AGRIKAN.ID – Program MBG (Makan Bergizi Gratis) yang menyasar 82,9 juta penduduk Indonesia, bisa menciptakan pasar baru bagi petani, peternak, petambak (pembudidaya ikan), dan nelayan.
Penerima manfaat program MBG 82,9 juta tersebut adalah peserta didik dari jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga SMA atau sederajat, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Program yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN) dan diluncurkan pada 6 Januari 2025 tersebut adalah salah satu andalan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk membangun sumber daya manusia (SDM) unggul sebagai fondasi Indonesia Emas 2045.
Tonton Juga: Program MBG ciptakan pasar baru daging ayam dan telur
Pada tahun 2045, ketika kemerdekaan Indonesia berusia 100 tahun, jumlah penduduk mencapai 324 juta orang. Bertambah sekitar 44 juta orang dibandingkan tahun 2025 yang sekitar 280 juta orang.
Sebagian besar pertambahan penduduk tersebut dari keluarga miskin dan rentan miskin, sedangkan dari keluarga kelas atas sangat minim.
Dari data statistik, menurut Dadan Hindayana, jumlah anggota keluarga rumah tangga kelas atas 2,84 orang. Dari 100 keluarga kelas atas, 84 keluarga mempunyai satu anak dan 16 keluarga tidak mempunyai anak.
Sementara dari kelas miskin, jumlah anggota keluarganya 4,78 orang. Dari 100 keluarga kelas miskin, 78 keluarga mempunyai 3 anak dan 22 keluarga mempunyai 2 anak.
“Jadi, pertumbuhan penduduk Indonesia oleh keluarga miskin dan rentan miskin yang rata-rata pendidikannya SMP,” kata Kepala BGN itu, pada acara Agrinnovation Conference & Rakernas Pemuda Tani di Jakarta, Sabtu, 22 Februari 2025.
Lihat juga: Daging ayam sumber protein untuk keluarga
“Jadi, anak yang lahir dari keluarga miskin dan rentan miskin itulah yang sekarang sangat kita perhatikan,” katanya. Salah satu wujud perhatiannya adalah menyelenggarakan program MBG.
“Insyaallah rencana kita akhir tahun ini semua anak Indonesia dan semua ibu hamil akan mendapat makan tiap hari. Ini jumlahnya 82,9 juta penerima manfaat,” ucap Presiden Prabowo Subianto, dalam sambutannya pada peresmian Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 28 Maret 2025.
Membuka 30 ribu gerai SPPG
Untuk melayani penerima manfaat MBG, BGN membuka gerai yang disebut dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Sampai Maret 2025, BGN sudah berhasil menggelar 876 SPPG di 38 provinsi di Indonesia untuk melayani 2,5 juta penerima manfaat MBG.
Bandingkan dengan KFC (Kentucky Fried Chicken) di Indonesia, yang baru berhasil membuka 715 gerai dalam waktu 46 tahun untuk melayani pelanggan 400 ribu orang.
Satu gerai SPPG dapat melayani 3.000 penerima manfaat MBG. Setiap hari, satu gerari SPPG membutuhkan bahan baku menu MBG sebagai berikut:
- Beras 200 kg.
- Daging ayam 350 kg atau telur ayam 200 kg atau ikan 350 kg atau daging sapi 350 kg. Pemilihan atau penentuan lauknya disesuaikan dengan kondisi spesifik di masing-masing daerah.
- Sayur-sayuran 300 kg.
- Buah-buahan 300 kg.
- Susu 300-500 liter.
Untuk melayani 82,9 juta penerima manfaat MBG, diperlukan 30 ribu gerai SPPG dengan jumlah tenaga kerja sekitar 1,5 juta orang. Setiap gerai SPPG bisa menyerap 50 tenaga kerja.
Lihat juga: Telur ayam sumber protein untuk keluarga
Pembangunan gerai SPPG ini bisa berkolaborasi dengan swasta, TNI, Polri, kementerian, badan, dan asosiasi atau institusi lainnya. Perusahaan katering sudah banyak yang bekerja sama dengan BGN.
Bayangkan, jika nanti program MBG ini sudah beroperasi secara penuh, setiap hari dibutuhkan sekitar 82,9 juta butir telur ayam atau sekitar 5,5 juta kg per hari. Belum lagi bahan baku menu lainnya.
Nah, petani, peternak, petambak, dan nelayan domestik bisa menjadi pemasok bahan baku menu program MBG tersebut. Mereka bisa menikmati pasar baru yang tercipta melalui program MBG.
Mereka bisa menjual bahan baku menu untuk MBG hasil produksi mereka melalui UMKM, koperasi, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) atau 70 ribu Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih yang bakal dibentuk. Kemudian UMKM, koperasi, Bumdes, atau Kopdes menyalurkannya ke gerai-gerai SPPG.
Program MBG perkuat ekosistem pangan nasional
Dengan kehadiran program MBG, menurut Arief Prasetyo Adi, membuat ekosistem pangan di Indonesia semakin lengkap. Ekosistemnya semakin kuat.
“Biasanya orang bicara on-farm (usaha tani), kemudian bicara pascapanen, kemudian bicara bagaimana menyiapkan cadangan pangan, hari ini kita bicara hilirnya,” kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) itu, pada acara Agrinnovation Conference & Rakernas Pemuda Tani di Jakarta, Sabtu, 22 Februari 2025.
“Jadi, kalau dulu banyak tuh petani buang-buang cabai, buang-buang telur, karena harganya jatuh. Kalau hari ini pemerintah Pak Prabowo, menjamin akan dibeli oleh pemerintah, terutamanya oleh Badan Gizi Nasional (untuk memenuhi kebutuhan bahan baku menu MBG),” katanya.
Lihat juga: Lokomotif industrialisasi ikan nila salin
Kunci utama usaha tani, menurut Arief, mau menanam apapun, mau beternak apapun, adalah pasar. “Hasil pertanian bisa dijual kepada konsumen dan petani mendapatkan keuntungan,” katanya.
Badan Gizi Nasional menjadi offtaker atau konsumen terdepan produk-produk pertanian. Tentunya, BGN akan membeli produk-produk pertanian yang diproduksi di dalam negeri, bukan yang diproduksi di luar negeri.
“Program ini (MBG) sangat baik sehingga (bahan baku menu) harus dipenuhi dari produksi di dalam negeri,” kata Arief.
Marilah petani, peternak, petambak, dan nelayan di dalam negeri memanfaatkan peluang pasar bahan baku menu MBG ini.
Kontribusi program MBG terhadap pertumbuhan ekonomi
Pada tahun 2025 ini, anggaran program MBG melesat dari semula Rp71 triliun menjadi Rp171 triliun.
Dengan peningkatan anggaran tersebut, menurut Hashim Djojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, pada acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2025, mengutip data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), maka program MBG bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 1,99 persen.
Lihat juga: 8 jenis dan nama susu di label pangan olahan
Jika masih mengandalkan anggaran Rp71 triliun, kontribusi program MBG terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 0,83 persen.
Bayangkan, jika nanti anggarannya melambung menjadi Rp400 triliun per tahun, sesuai dengan yang direncanakan, betapa besar kontribusi program MBG terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Jadi, program MBG bukan hanya sebagai upaya untuk membangun SDM unggul, tetapi juga bisa memperkuat ekosistem pangan nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com
Referensi:
- Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2024 tentang Badan Gizi Nasional tertanggal 15 Agustus 2024 yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo.
- Riset data dan fakta di website badanpangan.go.id, cnbcindonesia.com, cnnindonesia.com, kemenkeu.go.id, nasional.kontan.co.id, presidenri.go.id, dan tirto.id.
Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel