SuperSUN PLN mendukung swasembada pangan berkelanjutan
Ilustrasi. Tanaman padi di sawah.

AGRIKAN.ID – Swasembada pangan merupakan kemampuan suatu negara, dalam hal ini Indonesia, mengadakan sendiri kebutuhan pangan bagi masyarakat. Sumber pangannya berasal dari dalam negeri, bukan impor. Dalam tulisan ini, fokus pada swasembada beras, makanan pokok masyarakat.

Swasembada pangan, dalam hal ini beras, merupakan salah satu program utama Presiden Prabowo Subianto. Dengan swasembada beras, Indonesia tidak bergantung pada impor beras dari negara lain.

Dengan jumlah penduduk sekitar 278 juta, pada tahun 2023 kebutuhan beras sekitar 2,57 juta ton per bulan atau 30,84 juta ton per tahun. Hal ini setara produksi gabah kering giling (GKG) 53,52 juta ton. Di sini menggunakan rasio konversi GKG menjadi beras untuk konsumsi sekitar 57,62%.

Lihat juga: Fase pertumbuhan tanaman padi

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 luas panen padi mencapai sekitar 10,21 juta hektare dengan produksi 53,98 juta ton GKG setara 31,10 juta ton beras. Dengan kebutuhan beras nasional sekitar 30,84 juta ton, sebenarnya Indonesia surplus beras sekitar 0,26 juta ton.

Masalahnya, produksi beras pada Januari dan Februari cenderung di bawah kebutuhan nasional, maka untuk memenuhi kebutuhan beras pada awal tahun, pemerintah perlu mengimpor beras.

Pada tahun 2023, pemerintah mengimpor beras sekitar 3,06 juta ton. Biasanya, impor ini digunakan untuk menambal kebutuhan pada Januari dan Februari 2024, yang jumlahnya sekitar 5,14 juta ton.

Pada tahun 2024, dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta, kebutuhan beras sekitar 2,60 juta ton per bulan atau 31,20 juta ton per tahun. Jika tidak ingin ada impor tahun 2025, produksi beras tahun 2024  harus sekitar 31,20 juta ton plus 1,5 kali kebutuhan per bulan, sehingga totalnya 35,1 juta ton.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pernah menargetkan produksi beras nasional 35 juta ton per tahun. Bukan sekadar swasembada beras, tetapi surplus 12% dari kebutuhan. Amran menilai, dengan produksi beras 112% dari kebutuhan, kita tidak perlu impor, kecuali impor beras khusus.

Meningkatkan Indeks Pertanaman padi

Seperti disebutkan di atas, luas panen padi tahun 2023 sekitar 10,21 juta hektare. Dengan asumsi risiko gagal panen 2% karena gulma, hama, penyakit, kebanjiran, kekeringan, dan sebagainya, maka luas tanam sekitar 10,42 juta hektare. Dengan luas lahan baku sawah (LBS) nasional sekitar 7,46 juta hektare, maka rata-rata Indeks Pertanaman (IP) padi sekitar 1,40. Secara teknis, biasa ditulis IP 140.

IP padi merupakan rata-rata masa tanam dan panen padi dalam satu tahun pada lahan yang sama. Jika IP 100, lahan tersebut ditanami padi satu kali dalam setahun. Dengan masa tanam sampai panen sekitar 120 hari (4 bulan), maka dalam satu tahun lahan tersebut dimanfaatkan untuk menanam padi 120 hari. Jika IP 200, lahan tersebut ditanami padi dua kali atau selama 240 hari dalam setahun.

Biasanya, untuk sawah irigasi, yang sumber airnya dari tempat lain melalui saluran yang dibuat, IP-nya 200. Sementara sawah tadah hujan, yang perairannya tergantung air hujan, biasanya IP-nya 100.

