Keunggulan lele sangkuriang 2
Lele sangkuriang 2. Sumber: kompas.com.

Ada beberapa kriteria yang biasa digunakan untuk memilih jenis lele yang dibudidayakan, terutama untuk segmen pembesaran.

  1. Panjang ikan pada pembesaran selama 2 bulan.
  2. Bobot iklan pada pembesaran selama 2 bulan.
  3. Sintasan ikan pada pembesaran selama 2 bulan.
  4. FCR (feed conversion ratio) pada pembesaran selama 2 bulan.
  5. Pertumbuhan harian rata-rata pembesaran.
  6. Edible portion (bagian yang dapat dimakan) pada pembesaran selama 2 bulan.

Di dalam praktik, selain keenam hal di atas, ada juga pemilihan lele budidaya berdasarkan ketersediaan bibit di sekitar lokasi budidaya dan daya terima pasar terhadap lele tersebut.

Di lapangan, ada 10 jenis lele yang biasa dibudidayakan di Indonesia:

  1. Lele dumbo
  2. Lele sangkuriang 1
  3. Lele sangkuriang 2
  4. Lele phyton
  5. Lele dumbo paiton
  6. Lele masamo
  7. Lele CP strain pabuaran
  8. Lele mandalika
  9. Lele mutiara
  10. Lele lokal

Lele dumbo

Lele dumbo merupakan persilangan lele lokal Afrika (Clarias gariepenus) dengan lele lokal Taiwan (Clarias fuccus). Lele asal Taiwan ini diintrodusir ke Indonesia pada 1985.

Lele yang dapat hidup di dataran rendah, sedang dan tinggi ini (maksimal 700 m di atas permukaan laut), ukurannya besar, daya tetas tinggi, mampu beradaptasi dengan baik, daya tahan hidup tinggi, dan budidaya mudah.

Lele yang didatangkan oleh PT Cipta Mina Sentosa pada 1985-1986 ini mempunyai rasio konversi pakan (feed conversion ratio atau FCR) sekitar 1,3–1,4. Maksudnya, untuk menghasilkan satu kilogram lele dumbo diperlukan pakan 1,3– 1,4 kg.

Waktu pemeliharaan yang diperlukan untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi (8-10 ekor per kg) sejak menebar benih berukuran 5-6 cm sekitar 90–120 hari.

Seiring waktu, peternak lele banyak melakukan perkawinan lele dumbo sedarah sehingga sifat-sifat unggul lele dumbo menurun seperti pertumbuhannya lambat, mudah terserang penyakit dan sebagainya.

Karena itu berbagai upaya dilakukan untuk memperoleh lele unggul. Sekarang ini dikenal beberapa varietas lele dumbo unggul seperti paiton, sangkuriang (1 dan 2), phyton, dan masamo.

Lele sangkuriang 1

Lele sangkuriang 1 merupakan persilangan balik (backcross) lele dumbo induk betina F2 (generasi kedua) dengan induk jantan F6 (generasi keenam), yang merupakan keturunan induk betina F2.

Dari perkawinan ini didapat F2-6. Lele induk jantan F2-6 ini dikawinkan lagi dengan F2, diperoleh lele sangkuriang 1.

Lele sangkuriang 1.

Lele yang dikembangkan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat, ini dirilis berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP 26/MEN/2004 tertanggal 21 Juli 2004 tentang Pelepasan Varietas Ikan Lele sebagai Varietas Unggul.

Di dalam SK itu disebutkan bahwa lele varietas unggul ini dikenal dengan lele sangkuriang.

Lele ini banyak dibudidayakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan lainnya.

Lele sangkuriang 2

Lele sangkuriang 2 merupakan persilangan lele sangkuriang 1 betina dengan lele Afrika populasi Thailand jantan.

Lele yang dikembangkan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat, ini dirilis berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 28/KEPMEN-KP/2013 tertanggal 20 Juni 2013 tentang Pelepasan Benih Sebar Hibrida Ikan Lele Sangkuriang 2.

Lele sangkuriang 2.

Lele phyton

Lele phyton merupakan persilangan induk lele dumbo eks Thailand generasi kedua (F2) dengan lele lokal di Desa Banyumundu, Kecamatan Keduhejo, Pandegelang, Banten.

Penyilangan ini dilakukan Kelompok Pembudidaya Ikan Air Tawar Sinar Kehidupan (SKA) yang belajar secara otodidak.

Setelah melakukan coba dan salah (trial and error) selama sekitar dua tahun akhirnya pada 2004 lahir ikan lele phyton.

Mereka melakukan penyilangan itu karena pada malam hari suhu udara di desa ini sekitar 17°C sehingga lele dumbo tidak bisa bertahan hidup.

Karena itulah mereka menyilangkan lele dumbo dengan lele lokal di sana.

Tidak diketahui dari generasi keberapa lele lokal yang dikawinkan dengan lele dumbo karena sudah bertahun-tahun dikembangkan di sana. Lele lokal mampu beradaptasi dengan iklim di desa itu.

Lele yang banyak dibudidayakan di Jawa Barat, terutama di Bogor dan sekitarnya ini, memiliki sintasan (survival rate) lebih dari 90%.

Lele yang rasanya gurih ini bisa beradaptasi di daerah panas.

Rasio konversi pakan (FCR) sekitar 1.

Lele dumbo paiton

Lele dumbo paiton merupakan lele dumbo yang indukannya dikembangkan PT Central Proteinaprima Tbk di Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

Lele dumbo paiton ini banyak dibudidayakan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan daerah lainnya.

Sedangkan indukan lele dumbo paiton ini banyak digunakan para pembenih di Kediri, Madiun, Tulungagung, Malang, Mojokerto, Jombang, dan daerah lainnya.

Lele masamo

Asal usul lele masamo ini dari Afrika. Calon induk lele masamo ini diimpor oleh PT Matahari Sakti, perusahaan pakan di Surabaya.

Lele ini dibesarkan di Puri, Mojokerto, Jawa Timur. Nama masamo dari singkatan Matahari Sakti Mojokerto.

Lele masamo.
Lele masamo. Sumber: trobosaqua.com.

Ikan ini banyak dibudidayakan di Pekalongan dan sekitarnya, Yogyakarta dan Pare.

Sifat lele ini: bertubuh besar, rakus pakan tapi efisien, keseragaman tinggi, toleran terhadap stres tinggi, ketahanan penyakit tinggi dan sifat kanibal rendah.

Lele CP strain pabuaran

Lele CP strain pabuaran ini dikembangkan PT Central Proteinaprima Tbk.

Lele ini diklaim tahan penyakit, pertumbuhannya lebih cepat, ukurannya lebih panjang, daging lebih tebal, kepala lebih kecil dan bobot lebih tinggi.

Waktu pemeliharaan relatif pendek. Misalnya, untuk menghasilkan lele konsumsi (ukuran 8-10 ekor per kg) sejak ditebar benih berukuran 7-8 cm hanya memerlukan waktu 54 hari.

Rasio konversi pakan (FCR) 1-1,03.

Sintasan pada pembesaran lele ini sekitar 85-90%.

Lele mandalika

Lele mandalika merupakan persilangan lele sangkuriang betina dengan lele masamo jantan.

Hasil hibridisasi ini dilakukan instalasi Balai Benih Ikan Batu Kumbung, Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar, Dinas Kelautan dan Perikanan Nusatenggara Barat.

Lele mandalika.

Pelepasan benih sebar ini dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 42/KEPMEN-KP/2014 tertanggal 22 Juli 2014 tentang Pelepasan Benih Sebar Ikan Lele Mandalika.

Lele mutiara

Lele mutiara ini dikembangkan Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sukamandi, Jawa Barat.

Lele mutiara ini diklaim pergerakannya lincah, nafsu makannya kuat, efisiensi pakan tinggi, pertumbuhan tinggi dan keseragaman tinggi sehingga mengurangi sortir.

Lele lokal

Menurut Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, spesies ikan lele di Indonesia terdiri atas lele lokal Indonesia (16 spesies), lele Afrika (Clarias gariepinus, Burchell, 1822) dan lele Indochina (Clarias macrocephalus, Gunther, 1864).

Ikan lele lokal Indonesia yang telah berhasil dibudidayakan adalah Clarias batrachus dan Clarias meladerma.

Spesies lele lokal di Indonesia.

Tetapi, pada umumnya spesies-spesies ikan lele lokal Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang rendah dan rentan terhadap berbagai penyakit. Akibatnya, budidaya lele lokal Indonesia kurang berkembang.

Pada dasawarsa 1970-an lele lokal Clarias batrachus sangat terkenal dan tersebar luas di seluruh Indonesia. Lele ini banyak dibudidayakan di Jawa Timur.

Setelah PT Cipta Mina Sentosa mendatangkan lele dumbo pada 1985-1986, usaha pembudidayaan lele lokal banyak ditinggalkan peternak lele.

Bayangkan, ukuran lele dumbo yang berumur 60 hari setara ukuran lele lokal berumur 365 hari.

Wajar, jika kedatangan lele dumbo membuat peternak lele berpaling dari lele lokal.

Referensi:

  1. Amri, Khairul dan Khairuman. 2014. Panen Rupiah dari Budidaya Lele: Teknik Bioflok. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  2. Murniyati; Suryaningrum, Dwi; dan Muljanah, Ijah. 2013. Membuat Filet Lele & Produk Olahannya. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
  3. Suprapto, NS, Ir. dan Samtafsir, Legisan S., M.Ag. 2013. Biofloc-165: Rahasia Sukses Teknologi Budidaya Lele. Depok, Jawa Barat: Penerbit Agro 165.
  4. SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP 26/MEN/2004 tentang Lele Sangkuriang 1.
  5. SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 28/KEPMEN-KP/2013 tentang Lele Sangkuriang 2.
  6. SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 42/KEPMEN-KP/2014 tentang Lele Mandalika.