AGRIKAN.ID – Indeks Pertanaman (IP) lazim dikenal di kalangan petani yang membudidayakan padi. IP padi merupakan rata-rata musim tanam dan panen padi di lahan yang sama dalam satu tahun.
Setiap siklus produksi padi memerlukan waktu sekitar 120 hari (4 bulan) sejak semai sampai panen padi. Jika suatu lahan (sawah) ditanam dan dipanen padi satu siklus produksi dalam setahun disebut IP 100. Jika lahan yang sama ditanam dan dipanen padi dua siklus produksi per tahun disebut IP 200.
Lihat juga: Fase pertumbuhan tanaman padi
Optimalisasi Indeks Pertanaman merupakan cara meningkatkan IP sehingga dapat meningkatkan luas tanam dan luas panen padi di lahan yang sama dalam setahun. Dengan pengoptimalan tersebut, diharapkan dapat melambungkan produksi gabah sehingga dapat mencapai swasembada pangan.
Biasanya, untuk sawah irigasi, yang sumber airnya dari tempat lain melalui saluran yang dibuat, IP-nya 200. Untuk sawah tadah hujan, yang perairannya tergantung air hujan, IP-nya 100. Bahkan, pada musim kemarau, petani tidak menanam padi di lahan sawah tadah hujan sehingga IP-nya 0 (nol).
Lihat juga: Periodisasi musim tanam dan panen padi
Untuk sawah irigasi, sebenarnya petani bisa saja mencapai IP 300. Tetapi biasanya petani hanya menanam padi dua siklus produksi dalam setahun. Pada siklus ketiga, biasanya petani menanam tanaman sela seperti bawang merah, jagung, atau kedelai. Setelah itu, petani menanam padi lagi.
Pertimbangan petani melakukan tanaman sela untuk memutus mata rantai hama dan penyakit yang menyerang padi. Selain itu, bisa juga meningkatkan pendapatan dari hasil panen tanaman sela.
Luas lahan baku sawah dan Indeks Pertanaman
Lahan baku sawah (LBS) adalah lahan sawah yang tersedia untuk ditanam padi. Menurut Keputusan Menteri ATR/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 686 Tahun 2019, luas LBS sekitar 7,46 juta hektare. LBS ini terdiri atas sawah irigasi 4,11 juta hektare dan sawah tadah hujan 3,35 juta hektare.
Pada tahun 2023, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), luas panen padi sekitar 10,21 juta hektare. Berapa luas tanamnya? Kita asumsikan gagal panen sekitar 2% akibat gangguan gulma, hama, penyakit, kebanjiran, kekeringan, dan sebagainya sehingga luas tanam sekitar 10,42 juta hektare.
Dengan membagi luas tanam padi dengan LBS, diperoleh rata-rata IP 140 pada tahun 2023. Pada tahun ini, produksi padi sekitar 53,98 juta ton gabah kering giling (GKG) setara beras 31,10 juta ton.
Lihat juga: Program elektrifikasi pertanian
Coba kita perhatikan kebutuhan beras pada tahun 2024. Dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa, kebutuhan beras nasional sekitar 2,60 juta ton per bulan atau 31,20 juta ton per tahun. Jika memperhatikan angka produksi tahun ke tahun, produksi beras nasional cenderung swasembada.
Tetapi mengapa kita perlu impor beras? Begini ceritanya. Produksi beras pada Januari dan Februari cenderung di bawah kebutuhan nasional. Karena itulah, kita perlu cadangan beras untuk menutupi kebutuhan awal tahun. Pada tahun 2023, pemerintah mengimpor beras konsumsi sekitar 3,06 juta ton.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pernah menyampaikan keinginan untuk mencapai produksi beras sekitar 35 juta ton per tahun atau 112% dari kebutuhan. Dengan produksi beras surplus 12% dari kebutuhan, Indonesia tidak perlu lagi mengimpor beras konsumsi, kecuali beras khusus.
Dengan produktivitas saat ini 5,29 ton GKG per hektare, jika ingin mencapai target produksi beras 35 juta ton per tahun setara 60,74 juta ton GKG, maka luas panen padi harus mencapai 11,48 juta hektare setara luas tanam 11,71 juta hektare. Dalam keadaan demikian, rata-rata IP padi sekitar 157.
Meningkatkan Indeks Pertanaman dengan irigasi
Mari kita berhitung secara sederhana. Jika ingin sawah irigasi mempunyai IP 200, maka luas tanam padinya dalam setahun sekitar 8,22 juta hektare. Jika ingin sawah tadah hujan mempunyai IP 100, maka luas tanam padinya dalam setahun sekitar 3,35 juta hektare. Jadi total luas tanam padi sekitar 11,57 juta hektare. Dengan risiko gagal panen sekitar 2%, luas panennya sekitar 11,34 juta hektare.
Dengan produktivitas 5,29 ton GKG per hektare, maka jumlah produksi padi sekitar 59,99 juta ton GKG atau setara beras 34,58 juta ton. Angka ini setara 110,83% dari kebutuhan beras tahun 2024 yang 31,20 juta ton. Jadi, dengan rata-rata IP 155, produksi beras surplus 10,83% dari kebutuhan.
Lalu bagaimana meningkatkan IP padi? Salah satu caranya membangun irigasi, terutama di lahan sawah tadah hujan. “Banyak sekali sawah kita yang hanya satu kali tanam. Artinya, sawah yang satu kali tanam itu tidak ada irigasinya, karena mengandalkan air hujan,” kata Zulkifli Hasan, Menteri Koordinator Bidang Pangan, sebagaimana tayang di antaranews.com, Kamis, 28 Nopember 2024.
Lihat juga: Mengembangkan SuperSUN irigasi
Hal itu disampaikan Zulkifli pada konferensi pers seusai Rapat Koordinasi Terbatas Tingkat Menteri Bidang Pangan di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Kamis, 28 Nopember 2024.
Untuk sawah, biasanya petani mengandalkan irigasi permukaan dan irigasi pompa air. Untuk irigasi permukaan, biasanya sumber airnya dari bendungan, yang dibangun pemerintah. Dari bendungan, air dialirkan ke sawah melalui saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, dan saluran kuarter.
Untuk irigasi pompa air, sumber airnya dari sumur dangkal, sumur dalam, danau, kali, atau sungai. Air yang disedot dengan pompa air bisa ditampung di reservoir atau langsung dialirkan ke sawah.
Dengan ketersediaan sarana irigasi diharapkan dapat meningkatkan luas tanam padi melalui optimalisasi Indeks Pertanaman. Dengan pengoptimalan tersebut, yang bisa dicapai bukan hanya swasembada pangan tapi surplus, sehingga pemerintah tidak perlu mengimpor beras konsumsi.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com
Referensi:
- https://www.antaranews.com/berita/4498613/zulhas-kementan-bisa-bangun-irigasi-bila-pemda-terbatas-anggaran.
- Riset informasi dari sda.pu.go.id, dpu.kulonprogokab.go.id, rri.co.id, dan liputan6.com.
- Mulyani, A dkk. 2022. Analisisi Kapasitas Produksi Lahan Sawah untuk Ketahanan Pangan Nasional Menjelang Tahun 2045. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol 16 No. 1, Juli 2022: 33-50.
- Tohir, Winarno. 2019. Pertanian Presisi untuk Mensejahterakan Petani. Jakarta: Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).
Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel