Gandum bahan baku utama mi
Data produksi, ekspor, dan impor gandum tahun 2021.

Gandum (Triticum aestivum L.) atau terigu merupakan bahan baku utama pembuatan mi dan roti.

Berperangnya Rusia dan Ukraina, mulai 24 Februari 2022, bisa membuat harga mi, roti, dan produk lainnya yang berbahan baku terigu bisa naik.

Pada tahun 2021, Rusia merupakan produsen gandum nomor empat di dunia dengan jumlah produksi sekitar 75,50 juta ton atau 9,70% dari total produksi global, yang sekitar 778,60 juta ton.

Selain sebagai produsen, Rusia juga eksportir gandum nomor dua di dunia dengan jumlah ekspor sekitar 35 juta ton atau 17,50% dari total ekspor global, yang sekitar 200 juta ton.

Sementara Ukraina merupakan produsen gandum nomor tujuh di dunia dengan jumlah produksi sekitar 33 juta ton atau 4,24% dari total produksi dunia.

Ukraina juga sebagai eksportir gandum nomor empat di dunia dengan jumlah ekspor sekitar 24,20 juta ton atau 12,10% dari total ekspor global.

Sementara Indonesia sebagai importir gandum nomor tiga di dunia dengan jumlah impor sekitar 10,75 juta ton atau 5,38% dari total ekspor global.

Sebagian besar Indonesia mengimpor gandum dari Australia, yaitu sekitar 41,09%. Kemudian dari Ukraina 25,68%, Kanada 17,52%, Argentina 5,45%, Amerika Serikat 4,1%, dan lainnya 6,16%.

Meskipun panen gandum di Ukraina mulai Agustus dan September, tapi ada kemungkinan pengiriman gandum ke luar negeri bisa terganggu gegara perang Rusia dan Ukraina.

Selama ini, ekspor gandum dari Ukraina antara lain dilakukan oleh:

  • Kernel
  • Nibulon
  • Cargill
  • LDC (Louis Dreyfus Company)
  • Sierentz Global Merchants
  • Cofco Agri Ukraine
  • Bunge
  • Agroproperis Group
  • Vittera Ukraine
  • ADM Trading Ukraine
  • CHS Ukraine
  • Orsett Trading
  • Olam Ukraine
  • Falcon Ukraine

Tahun 2021, dikutip dari finance.yahoo.com, harga gandum meningkat sekitar 24% menjadi US$ 282/ton karena faktor pasokan dan permintaan.

Dengan berperangnya Rusia dan Ukraina, harga gandum internasioinal tahun 2022 berpeluang meningkat.

Kenaikan harga gandum bisa membuat harga mi, roti, dan makanan lainnya yang berbahan baku gandum di Indonesia akan meningkat.

Perlunya pengembangan budidaya gandum

Gandum merupakan tanaman subtropis seperti halnya kedelai. Tetapi keragaman pangan di Indonesia justru kental mengonsumsi pangan yang berbasis gandum.

Oleh karena itu, Indonesia perlu mengembangkan budidaya gandum. Jika tidak, maka ke depan rakyat Indonesia akan merasakan naiknya harga-harga mi, roti, dan pangan lainnya berbahan baku gandum.

Mi terbuat dari gandum atau terigu
Mi goreng dan telur ayam. Sumber: pixabay.com.

Sebenarnya Kementerian Pertanian sudah merilis dua varietas gandum, yaitu Dewata dan Selayar. Umur panennya sekitar 83 hari.

Bandingkan dengan umur panen gandum di daerah subtropis yang sekitar 90-125 hari. Indonesia berada di daerah tropis.

Meski gandum itu bagus ditanam di daerah subtropis, tetapi sejumlah daerah di Indonesia mempunyai prospek untuk penanaman bahan baku utama mi dan roti itu, yaitu:

  • Soe (Nusa Tenggara Timur)
  • Merauke (Papua)
  • Tosari (Jawa Timur)
  • Malino dan Enrekang (Sulawesi Selatan)
  • Tomohon (Sulawesi Utara)

Tetapi sampai sekarang penanaman gandum di Indonesia masih kurang bergairah. Padahal, rata-rata produktivitasnya sekitar 2,95 ton/ha dan ukuran bijinya sekitar 46 gram/1.000 biji.

Bandingkan dengan produktivitas gandum di Amerika Serikat 2,5 ton/ha, Jerman 6,8 ton/ha, Inggris 7,5 ton/ha, Ukraina 3,3 ton/ha, Australia 1,6 ton/ha, China 3,5 ton/ha, dan India 2,4 ton/ha.

Dengan kecenderungan kenaikan harga gandum di pasar internasional, tentunya pemerintah perlu mengembangkan budidaya gandum di Indonesia seperti halnya kedelai yang juga tanaman subtropis.

Paling tidak bisa menghemat devisa impor gandum. Dikutip dari globenewswire.com (17 Januari 2022), nilai devisa Indonesia untuk mengimpor gandum pada tahun 2020 sekitar US$2,6 miliar.

Sementara menurut data Badan Pusat Statistik, yang dikutip databoks.katadata.co.id (25 Februari 2022), devisa impor gandum Indonesia selama Januari-November 2021 sekitar US$3,3 miliar.

Dengan mengembangkan budidaya gandum di Indonesia, diharapkan bisa mengalihkan nilai tambah budidaya gandum dari petani di luar negeri ke petani di Indonesia.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.om