkepanjangan) dan La Nina (kebanjiran di mana-mana). Frekwensi terjadinya kedua iklim ekstrim tersebut semakin cepat.

Akibatnya, “Tanaman pertanian mendapat serangan hama dan penyakit tidak karuan-karuan,” katanya.

Jadi, perubahan iklim karena efek gas rumah kaca dapat menurunkan produktivitas dan produksi pertanian, baik pangan maupun non-pangan.

Karena itulah, setiap insan atau institusi di seluruh dunia ini perlu mengambil langkah-langkah untuk mengurangi emisi karbon dioksida sehingga dapat menyelamatkan bumi dari perubahan iklim.

FIFGroup merupakan salah satu perusahaan yang peduli perubahan iklim dengan mamasang panel surya sebagai salah satu pembangkit listrik di sejumlah cabangnya.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

(AGRIKAN.ID merupakan media online pangan dan agribisnis. Terima kasih mendukung pengembangan media independen ini, dengan memberikan donasi melalui Bank BCA).

Referensi:

  1. Rilis FIFGroup, 11 April 2022 dan 21 April 2022.
  2. https://dlhk.jogjaprov.go.id/mengenal-lebih-dekat-gas-rumah-kaca.