Lihat juga: Musim tanam dan panen padi

Menurut data LBS nasional, luas sawah irigasi sekitar 4,11 juta hektare dan sawah tadah hujan sekitar 3,35 juta hektare. Pemerintah bisa menggenjot luas tanam padi dengan meningkatkan IP sawah tadah hujan, yaitu dengan memenuhi kecukupan air pada ruang dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman padi, mulai persiapan tanam, persemaian, sampai pematangan gabah.

Salah satu cara untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan air pada sawah tadah hujan tersebut agar bisa meningkatkan IP adalah menggunakan irigasi pompa air. Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan air dari sumur dangkal, sumur dalam, embung, kali atau sungai ke sawah.

Dengan produktivitas saat ini 5,29 ton GKG per hektare, jika ingin mencapai target produksi beras 35 juta ton per tahun setara 60,74 juta ton GKG, maka diperlukan luas panen sekitar 11,48 juta hektare setara luas tanam 11,71 juta hektare. Dengan demikian, rata-rata IP padi bisa mencapai sekitar 157.

SuperSUN irigasi bisa mendukung swasembada pangan

SuperSUN (Surya Power Solusi Untuk Negeri) merupakan program PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) untuk melistriki masyarakat di daerah terisolir atau wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T). Jadi, sasaran program ini adalah rumah tangga dan masyarakat di daerah terpencil.

Melalui SuperSUN, PLN membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan baterai untuk menghadirkan listrik 24 jam. Energi tersebut tergolong bersih karena tanpa menghasilkan gas rumah kaca saat digunakan. Perubahan sinar matahari menjadi tenaga listrik menggunakan panel surya.

Dengan menyalurkan energi bersih tersebut, PLN turut serta dalam meningkatkan kualitas udara, mengurangi dampak negatif terhadap iklim, dan menciptakan perekonomian berkelanjutan. Di samping itu, juga mendukung Indonesia mewujudkan target net zero emissions pada tahun 2060.

Lihat juga: Energi bersih berbasis limbah sawit

Nah, melalui kolaborasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, usaha swasta, usaha negara, dan masyarakat, SuperSUN PLN ini bagus juga diterapkan untuk tenaga mesin irigasi pompa air di sawah tadah hujan. Dengan menggunakan pompa air bertenaga listrik, biaya yang dikeluarkan petani untuk mengalirkan air ke sawah lebih efisien dibanding pompa air berbahan bakar minyak.

Dengan menerapkan program SuperSUN irigasi PLN untuk meningkatkan IP padi di lahan sawah tadah hujan, bukan saja dapat mendukung pencapaian swasembada pangan, yang merupakan program utama Presiden Prabowo Subianto, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Boleh dikatakan, penerapan SuperSUN irigasi PLN sebagai salah satu bentuk intensifikasi dalam program swasembada pangan. Ditambah ekstensifikasi melalui pengembangan kawasan lumbung pangan (food estate), misalnya di Merauke, Papua Selatan, diharapkan produksi beras melimpah.

Jadi, kombinasi intensifikasi dan ekstensifikasi bisa melanggengkan swasembada pangan nasional. Bahkan bisa menjadikan Indonesia bukan saja sebagai lumbung pangan nasional, tapi juga lumbung pangan dunia. Kolaborasi sangat diperlukan untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Referensi:

  1. https://web.pln.co.id/media/siaran-pers/2024/11/layanan-supersun-pln-inovasi-listrik-bersih-24-jam-dukung-kemajuan-masyarakat-kepulauan-di-sulawesi-selatan.
  2. https://web.pln.co.id/cms/media/siaran-pers/2023/10/inovasi-pln-supersun-raih-juara-sdg-innovation-summit-2023-di-new-york-amerika/.
  3. https://dct.co.id/articles/plts-perkebunan-dan-pertanian-simak-hal-pentingnya/.
  4. Badan Pusat Statistik.
  5. Mulyani, Anny dkk. 2022. Analisis Kapasitas Produksi Lahan Sawah untuk Ketahanan Pangan Nasional Menjelang Tahun 2045. Jurnal Sumberdaya Lahan, Vol 16 No. 1, Juli 2022: 33-50.

Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel