siklus hidup udang windu
Udang windu (Penaeus monodon). Sumber: aquaculture04.blogspot.com.

AGRIKAN.ID – Udang windu (Penaeus monodon) merupakan udang asli Indonesia.

Pada tahun 2021, produksi udang windu budidaya di Indonesia sekitar 133.741 ton senilai Rp 10,56 triliun.

Produksi udang windu tersebut masih kalah dari udang vaname (Litopenaeus vannamei), yang pada tahun 2021 sekitar 699.209 ton senilai Rp 42,19 triliun.

Umumnya, sejak tebar benur (benih urang atau benih udang), udang windu dipanen pada ukuran (size) 40, yaitu 40 ekor/kg atau 25 gram/ekor.

Di beberapa daerah di Indonesia, udang windu dikenal dengan udang pancet, udang harimau raksasa, atau udang harimau hitam.

(Yuk, belanja udang windu segar di sini: https://tokopedia.link/hrnVmZiSJqb).

Di pasar internasional, udang tersebut dikenal dengan jumbo tiger prawn, giant tiger prawn, Asian tiger shrimp, black tiger prawn, atau black tiger shrimp.

Siklus hidup udang windu

Siklus hidup udang windu budidaya dimulai dari telur menetas menghasilkan nauplius sampai menjadi udang dewasa (adult). Rentang waktunya sekitar 155-189 hari atau 5,2 – 6,3 bulan.

  1. Nauplius
  2. Zoea
  3. Mysis
  4. Postlarva
  5. Juvenile (yuwana)
  6. Udang dewasa

Nauplius

Produksi nauplius (N) ini di panti pembenihan (hatchery) udang windu. Di sini terdapat induk betina dan jantan dari hasil budidaya atau tangkapan dari alam.

Di panti tersebut terjadi pemijahan, yaitu rangkaian kegiatan pengeluaran telur oleh induk betina dan diikuti dengan pembuahan sperma dari spermatofor induk jantan yang ada di telikum induk betina.

Untuk satu kali pemijahan, jumlah telur induk betina sekitar 300.000 – 1.000.000 butir/ekor, tergantung berat badan induk.

Embrio di dalam telur terus berkembang. Setelah 12-15 jam pemijahan, telur menetas menghasilkan nauplius.

Larva tersebut masih memiliki cadangan makanan di dalam tubuhnya berupa kuning telur.

Nauplius merupakan stadia awal setelah telur menetas, yang terdiri atas enam substadia (N1-N6).

Pada fase nauplius ini terjadi pergantian kulit sebanyak enam kali.

Lama pemeliharaan nauplius, yang saat menetas panjangnya 0,30-0,32 mm, sekitar 24-48 jam atau 1-2 hari. Setelah itu, nauplius memasuki stadia zoea (Z).

Zoea

Zoea (Z) merupakan stadia lanjutan setelah nauplius. Stadia zoea terdiri atas tiga substadia (Z1-Z3).

Pada stadia zoea ini terjadi pergantian kulit sebanyak tiga kali.

Setelah 3-5 hari pada stadia zoea, larva udang windu tersebut akan memasuki stadia mysis.

Mysis

Pada stadia mysis (M), larva sudah menyerupai udang dewasa. Pleopod (kaki renang) dan telson (ekor) mulai berkembang dan larva bergerak mundur.

Stadia mysis ini terdiri atas tiga substadia (M1-M3). Pada stadia ini terjadi pergantian kulit sebanyak tiga kali.

Setelah 4-5 hari pada stadia mysis, maka larva tersebut memasuki stadia postlarva (PL).

Postlarva

Jadi, normalnya larva udang windu sejak menetas (nauplius) sampai menjadi stadia postlarva memerlukan waktu sekitar 8-12 hari.

Perkembangan postlarva sesuai dengan pertambahan umur (hari) dan morfologinya seperti udang dewasa.

Benur merupakan benih udang (PL10-PL20) dan mampu beradaptasi terhadap lingkungan budidaya.

PL10 berarti postlarva berumur 10 hari sejak menjadi postlarva. Begitu juga PL20 berarti postlarva berumur 20 hari sejak stadia postlarva.

Jika dihitung dari telur menetas menghasilkan nauplius, umur benur tersebut sekitar 18-32 hari dengan panjang sekitar 10,7-16,0 mm dan bobot 4,8-20,3 mg.

