kinerja industri sawit indonesia tahun 2024
Neraca industri sawit Indonesia 2019 – 2024.

AGRIKAN.ID – Produksi industri sawit Indonesia tahun 2024 sekitar 52,76 juta ton, yang terdiri atas CPO (crude palm oil) atau minyak sawit mentah sekitar 48,16 juta ton dan CPKO (crude palm kernel oil) atau minyak inti sawit mentah sekitar 4,60 juta ton.

Dibandingkan dengan tahun 2023, produksi industri sawit Indonesia tahun 2024 lebih rendah sekitar 3,8%.

“Untuk produksi kita akhirnya harus menyerah minus 3,8% yoy (year on year),” kata Hadi Sugeng, Sekjen GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Kamis, 6 Maret 2025, sebagaimana dikutip ekonomi.bisnis.com.

Lihat juga: Energi bersih berbasis limbah sawit

“Ini (produksi sawit tahun 2024) banyak dipengaruhi oleh El Nino tahun lalu yang berdampak terhadap produksi. Di samping itu, ada tanaman-tanaman menua yang ikut berkontribusi terhadap penurunan produksi,” tambahnya.

Jika diperhatikan selama 6 tahun terkhir, produksi industri sawit Indonesia cenderung stagnan.

Pada tahun 2019, produksinya sekitar 51,83 juta ton. Pada tahun 2023, produksinya sekitar 54,84 juta ton. Pada tahun 2024, produksi industri sawit Indonesia turun menjadi sekitar 52,76 juta ton.

Konsumsi sawit domestik

Pada tahun 2024, konsumsi sawit domestik (di dalam negeri) sekitar 23,86 juta ton. Lebih tinggi 2,78% dibandingkan tahun 2023, yang sekitar 23,21 juta ton.

Selama enam tahun terakhir, konsumsi sawit domestik cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Lihat konsumsi sawit untuk produksi pangan (antara lain untuk minyak goreng). Pada tahun 2019, konsumsinya sekitar 9,86 juta ton dan tahun 2024 sekitar 10,21 juta ton.

Lihat juga: Gula cair berbasis batang sawit tua

Yang lebih pesat meningkat itu konsumsi sawit untuk biodiesel. Pada tahun 2019, konsumsinya sekitar 5,83 juta ton. Pada tahun 2024, konsumsinya sekitar 11,45 juta ton.

Kisahnya begini. Pada 16 Agustus 2019, Presiden Jokowi menyampaikan pidato kenegaraannya bahwa Indonesia akan lebih banyak mengonsumsi sawit untuk keperluan dalam negeri, terutama untuk biofuel (bahan bakar nabati) atau lebih dikenal dengan biodiesel untuk yang berbasis sawit.

Dengan kebijakan pengembangan biodiesel nasional dari tahun ke tahun, jangan heran jika konsumsi minyak sawit yang digunakan untuk bahan bakar nabati di Indonesia terus melesat.

Ekspor sawit

Pada tahun 2024, ekspor minyak sawit Indonesia sekitar 29,54 juta ton dengan nilai USD27,76 miliar atau setara Rp438,17 triliun (dibulatkan Rp440 triliun). Pada tahun 2023, ekspornya sekitar 32,22 juta ton dengan nilai USD30,32 miliar atau setara Rp462,74 triliun (dibulatkan Rp463 triliun).

“Ini (ekspor tahun 2024) lebih rendah 8,44% (dari segi nilai dalam USD) dari ekspor tahun 2023,” kata Eddy Martono, Ketua Umum GAPKI, pada acara Konferensi Pers & Syukuran HUT GAPKI ke-44 di Hotel Ayana Midplaza Jakarta, Kamis, 6 Maret 2025, sebagaimana dikutip agrofarm.co.id.

Lihat juga: Indonesia kampanye sawit baik

Menurut Eddy, penurunan nilai ekspor terjadi untuk semua jenis produk kecuali oleokimia, meskipun dari segi harga FOB (free on board) rata-rata dalam USD/ton semua produk mengalami kenaikan.

Dari segi volume, ekspor industri sawit dalam enam tahun terakhir cenderung turun. Pada tahun 2019, volume ekspor sawit sekitar 37,39 juta ton. Bandingkan dengan ekspor tahun 2024, yang sekitar 29,54 juta ton.

Meskipun secara volume ekspor cenderung turun, tetapi secara nilai lebih tinggi karena harga minyak sawit di pasar dunia meningkat. Pada tahun 2022, volume ekspornya sekitar 33,15 juta ton, tetapi nilainya USD39,07 miliar atau setara Rp584,96 triliun, tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Prospek industri sawit Indonesia 2025

Pada tahun 2025, diperkirakan produksi industri sawit Indonesia sekitar 53,6 juta ton, konsumsi domestik sekitar 26,1 juta ton (termasuk untuk biodiesel B40 sekitar 13,6 juta ton). Sementara untuk ekspor diperkirakan 27,5 juta ton, lebih rendah dari ekspor tahun 2024, yang sekitar 29,5 juta ton.

Perlu diketahui, menurut Eddy Martono, industri sawit menjadi pilar ekonomi nasional. Hal ini bisa dilihat dari jumlah tenaga kerja yang bisa diserap. Pada tahun 2025 ini, industri sawit nasional bisa menyerap tenaga kerja sekitar 16,5 juta orang. Selain itu kontribusinya terhadap devisa juga tinggi.

Untuk itulah, perlu dibentuk Badan Otoritas Sawit Indonesia (BOSI) seperti disampaikan Mutiara Panjaitan dalam disertasinya, Aspek Hukum Investasi Kelapa Sawit: Tantangan dan Optimalisasinya, dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Ilmu Hukum Universitas Indonesia, Kamis, 12 Desember 2024.

Lihat juga: Kisah PalmCo dalam peremajaan sawit rakyat

Dalam paparannya, terungkap bahwa ada sekitar 3,3 juta hektare kebun sawit nasional yang terindikasi masuk dalam kawasan hutan atau sekitar 19,64% dari total lahan sawit nasional yang sekitar 16,8 juta hektare.

Kebun sawit yang terindikasi masuk dalam kawasan hutan tersebut bukan hanya milik perusahaan swasta, tetapi juga milik petani.

Hal ini perlu cepat diselesaikan agar proses peremajaan sawit, termasuk peremajaan sawit rakyat (PSR), bisa berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas sawit nasional.

Pada saat ini produktivitas sawit rakyat sekitar 12 ton TBS (tandan buah segar) per hektare per tahun dan perusahaan swasta 24 ton TBS per hektare per tahun. TBS inilah diolah menjadi CPO dan CPKO.

Dengan peremajaan sawit dengan bibit baru, diharapkan produktivitasnya bisa mencapai 35-40 ton TBS per hektare per tahun, yang pada akhirnya bisa meningkatkan produktivitas CPO dan CPKO.

Dengan peningkatan produktivitas tersebut, diharapkan bisa meningkatkan produksi industri sawit nasional.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Referensi:

  1. Siaran Pers tahunan GAPKI 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, 2024, dan 2025.
  2. Riset data, fakta, dan informasi dari agrofarm.co.id, antaranews.com, dan ekonomi.bisnis.com.

Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel