AGRIKAN.ID – Meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani merupakan upaya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dengan mengandalkan produksi di dalam negeri.
Ketahanan pangan, menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat), yang dicanangkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Agustus 2021, merupakan inisiatif PT Pupuk Indonesia (Persero) Group (PIG) sebagai upaya solusi pertanian (agrosolution) untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
Lihat juga: Fase pertumbuhan tanaman padi
Didukung beberapa BUMN, program tersebut membangun ekosistem pertanian dari hulu ke hilir, mulai dari penyediaan modal yang bersinergi dengan perbankan, jaminan asuransi, ketersediaan pupuk, kawalan pengendalian hama dan penyakit, serta offtake (jaminan pembelian hasil panen).
Untuk jaminan pembelian hasil panen petani binaan program Makmur, PIG menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Perum Bulog, Juli 2024. Kolaborasi PIG dan Bulog, makin memperkuat komitmen untuk menggenjot produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
Sejak diluncurkan Agustus 2021, Program Makmur sudah memberdayakan lebih dari 130.233 petani dan mencakup 328.612 hektare lahan pertanian sampai dengan September 2024. Petani binaan Makmur berhasil menikmati kenaikan produktivitas padi sekitar 14% dan lompatan pendapatan sekitar 38%.
Memupuk kesejahteraan petani
Petani merupakan elemen penting dalam memperkuat ketahanan pangan nasional berbasis produksi di dalam negeri. Program swasembada pangan merupakan salah satu cara memperkuat ketahanan pangan nasional dengan menyediakan kebutuhan pangan yang bersumber dari produksi domestik.
Dengan memupuk kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas pertanian, jaminan pembelian hasil panen dengan harga yang baik bagi petani, perlindungan petani terhadap risiko gagal panen dengan asuransi pertanian, dan dukungan penyediaan modal petani, diharapkan membuat petani bersemangat dalam mencapai swasembada pangan nasional berkelanjutan.
Dalam Program Makmur, tim agronomis anak-anak perusahaan PIG, membantu petani melakukan budidaya yang tepat untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Misalnya tim PT Pupuk Kujang menerapkan Program Makmur untuk 75 orang petani dengan luas lahan sawah sekitar 79 hektare di Desa Jatireja, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hasilnya dipanen April 2024.
Lihat juga: Periodisasi musim tanam dan panen padi
Produktivitasnya rata-rata mencapai sekitar 9 ton gabah kering panen (GKP) atau setara beras 4,32 ton per hektare. Sebelum menjadi binaan Program Makmur, rata-rata produktivitasnya sekitar 8 ton GKP atau setara beras 3,84 ton per hektare. Perlu diketahui, lokasi sawah peserta Program Makmur tersebut berada di daerah irigasi yang baik sehingga produktivitas padi petani kerap tinggi.
Produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas nasional, yang sekitar 3,05 ton beras per hektare. Tetapi masih kalah dengan produktivitas padi di Tiongkok, yang mencapai sekitar 4,94 ton beras per hektare.
Sebagai sumber nutrisi tanaman, pupuk memberikan kontribusi pada produktivitas pangan sekitar 62%. Agar pemberian pupuk berimbang, dalam Program Makmur tanah diuji untuk mengetahui kebutuhan unsur hara yang diperlukan sehingga pemberian pupuk menjadi lebih presisi atau akurat.
Selain itu, pemberiannya bukan hanya pupuk bersubsidi, tetapi juga pupuk komersial (nonsubsidi). Pupuk komersial dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang belum tercukupi dari pupuk bersubsidi.
Merangsang regenerasi petani
Sebagai informasi umum, komponen biaya produksi padi terdiri atas sewa lahan, pengolahan lahan, pembersihan dan pembenahan pematang sawah, benih dan penyemaian, penanaman, penyiangan dan penyulaman, pupuk dan pemupukan, pestisida dan penyemprotannya, serta pemanenan padi.
Setiap daerah mempunyai biaya produksi padi yang berbeda-beda. Tetapi dalam hal ini, mencakup juga penyewaan traktor untuk pengolahan lahan, semua pupuknya komersial, penanaman dengan rice transplanter, penyemprotan pestisidanya dengan drone, dan pemanenannya dengan combine harvester. Jadi, total biaya produksi padi sekitar Rp35 juta per hektare per musim tanam (4 bulan).
