AGRIKAN.ID – Nilai ekspor produk perikanan Indonesia 2017 – 2022 cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2017 nilainya sekitar US$4.253 juta meningkat menjadi US$6.242 juta pada tahun 2022.
Ekspor periode Januari-Februari meningkat rata-rata 6,8%/tahun dari US$608 juta pada tahun 2017 menjadi US$858 juta tahun 2023. Dibanding Januari-Februari 2022, ekspor Januari-Februari 2023 menurun 12,7%.
Impor periode Januari-Februari meningkat rata-rata 12,2%/tahun dari US$60 juta pada tahun 2017 menjadi US$112 juta tahun 2023. Tapi impor Januari-Februari 2023 meningkat 39,4% dibanding Januari-Februari 2022.
Lihat juga: Ekspor Induk Udang Vaname
Neraca perdagangan (selisih ekspor dan impor) periode Januari-Februari meningkat rata-rata 6,4%/tahun dari US$548 juta pada tahun 2017 menjadi US$746 juta pada tahun 2023.
“Mudah-mudahan kenaikan ekspor ini bisa terus kita dorong,” kata Erwin Dwiyana, Direktur Pemasaran, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan Perikanan pada Webinar Monthly Series yang diadakan Fishlog, Kamis, 30 Maret 2023.
“Peran teman-teman pelaku usaha sangat penting bagaimana kita bisa meningkatkan surplus perdagangan Indonesia,” tambahnya.
Komoditas utama ekspor produk perikanan Indonesia
“Dari sisi komoditas utama ekspor produk perikanan Indonesia, sampai saat ini udang masih menjadi komoditas utama, kemudian diikuti tuna-cakalang-tongkol, cumi-sotong-gurita, rumput laut, dan terakhir rajungan-kepiting,” kata Erwin.
Ekspor udang periode Januari-Februari 2023 sekitar US$277,31 juta atau menurun 30,56% dibanding periode Januari-Februari 2022.
Lihat juga: Siklus hidup udang vaname
Ekspor tuna-cakalang-tongkol sekitar US$144,53 juta, cumi-sotong-gurita sekitar US$99,05 juta, rumput laut US$75,70 juta, rajungan-kepiting US$70,05 juta, dan lainnya US$190,95 juta untuk periode Januari-Februari 2023.
Negara tujuan ekspor produk perikanan Indonesia
“Amerika Serikat masih menjadi pasar tujuan utama, walaupun mungkin pasar Amerika Serikat ini (selama) tiga tahun terakhir mengalami penurunan, terutama di komoditas udang,” kata Erwin.
“Kemudian diikuti Tiongkok, yang juga potensi pasar yang cukup menjanjikan, karena kami lihat untuk udang sendiri mengalami peningkatan ekspor kita akhir tahun lalu. Jadi potensi ini perlu kita dorong untuk terus bisa dilakukan peningkatan ekspor kita, khususnya di Tiongkok,” tambahnya.
“Kemudian Jepang menjadi pasar ketiga, diikuti kawasan ASEAN, kemudian baru Uni Eropa,” katanya.
Untuk periode Januari-Februari 2023, nilai ekspor ke Amerika Serikat sekitar US$304,67 juta dengan komoditas utama udang, rajungan-kepiting, tuna-tongkol-cakarang, cod, dan tilapia (nila).
Lihat juga: Daur hidup ikan nila
Ekspor ke Tiongkok untuk Januari-Februari 2023 sekitar US$140,52 juta dengan komoditas utama rumput laut, cumi-sotong-gurita, udang, rajungan-kepiting, dan layur-gulama-croakers.
Ekskpor ke Jepang untuk Januari-Februari 2023 sekitar US$114,34 juta dengan komoditas utama udang, tuna-tongkol-cakalang, mutiara, rajungan-kepiting, dan cumi-sotong-gurita.
Ekspor ke ASEAN untuk Januari-Februari 2023 sekitar US$108,76 juta dengan komoditas utama tuna-tongkol-cakalang, cumi-sotong-gurita, udang, rajungan-kepiting, dan surimi.
Lihat juga: Siklus hidup udang windu
Ekspor ke Uni Eropa (27 negara) Januari-Februari 2023 sekitar US$50,06 juta dengan komoditas utama cumi-sotong-gurita, tuna-tongkol-cakalang, rumput laut, udang, dan rajungan-kepiting.
Persyaratan ekspor produk perikanan
Menurut Erwin, persyaratan ekspor terus berkembang, yang mencakup tiga aspek, yaitu quality and safety (kualitas dan keamanan), sutainability (keberlanjutan), dan third party certification (sertifikasi atas permintaan pembeli). “Sertifikasi atas permintaan pembeli semakin berkembang,” katanya.
Standar global terkait dengan sustainability mencakup tiga hal, yaitu International Standards and Guidelines, Regulations, dan Non-Regulatory Standards.
Untuk standar internasional yang disepakati seluruh negara antara lain dikeluarkan FAO (Food and Agriculture Organization) terkait eco-labelling dan sustainable fisheries, aquaculture certification, dan pengelolaan perikanan tangkap.
Lihat juga: Tambak udang berbasis kawasan
Untuk regulasi diterapkan oleh beberapa negara pembeli seperti Eropa yang menerapkan undang-undang atau hukum tentang pangan. “Uni Eropa menjamin konsumennya dengan produk perikanan dan budidaya ikan,” kata Erwin.
Jepang (Japan Marine Ecolabel) menerapkan regulasi penerapan dokumentasi penangkapan atau sertifikasi hasil tangkap. Amerika Serikat menerapkan US Seafood Import Monitoring Program.
Untuk standar non-regulasi antara lain ISO 22000 dan ISO 1875:2011, Environtmental Standard for Sutainable Fishing (MSC), penangkapan ikan terkait dengan National Marine Fisheries Service Dolphin Safe Certification (NMFS), dan Global Aquaculture Alliance (GAA).
Potensi manfaat sertifikasi produk perikanan
- Kenaikan harga (premium price).
- Hubungan dengan klien meningkat.
- Peningkatan pengelolaan untuk jangka panjang (sustainability) perikanan.
- Pengetahun lebih baik untuk asal produk atau komoditas perikanan.
- Peningkatan akses pasar.
- Citra publik yang meningkat.
- Diferensiasi produk dan segmentasi pasar.
Nah, untuk meningkatkan ekspor produk perikanan wajib menerapkan persyaratan ekspor dengan bukti sertifikasi sehingga diharapkan tren ekspor produk perikanan Indonesia terus berkembang.
Syatrya Utama | Jurnalis dan Alumni IPB University | Email: syatrya_utama@yahoo.com.
Referensi:
Makalah Erwin Dwiyana, Direktur Pemasaran, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan judul, Revolusi Industri 4.0 Era Digitalisasi: Sertifikasi Perikanan Mendukung Konsorsium Sumber Daya Perikanan Indonesia ke Kancah Dunia. Dari acara Webinar Monthly Series Fishlog, Kamis, 30 Maret 2023.