pemerintah impor untuk menjaga persediaan beras
Periodisasi musim tanam dan panen padi di Indonesia berdasarkan ketersediaan air.

AGRIKAN.ID – Persediaan beras di Indonesia dari carry over (peralihan) stok tahun 2023 ke 2024 sekitar 4,00 juta ton (setara konsumsi 47 hari).

Hal tersebut disampaikan I Gusti Ketut Astawa, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), awal Januari lalu.

Mengutip prediksi Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Januari 2024 sekitar 0,96 juta ton dan Februari 2024 sekitar 1,35 juta ton.

Dibanding konsumsi beras sekitar 2,57 juta ton/bulan, maka produksi Januari 2024 defisit 1,61 juta ton dan Februari 2024 defisit 1,22 juta ton.

Lihat juga: Fase pertumbuhan tanaman padi

Dalam kondisi normal, jika tidak terjadi El Nino (kekeringan), produksi beras pada Januari selalu defisit dibanding konsumsi, tetapi tidak begitu besar. Sementara produksi pada Februari bisa defisit bisa juga tidak. Pada kondisi El Nino ini, total defisit Januari dan Februari 2024 sekitar 2,83 juta ton.

Jika prediksi produksi Januari 2024 dan Februari 2024 ditambahkan dengan stok awal 2024, maka persediaan beras di Indonesia mencapai 6,31 juta ton atau setara konsumsi 74 hari.

Meski ada panen raya Maret atau April 2024, pemerintah belum nyaman. Apalagi menurut ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) El Nino masih berlanjut sampai April 2024.

Karena itulah Presiden Jokowi, menurut Arief Prasetyo Adi, Kepala Bapanas, menyetujui impor 2 juta ton. Hal itu disampaikan dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2024.

Selain Arief, rapat terbatas tersebut juga dihadiri Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.

Selain itu, masih ada kuota impor tahun 2023 yang masuk 2024 sebesar 0,5 juta ton. Dengan demikian, persediaan beras awal 2024 ini mencapai 8,81 juta ton atau setara konsumsi 103 hari.

Meski pemerintah menyetujui impor beras, tetapi Arief berharap harga gabah di petani tetap terjaga. “Syaratnya, harga (gabah) di tingkat petani tetap dijaga baik seperti hari ini,” kata Arief sebagaimana dikutip antaranews.com.

Musim tanam dan panen padi

Berdasarkan ketersediaan air, musim tanam padi di Indonesia terbagi tiga, yaitu musim tanam utama, musim tanam gadu, dan musim tanam kemarau.

Musim tanam utama berlangsung pada November, Desember, Januari, Februari, dan Maret. Dari musim tanam utama ini terjadi panen raya (besar) pada Februari, Maret, April, Mei, dan Juni.

Perlu diketahui, umur panen padi sekitar 120 hari jika dihitung sejak semai atau tabur benih langsung (tabela). Misalnya tanam padi pada November tahun sebelumnya, maka panen pada Februari tahun berikutnya.

Musim tanam gadu berlangsung pada April, Mei, Juni, dan Juli. Dari musim tanam gadu ini akan terjadi panen gadu pada Juli, Agustus, September, dan Oktober.

Musim tanam kemarau berlangsung pada Agustus, September, dan Oktober. Dari musim tanam kemarau ini akan terjadi panen kecil pada November, Desember, dan Januari.

Lihat juga: Padi galur NA 178 temuan petani

Pada panen raya, produksi beras jauh di atas kebutuhan konsumsi. Pada panen gadu, produksi beras masih bisa di atas konsumsi. Tetapi pada panen kecil, produksi beras cenderung di bawah konsumsi.

Pada kondisi terjadi fenomena El Nino seperti tahun 2023 dan 2024 ini, musim tanam padi tidak seperti kondisi normal. Waktu tanam dan panennya bergeser atau mundur.

Jangan heran jika produksi padi atau beras pada Januari 2024 dan Februari 2024 tidak begitu besar.

Perlu diketahui, dari luas lahan baku sawah sekitar 7,46 juta hektar, sekitar 4,11 juta hektar adalah sawah irigasi dan 3,35 juta hektare sawah tadah hujan.

Pada lahan sawah irigasi, tentu petani masih bisa menanam padi secara normal meski ada El Nino.

Apalagi pada saat ini harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani berkisar Rp7.000 sampai Rp8.600/kg karena rendahnya pasokan gabah gegara El Nino. Petani termotivasi menanam padi.

Tetapi dengan harga GKP seperti itu, harga beras di masyarakat bisa mencapai Rp14.000/kg sampai Rp16.500/kg. Tentunya harga ini berat bagi rakyat. Karena itulah pemerintah memilih impor beras.

Petani menolak impor beras

Indonesia masih tergantung pada impor beras. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 kita mengimpor sekitar 3,06 juta ton. Impor tersebut tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Pada awal tahun 2024, bakal impor lagi sekitar 2,5 juta ton. Supaya tidak mempengaruhi harga gabah, baik gabah kering panen (GKP) berkadar air sekitar 25% maupun gabah kering giling (GKG) berkadar air 14%, di tingkat petani, pemerintah berharap impor masuk sebelum panen raya padi.

Tetapi petani menolak impor beras. Aspirasi tersebut disampaikan Serikat Petani Indonesia (SPI) di Kantor Bapanas, Ragunan, Jakarta, Jumat, 18 Januari 2024.

“Itu (impor) tidak bisa kita terima karena di lapangan kita petani tetap memanen dan harga kita sedang bagus-bagusnya. Gabah kita Rp7.000-Rp8.600/kg GKP,” kata Angga Hermanda, Ketua Departemen Polhukam Dewan Pimpinan Pusat (DPP) SPI, sebagaimana dikutip cnbcindonesia.com.

Lihat juga: Usaha tani kontrak berkeadilan

Tetapi begitu ada isu impor beras, harga GKP di tingkat petani turun. “(Pada) Januari kita sudah menemukan anggota SPI seperti di Garut itu harga GKP yang dipanen awal Januari karena panennya telat itu di kisaran Rp5.800/(kg). Lalu di Indramayu dan Banten sekitar Rp6.000-an (/kg),” ujarnya.

“Kami melakukan aksi hari ini karena (impor) ini langsung membuat petani bangkrut. Pupuk kita sulit, dapat harganya juga mahal, sementara biaya produksi meningkat. Harga gabah yang sedang bagus anjlok, hancur dengan kebijakan impor ini,” keluhnya.

I Gusti Ketut Astawa, Deputi Bapanas, memahami aspirasi petani. Bahkan Ketut menemui langsung petani pendemo. Tetapi, katanya, masyarakat termasuk buruh menginginkan harga beras murah, sementara petani menginginkan harganya tinggi. Di sinilah perlu impor agar harga beras wajar.

Sebab, tugas pemerintah itu, menurut UUD 1945, adalah melayani dan menyejahterakan masyarakat.

Dalam konteks persediaan beras sebagai makanan pokok, pemerintah tetap menjaga kesejahteraan petani, tapi juga menyamankan masyarakat konsumen agar bisa membeli beras dengan harga wajar.

Syatrya Utama | Bloger, Jurnalis, dan Alumni IPB University | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Referensi:

  1. Tohir, Winarno. 2019. Pertanian Presisi untuk Mensejahterakan Petani. Jakarta: Penerbit Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
  2. Mulyani, Anny dkk. Analisis Kapasitas Produksi Lahan Sawah untuk Ketahanan Pangan Nasional Menjelang Tahun 2045. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 16 No. 1, Juli 2022: 33-50.
  3. Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No. 686 Tahun 2019 tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Tahun 2019.
  4. https://www.cnbcindonesia.com/news/20240119135852-4-507281/petani-tolak-impor-beras-teriak-harga-gabah-anjlok-ini-kata-bapanas.
  5. https://ekonomi.republika.co.id/berita/s6zj2h423/badan-pangan-pastikan-ketersediaan-beras-aman-hingga-lebaran-meski-tanam-padi-mundur.
  6. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240115131628-92-1049641/impor-beras-melesat-613-persen-jadi-306-juta-di-2023.
  7. https://www.antaranews.com/berita/3921666/bapanas-defisit-28-juta-ton-beras-awal-2024-dipenuhi-via-impor.