Biasanya, petambak udang menyebar benur ukuran benih sebar PL12 untuk dibesarkan menjadi udang remaja atau yuwana (juvenile) sampai udang dewasa (adult).

Benih sebar merupakan benih keturunan pertama dari induk pokok (parent stock, PS). Induk pokok ini merupakan induk keturunan pertama dari induk dasar (grand parent stock, GPS).

Tetapi ada juga petambak yang menyebar benih sebar ukuran tokolan, yaitu benih udang (PL21-PL40). Benih ini lebih mampu beradaptasi terhadap lingkungan budidaya.

Tokolan ini berumur 29-52 hari sejak telur menetas menjadi nauplius. Biasanya panjang tokolan sekitar 16,53-34,00 mm dengan bobot 21,77-270,00 mg.

siklus hidup udang windu budidaya
Siklus hidup udang windu, yaitu telur (egg), nauplius (1-6), zoea (1-3), mysis (1-3), yuwana atau udang muda (juvenile), dan udang dewasa (adult). Sumber: aquadocs.org.

Biasanya, pembesaran benur menjadi tokolan ini di nursery (pendederan). Lama pemeliharaan benur (PL10-PL20) sampai menjadi tokolan (PL21-PL40) sekitar 11-20 hari.

Yuwana

Biasanya, jika yang ditebar benur PL12 pada pembesaran, diperlukan waktu sekitar 30-45 hari untuk sampai berukuran yuwana (juvenile).

Tetapi, jika yang ditebar tokolan, diperlukan waktu sekitar 20-25 hari untuk sampai berukuran yuwana.

Udang dewasa

Setelah berukuran yuwana, pembesaran dilanjutkan sampai panen ukuran (size) 40, yaitu 40 ekor/kg atau 25 gram/ekor.

Lama waktu pembesaran dari ukuran yuwana sampai ukuran konsumsi tersebut sekitar 105-120 hari.

Dihitung secara normal, jika benih yang ditebar ukuran PL12 pada pembesaran, maka diperlukan waktu pemeliharaan pembesaran sekitar 5-6 bulan sampai panen ukuran 40.

Pembesaran udang windu budidaya dilakukan di tambak ekstensif (tradisional), semi-intensif, atau intensif.

Kandungan nutrisi udang windu

Setelah memahami siklus hidup udang windu, kita perlu juga mengetahui kandungan nutrisinya agar kita mengerti manfaat mengonsumsi udang tersebut.

Dikutip dari hellosehat.com, kandungan nutrisi udang windu sebagai berikut:

  • Air
  • Kalori
  • Protein
  • Lemak
  • Karbohidrat
  • Mineral: kalsium, posfor, zat besi, natrium, kalium, tembaga, dan seng (zinc).
  • Vitamin: thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), dan niacin (vitamin B3).

Berkat nutrisi tersebut di atas, mengonsumsi udang windu sekitar 225 gram (9 ekor untuk bobot 25 gram/ekor) sekali seminggu bermanfaat bagi kesehatan.

Beberapa manfaat mengonsumsi udang, termasuk udang windu:

  • Membantu menurunkan berat badan.
  • Mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
  • Mencegah efek penuaan dini.
  • Meningkatkan fungsi otak.
  • Mencegah risiko osteoporosis (kerapuhan tulang).

Nah, sahabat AGRIKAN.ID, demikianlah siklus hidup udang windu dan manfaatnya bagi kesehatan.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

(AGRIKAN.ID merupakan media online pangan dan agribisnis. Terima kasih mendukung pengembangan media independen ini, dengan memberikan donasi melalui Bank BCA).

Referensi:

  1. SNI 01-6142-2006 Induk udang windu Penaeus Monodon (Fabricius, 1798).
  2. SNI 01-6423-2006 Benih udang windu Penaeus Monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar.
  3. SNI-6424-2006 Produksi benih udang windu Penaeus monodon (Fabricius, 1798) kelas benih sebar.
  4. Supito dkk. 2017. Petunjuk Teknis Teknik Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) Pola Sederhana Melalui Penerapan BMPs (Best Management Practices). Jepara: Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau, Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
  5. 2000. Budidaya Udang Windu. Jakarta: BPPT.
  6. https://www.nature.com/articles/s41598-020-61559-1.
  7. https://aquadocs.org/bitstream/handle/1834/21637/AEM01.pdf?sequence=1.
  8. https://www.dunia-perairan.com/2020/02/klasifikasi-morfologi-udang-windu.html.
  9. https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/bahaya-manfaat-makan-udang/.