Dengan produktivitas sekitar 9 ton GKP per hektare dan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP Rp6.500 per kg, petani bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp58,50 juta per hektare per musim tanam (4 bulan). Setelah dikurangi biaya produksi, keuntungan petani sekitar Rp23,50 juta.
Tonton juga: HPP GKP satu harga tanpa rafaksi
Dibagi empat, maka keuntungan petani per bulan sekitar Rp5,88 juta. Dengan keuntungan yang cemerlang tersebut, bisa merangsang petani milenial, yang menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4 Tahun 2019, berusia 19-39 tahun, mencintai bisnis pertanian, misalnya budidaya padi.
Menurut Sensus Pertanian Tahun 2023, jumlah petani milenial sekitar 6,18 juta orang atau 21,93% dari total petani 28,19 juta orang sesuai dengan UU Nomor 19 Tahun 2013. Dari jumlah petani milenial tersebut, yang menggunakan teknologi digital sekitar 2,60 juta orang dan yang belum 3,58 juta orang.
Sementara jumlah petani di atas 39 tahun yang menggunakan teknologi digital sekitar 10,60 juta orang dan jumlah petani di bawah 19 tahun yang memakai teknologi digital sebanyak 5.610 orang.
Regenerasi petani diperlukan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional yang berbasis pada produksi pertanian di dalam negeri. Di tangan petani muda, pertanian di Indonesia bisa tumbuh dengan inovasi dan berkelanjutan. Program Makmur PIG bisa menarik para pemuda untuk bertani.
Memanen ketahanan pangan
Di sini, kita menggunakan data luas panen padi tahun 2023 dari Badan Pusat Statistik, yang sekitar 10,21 juta hektare. Dengan asumsi risiko gagal panen sekitar 2%, misalnya karena kebanjiran, kekeringan atau hama dan penyakit, maka luas tanam padi nasional sekitar 10,41 juta hektare.
Dengan luas lahan baku sawah nasional sekitar 7,46 juta hektare, berarti indeks pertanaman (IP) padi sekitar 1,40. Jadi, lahan baku sawah nasional ditanami padi 1,40 kali musim tanam per tahun.
Bayangkan, dengan Program Makmur PIG, produktivitas padi nasional bisa meningkat menjadi rata-rata 4,32 ton beras per hektare. Dengan luas panen dan produktivitas tersebut, total produksinya sekitar 44,11 juta ton beras.
Dengan kebutuhan beras nasional tahun 2025 sekitar 31,08 juta ton, berarti Indonesia bisa surplus sekitar 13,03 juta ton atau 41,92%. Jika hal ini bisa dicapai, kondisi surplus beras di Indonesia di atas Vietnam, yang sekitar 28,57%. Vietnam merupakan salah satu negara pengekspor beras di dunia.
Lihat juga: Optimalisasi indeks pertanaman padi
Keberhasilan Program Makmur PIG mendorong regenerasi petani kepada petani milenial, betapa besar manfaatnya. Bukan saja bisa mencapai swasembada pangan, yang hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga surplus sehingga Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia.
Rahmad Pribadi, Direktur Utama PIG, mengibaratkan petani milenial sebagai pemegang saham Indonesia Emas 2045. Program Makmur PIG, merupakan salah satu cara keren mendorong petani muda untuk bersama-sama mencapai kemandirian pertanian, termasuk kemandirian pangan.
Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
Dengan memupuk kesejahteraan petani melalui Program Makmur PIG, sehingga petani menjadi makmur, membuat Indonesia memanen ketahanan pangan berkelanjutan, yang bersumber dari produksi domestik. Dengan petani makmur, Indonesia pun bisa menjadi pengekspor beras di dunia.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com
Referensi:
- Tohir, Winarno, Ir. H. 2019. Pertanian Presisi Untuk Mensejahterakan Petani. Jakarta: Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
- Riset informasi dari antaranews.com, pupuk-indonesia.com, petrokimia-gresik.com, pupukkaltim.com, pusri.co.id, bulog.co.id, suara.com, dan fairbd.net.
Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel