Paket perangkat lunak robotik zJOS diarsiteki, dirancang, dibangun, dirawat, dan dikembangkan Deru Sudibyo. Perangkat robotik ini berfungsi menggantikan operator komputer mainframe.
Alumnus IPB University itu meluncurkan paket perangkat lunak robotik zJOS pada tahun 2003.
Kisahnya begini. Selama 2000 – 2003, Bank BNI sedang dirundung kegagalan terus-menerus operasi software (perangkat lunak) produk Computer Associates Inc. (CA). Pada 2003, Deru diminta memperbaikinya. Tetapi ia menolak karena tidak legal mengoprek produk orang lain.
Lantas Bank BNI menawarkan kepada alumnus Statistika IPB University itu membuat produk serupa. Tentu saja Deru Sudibyo menerimanya. Rupanya itulah takdir kelahiran robotik zJOS.
Setelah produk jadi dan dipasang di Bank BNI pertengahan 2003, terbukti operasi berjalan normal dan lancar. Bahkan menghadirkan kemudahan yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Lantas, setahun kemudian Deru Sudibyo diundang untuk mengikuti tender mencari pengganti produk dari CA yang selalu gagal operasi. Tentu saja zJOS menang. Bukan karena harganya paling murah, tetapi karena kelebihannya sudah dirasakan Bank BNI selama hampir setahun.
Sampai sekarang, selama 17 tahun, zJOS selalu setia mendukung Bank BNI. Tetapi, sayangnya hingga kini, klien zJOS hanya BNI. Karena zJOS hanya dikembangkan personal Deru Sudibyo, sekelas ruko di Bogor, Jawa Barat. Sama sekali zJOS belum mempunyai corporate guarantee.
Meski produk zJOS sangat oke, tetapi tanpa jaminan perusahaan, pasar tidak bisa berkembang.
Mengenal robot komputer
Pada awalnya disebut otomasi. Tetapi karena rancu dengan pengertian komputer itu sendiri, akhirnya banyak pihak memilih istilah robot atau bot, yang sampai sekarang terus digunakan.
Jadi, komputer merupakan alat untuk mengoptimasikan aktivitas pengelolaan sistem informasi, sedangkan robot merupakan alat mengoptimasikan aktivitas pengoperasian sistem komputer.
Yang dilakukan robot atau bot antara lain mengaktifkan dan menonaktifkan aplikasi-aplikasi tertentu, menyalin file-file tertentu, menghapus data tertentu, melakukan backup, menjawab konfirmasi baik dari aplikasi maupun operating system (OS), dan banyak aktivitas lainnya.
Pada umumnya, pekerjaan-pekerjaan seperti di atas dilakukan secara rutin: ada yang harian, ada yang hari-hari tertentu, ada yang tanggal-tanggal tertentu, ada pula yang saling trigger tindakan.
Tetapi yang paling banyak itu saling trigger tindakan atau kejadian. Misalnya aktifkan aplikasi X setelah aplikasi A dan B selesai. Salin file A ke B jika ada pesan error (salah) dari aplikasi C.
Sebelumnya, pekerjaan-pekerjaan di atas dilakukan secara manual. Tentu ada risiko kesalahan karena ketelitian atau keterlambatan operator untuk mengingat atau membaca buku pedoman.
Semakin besar skala komputer, semakin banyak pekerjaan operator dan tentu makin tinggi pula risikonya. Untuk menekan risiko itulah diperlukan robot untuk menggantikan pekerjaan operator.
Nah, untuk itulah lahir perangkat lunak robot atau bot, salah satu di antaranya adalah robot zJOS, karya anak bangsa. Jika zJOS ini bisa dikembangkan lagi, bakal mengharumkan nama Indonesia.
Apalagi zJOS sudah terbukti 17 tahun mendukung operasi Bank BNI, salah satu perusahaan negara. Robotik ini stabil dan efisien mengonsumsi memori dan CPU (Central Processing Unit).
Bangga Buatan Indonesia
Kita patut bangga dengan Presiden Jokowi yang mencetuskan Bangga Buatan Indonesia (BBI), 14 Mei 2020. Kemudian disepakati bersama, peringatan hari BBI dilakukan setiap tanggal 5 Mei.
Pada hari Bangga Buatan Indonesia (BBI), Rabu, 5 Mei 2021, Presiden Jokowi mempromosikan makanan khas Nusantara seperti gudeg Yogya, bandeng Semarang, siomay Bandung, pempek Palembang, dan Bipang (babi panggang) Ambawang (menu khas Pontianak, Kalimantan Barat).
Selain makanan khas Nusantara, masih banyak karya anak bangsa yang perlu dikembangkan atau dipromosikan menjadi sebuah bisnis, misalnya zJOS.
