
AGRIKAN.ID – Artikel hilirisasi pertanian ini disunting dari paparan yang disampaikan Prof. Dr. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2001 – 2004, pada hari ulang tahunnya ke-80, Kamis, 17 April 2025, di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, Jawa Barat.
Sebagaimana kita ketahui, pada era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat Ini, ditargetkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun.
Pertumbuhan yang tinggi tersebut diperlukan Indonesia agar pada saat 100 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 2045, dapat menjadi Top-10 ekonomi dunia dengan PDB (Produk Domestik Bruto) sekitar USD6.988 miliar dengan pendapatan per kapita sekitar USD21 ribu atau naik sekitar 4 kali lipat dari saat ini.
Selain pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto juga menargetkan pencapaian ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Lihat juga: Agribisnis, cara baru melihat pertanian
Indonesia yang saat ini berpenduduk sekitar 280 juta orang dan diperkirakan mencapai sekitar 330 juta orang pada tahun 2045, memerlukan pangan dan energi yang cukup besar.
Menyerahkan kebutuhan pangan dan energi kepada pasar dunia memang sangat berisiko bagi Indonesia.
Karena itu, membangun kemandirian pangan dan energi domestik menjadi target penting dalam pembangunan.
Target ketahanan pangan dinilai makin urgen diwujudkan mengingat kebutuhan pangan Indonesia masih bertumbuh terus dan sampai saat ini sebagian bahan pangan kebutuhan domestik masih diimpor seperti kedelai, gandum, gula, dan susu.
Demikian juga ketahanan energi dijadikan target nasional.
Selain karena kebutuhan energi masih bertumbuh terus, juga perlunya membangun kemandirian energi yang ditopang energi baru terbarukan (EBT) untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memelihara kelestarian lingkungan.
Dengan target-target strategis tersebut, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana strategi industrialisasi yang ditempuh Indonesia ke depan agar pertumbuhan ekonomi dicapai sekitar 8 persen per tahun dan ketahanan pangan dan energi dapat tercapai?
Nilai tambah hilirisasi pertanian
Untuk membangun basis pertumbuhan ekonomi 8 persen per tahun, pemerintah mendorong industrialisasi yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan hilirisasi. Ada hilirisasi tambang, hilirisasi migas (minyak dan gas), dan hilirisasi pertanian.
Pada kesempatan ini fokus kita pada hilirisasi pertanian dalam arti luas karena hilirisasi pertanian yang mampu mewujudkan ketahanan pangan dan energi (sebagian) serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan daerah, dan pemerataan pendapatan.
Hilirisasi pertanian atau yang juga dikenal dengan pengembangan industri hilir pertanian atau agroindustri, merupakan pendalaman dan perluasan industri-industri pengolahan hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar dan lebih beragam serta menghasilkan produk berbasis pertanian yang lebih bermutu dengan aplikasi yang lebih luas.
Lihat juga: Klaster sawit, terbaik terapkan sistem agribisnis
Hilirisasi pertanian di indonesia telah lama berlangsung. Ribuan produk baru yang sudah kita nikmati hasil dari hilirisasi pertanian, baik produk pangan, produk biomaterial, maupun produk bioenergi.
Dalam produk bioenergi kita sudah menghasilkan dan menikmati biodiesel sawit, dan segera menyusul bensin sawit, avtur sawit, bioetanol, dan lain-lain pengganti energi fosil.
Meskipun hilirisasi sudah berlangsung lama, secara agregat hilirisasi pertanian hingga saat ini masih terlalu dangkal. Hal ini tercermin dari rasio nilai tambah sektor industri agro dengan sektor pertanian tahun 2023 yang masih bergerak di sekitar angka satu.
Melalui hilirisasi pertanian yang makin dalam akan dapat memperoleh nilai tambah 3-10 kali dari nilai tambah sektor pertanian.
Dengan nilai tambah sektor pertanian pada tahun 2023 sekitar Rp 1.464 triliun, seharusnya dapat menghasilkan nilai tambah hilir setidaknya Rp 4.000 triliun sampai dengan Rp 14.000 triliun.
Artinya peluang untuk memanen pertumbuhan “kue ekonomi” dari hilirisasi pertanian masih sangat-sangat besar.
Pembangunan sistem agribisnis
Hilirisasi pertanian atau disebut juga pengembangan downstream-agribusiness (agribisnis hilir) ditujukan untuk konsumsi domestik, promosi ekspor, dan substitusi impor.
Kontribusi ekspor produk hilir pertanian (agroindustri) hingga saat ini masih terbesar (sekitar 70 persen) dalam ekspor industri non migas.
Peluang memperbesar kontribusi devisa negara dari ekspor produk hilir pertanian masih cukup besar.
Selain untuk promosi ekspor, hilirisasi pertanian untuk substitusi impor juga potensial untuk menghemat devisa.
Sampai saat ini masih banyak produk-produk hilir pertanian yang diimpor padahal dapat dihasilkan di dalam negeri.
Demikian juga produk-produk petrofosil dan energi fosil yang kita impor seperti bensin, diesel, avtur, dan pelumas, berpeluang kita hasilkan dengan hilirisasi pertanian untuk substitusi impor.
Lihat juga: Peluang kembangkan blog agribisnis
Hilirisasi pertanian (downstream agribusiness) akan bertumbuh secara sustainable (berkelanjutan) jika didukung oleh penyediaan bahan baku secara berkelanjutan, yakni pertanian (on farm agribusiness) dan industri hulu pertanian (upstream agribusiness) seperti industri pembibitan, industri agro-otomotif, dan industri agro-kimia yang kita sebut huluisasi pertanian.
Huluisasi yang dimaksud mencakup transformasi proses produksi hulu dari factor-driven (fase awal) ke innovation-driven (faktor yang didorong oleh inovasi).
Dengan kata lain, hilirisasi pertanian memerlukan dukungan huluisasi pertanian.
Jika dukungan sektor pertanian (termasuk industri hulu pertanian) tidak kuat dan tidak berkelanjutan, hilirisasi pertanian akan kesulitan bahan baku, mengalami decoupling (pemisahan) dengan ekonomi domestik dan berubah menjadi industri berbasis impor.
Hilirisasi pertanian yang didukung huluisasi pertanian dan industri hulunya, juga memerlukan dukungan sektor jasa (service for agribusiness) seperti infrastruktur, perbankan, asuransi, transportasi, pendidikan SDM (sumber daya manusia), dan riset-inovasi yang sesuai.
Sektor jasa tersebut didisain sebagai ekosistem untuk memfasilitasi bertumbuh dan berkembangnya hilirisasi pertanian yang didukung oleh sektor pertanian dan industri hulu pertanian.
Strategi industrialisasi yang demikian yakni hilirisasi pertanian (down-streaming agribusiness) yang didukung huluisasi yakni pertanian (on farm agribusiness) dan industri hulu pertanian (upstream agribusiness) serta difasilitasi oleh sektor jasa terkait (supporting service for agribusiness), kita namakan sebagai pembangunan sistem agribisnis.
Dua jalur hilirisasi pertanian suntikan darah segar ke dalam perekonomian
Hilirisasi pertanian (pembangunan sistem agribisnis dengan lokomotif industri hilir atau agroindustri) akan menyumbang pada target pertumbuhan 8 persen, setidaknya melalui dua jalur suntikan “darah segar” ke dalam perekonomian.
Pertama, melalui investasi hilir, on farm (usaha tani atau sektor pertanian), dan hulu agribisnis menjadi sumber pertumbuhan baru.
Kedua, melalui peningkatan devisa (hasil ekspor produk-produk agribisnis) dan penghematan devisa (substitusi impor).
Selain itu, hilirisasi pertanian akan menghela pembangunan daerah atau wilayah dan memberi kesempatan usaha bagi pelaku UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), koperasi, dan usaha besar.
Lihat juga: Tip praktis menulis feature agribisnis
Secara keseluruhan, sistem agribisnis yang di dalamnya terdapat hulu, on farm (usaha tani atau pertanian), hilir (agroindustri), dan jasa pendukung, memiliki multiplier (pengganda) terhadap pendapatan, output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja, yang lebih tinggi dari sektor-sektor ekonomi nasional.
Alhasil, dengan hilirisasi pertanian sebagai lokomotif akan menarik sistem agribisnis secara keseluruhan dan selanjutnya akan menarik perekonomian nasional secara keseluruhan.
Hilirisasi pertanian yang pendalamannya didukung oleh sektor pertanian, hulu pertanian, dan jasa pendukung, secara built in (bawaan) akan menghadirkan ketahanan pangan dan ketahanan energi yang berbasis pada keragaman sumber pangan dan energi di setiap daerah.
Ketahanan pangan dan ketahanan energi yang demikian selain lebih efisien, juga berbasis renewable energy (energi terbarukan) dan lebih rendah karbon atau lebih sustainable (berkelanjutan)
Dengan hilirisasi pertanian, Indonesia akan bertumbuh secara berkelanjutan, dengan rakyat yang sejahtera bersama-sama.
Betapa indahnya pesona hilirisasi pertanian dengan pendekatan agribisnis.
Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com
Referensi:
- Krisnamurthi, B. dkk. 2010. Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Agribisnis. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
- Bungaran, S. 2025. Hilirisasi Pertanian Membutuhkan Pendekatan Agribisnis: Sebuah Refleksi Pemikiran. Makalah 80 Tahun Bungaran Saragih. Disampaikan di IICC, Bogor, Kamis, 17 April 2025.
Lihat Ebook: Panduan Praktis Menulis Artikel