Meski secara teknologi paket perangkat lunak robotik z JOS sudah terbukti tangguh selama 17 tahun, tapi tidak bisa berkembang secara bisnis karena tidak memiliki corporate guarantee, yang berdimensi jangka panjang. Sebab, robot zJOS dikembangkan secara personal atau individual.
Meski dikembangkan secara personal, kualitasnya membanggakan. Karena untuk membuat robot seperti zJOS diperlukan kemampuan membedah rahasia jeroan OS, seperti yang dilakukan Deru Sudibyo.
Karena itulah, jangan heran jika di dunia ini hanya ada 4 perusahaan besar yang memproduksi robot seperti zJOS, yaitu IBM, CA, BMC, dan ASG. Boleh dibilang zJOS, perusahaan ke-5.
Jika perusahaan sekelas Bank BNI mau menerima kehadiran zJOS tentu karena paket perangkat lunak robotik ini mempunyai kelebihan, bukan sekadar harga murah. Hal ini patut dibanggakan.
Sampai saat ini, robotik zJOZ baru beroperasi di platform mainframe sehingga prospeknya terbatas hanya di BNI, BRI, BCA, Maybank, UOB, BOT, dan KPTI DKI Jakarta. BRI dan DKI mungkin seukuran BNI. Tetapi untuk Maybank, UOB, dan BOT boleh jadi setara dengan BCA.
Jika zJOS diakuisisi pemodal dan dikembangkan dengan merek dan perusahaan terpercaya, zJOS dapat dikembangkan untuk platform non-mainframe. Untuk di platform yang terkhir ini, potensi populasinya gede. Untuk pemerintah saja, ada pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan kota.
Belum lagi perusahaan swasta dan badan usaha milik negara (BUMN) yang beroperasi dengan platform non-mainframe. Dengan dukungan pemerintah seperti yang terjadi di beberapa negara (India, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand), zJOS bakal besar menjadi kebanggaan bangsa.
Propek bisnis robotik zJOS
Jika masih mengandalkan pemain personal seperti selama 17 tahun ini, tentu saja pasar zJOS sulit berkembang. Tetapi jika dikemas di bawah bendera megah, pendapatannya menjanjikan.
Dari estimasi sederhana, dengan asumsi harga jual 50% dari produk asing, untuk dipasang di platform mainframe yang ada di Indonesia saja, pendapatan dari zJOS bisa mencapai Rp 150 miliar dari pengadaan awal saja. Belum lagi dari pendapatan tahunan yang sekitar Rp 45 miliar.
Jika zJOS dikembangkan untuk platform lain selain mainframe, pasarnya bakal semakin luas.
Memang pendapatan dari platform non-mainframe itu tidak besar, sekitar Rp 350 juta per install-base per tahun. Tetapi karena populasinya besar, maka potensi pendapatan bakal semakin besar.
Jika pasar robotik zJOS sudah menjadi tuan di negeri sendiri, bukan mustahil dapat merambah pasar regional. Dengan dukungan sumber daya milenial yang berwawasan global, zJOS dapat berkembang menjadi produk multiplatform yang unggul dan dikemas dengan metoda milenial.
Salah satu cara agar zJOS berkembang dengan merek dan coporate guarantee, pemodal dapat mengakuisisi zJOS. Dengan pengembangan bisnis robotik zJOS ini, boleh jadi merupakan titik awal membangun lembah silikon (pusat pengembangan teknologi digital) di Indonesia.
Sebagai informasi, dari tahun 2008 sampai 2010, zJOS sudah empat kali dipinang, yaitu tiga perusahaan dari Amerika Serikat dan satu dari Malaysia. Penawaran mereka berbeda-beda.
Ada yang menawar untuk membeli putus material, dokumen, dan transfer teknologi. Ada yang menawar dengan tetap melakukan kerjasama. Mereka membeli hak cipta (copyright), tetapi laboratorium dan pengembangannya tetap di tangan Deru Sudibyo di bawah bendera pembeli.
Tetapi perusahaan-perusahaan asing itu mundur setelah mengetahui bahwa pengguna zJOS baru satu, yaitu Bank BNI. Mereka ragu kalau hanya satu klien. Pasar zJOS dinilai masih terlalu kecil.
Dari pengalaman selama 17 tahun ini, jangan bermimpi zJOS menembus pasar regional apalagi global jika belum menjadi tuan di negeri sendiri atau menguasai pasar domestik sekitar 50%.
Dengan visi Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang dicanangkan Presiden Jokowi, boleh jadi robotik zJOS bisa menjadi kebanggaan bangsa. Apalagi peluang pasarnya besar di Indonesia.
Bahkan setelah kuat di pasar domestik, robotik zJOS dapat merambah pasar regional atau global. Di sinilah pentingnya dukungan pemerintah dan perusahaan terpercaya mengembangkan zJOS.
Deru Sudibyo | Email: deru.sudibyo@gmail.com dan Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com