Menyembelih sapi kurban harus mengenai hulqum, mar’i, dan wajadain atau trachea esopagus dan pembuluh darah arteri. Jadi, harus menyayat di belakang jakun.
Sapi kurban di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Iduladha dirayakan pada 10 Dzulhijjah 1442 H atau Selasa, 20 Juli 2021. Berkenaan dengan hal tersebut, Agrikan.id menulis tentang hewan kurban.

Tulisan ini disadur dari tulisan Drh. Supratikno, M.Si, PAVet, Divisi Anatomi Histologi dan Farmakologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, FKH IPB University, Bogor, di akun FB, 14 Juli 2020.

Tahun lalu, Agrikan.id sudah mendapat izin Supratikno untuk menyadur tulisan tersebut untuk dimuat di Agrikan.id.

Meski tulisan tersebut sudah diunggah di FB tahun 2020 dan sudah ditulis di Agrikan.id, tetapi informasinya masih relevan dan bermanfaat untuk publik pada Iduladha 2021 ini.

Karena itu, Agrikan.id kembali menuliskannya dengan senarai (rincian), dengan harapan akan lebih mudah dipahami awam.

Berikut ini 8 hal yang perlu Anda ketahui tentang sapi (hewan) kurban:

  1. Sapi kurban sudah musinnah.
  2. Stres kronis dan akut pada sapi.
  3. Penciuman, pendengaran, dan penglihatan sapi.
  4. Menekan bahu hewan saat menyembelih.
  5. Gunakan pisau sembelih yang sangat tajam.
  6. Menyembelih sapi sesuai dengan aturan.
  7. Dilarang menusuk dada sapi.
  8. Dilarang memenggal sapi sebelum mati.

Hewan kurban sudah musinnah

Pada hewan yang sudah musinnah (dewasa), pertumbuhan tulangnya sudah berhenti. Yang masih bertumbuh dan berkembang adalah daging dan lemaknya.

Proporsi tulang hewan yang sudah musinnah lebih rendah dibandingkan dengan proporsi daging dan lemaknya.

Selain itu, dengan hewan yang sudah dewasa, diharapkan sapi sudah beranak-pinak sehingga kelestariannya tetap terjaga.

Pada hewan muda, proporsi tulangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi daging dan lemaknya.

Baca juga: Tiga Kelas Potongan Daging Sapi

Lantas mengapa kita dilarang berkurban dengan hewan yang kurus?

Pada hewan kurus, yang berkurang itu dagingnya, sementara tulangnya relatif tetap.

Proporsi tulang hewan yang kurus lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi dagingnya.

Bukankah yang dikonsumsi itu dagingnya, bukan tulangnya? Kalau tulangnya, paling banter untuk menghasilkan kaldu.

Stres kronis dan akut pada sapi

Stres pada hewan mempengaruhi kualitas daging. Salah satu komponen di dalam daging adalah glikogen. Pada hewan stres kronis (berkepanjangan), kadar glikogennya sangat rendah.

Dengan rendahnya kadar glikogen, maka pembentukan asam laktat yang akan mengubah otot menjadi daging melalui proses enzimatis akan terganggu.

Daging hewan stres kronis menjadi dark (gelap), firm (alot), dan dry (kering).

Bagaimana dengan hewan stres akut, yang parah dalam waktu singkat sesaat sebelum penyembelihan?

Dalam keadaan hewan stres akut, glikogen terlalu cepat diubah menjadi asam laktat sehingga derajat keasaman (pH) turun drastis dan daya mengikat air turun.

Daging pada hewan stres akut menjadi pale (pucat), soft (lembek), dan exudative (berlendir).

Sapi dapat mencium aroma kortisol (hormon stres) pada darah sapi yang disembelih sebelumnya.
Harga sapi kurban tahun 2021. Pengiriman sapi di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).

Selain mempengaruhi kualitas daging, stres juga mempengaruhi pengeluaran darah pada saat penyembelihan.

Pada saat hewan stres, maka sistem simpatis akan teraktivasi, pembuluh darah mengecil, tekanan darah meningkat, serta darah banyak mengalir ke otak dan otot.

Karena itu, pada hewan stres yang disembelih, biasanya hewan tersebut akan lama matinya.

Mengapa?

Sebab, pada hewan stres yang disembelih, otaknya dibanjiri darah, darah banyak tertinggal di daging, dan risiko penyumbatan menjadi tinggi karena adanya kontraksi pembuluh darah.

Penciuman, pendengaran, dan penglihatan sapi

Penciuman sapi relatif jauh lebih tajam dari manusia. Sapi mampu mencium aroma darah dan stres.

Karena itulah hewan tidak boleh dekat dengan hewan yang sedang disembelih.

Sapi dapat mencium aroma kortisol (hormon stres) pada darah sapi yang disembelih sebelumnya.

Baca juga: Daging Sapi Meltique Serasa Wagyu

Demikian juga pada saat kita menangani sapi. Jika kita takut terhadap sapi, maka sapi bisa mencium hormon stres pada saat kita menangani sapi.

Dalam kondisi kita takut, sapi semakin berani terhadap kita. Karena itulah, jika takut dengan sapi jangan berani-berani. Sebaliknya, jika berani dengan sapi, jangan takut-takut.

Sapi juga mempunyai prilaku berdasarkan sensory modalities atau kemampuan dan keterbatasan organ indranya.

Sapi tidak nyaman dengan bunyi asahan pisau. Bukan sapi takut terhadap pisau dan asahan, tetapi takut terhadap suara gesekan pisau dengan asahan.

Karena itulah, kita dilarang mengasah pisau didekat sapi yang akan kita sembelih karena sapi tidak nyaman.

Selain tidak nyaman dengan bunyi gesekan pisau dan asahan, sapi juga mengerti suara jeritan atau suara hewan lain yang sedang stres atau yang sedang disembelih.

Karena itulah, jauhkanlah hewan hidup dari hewan lain yang sedang disembelih.

Bagaimana dengan penglihatan hewan ruminansia (seperti sapi dan kerbau)?

Pada umumnya, mata hewan ruminansia berada di samping sehingga penglihatannya lebih dominan monocular vision.

Yaitu, melihat bayang-bayang secara samar, tetapi lapang pandangannya menjadi sangat luas.

Karena penglihatannya monocular vision, sapi sangat terganggu jika banyak orang lalu-lalang di sekitarnya.

Penglihatan sapi juga bersifat dikromatik. Maksudnya, sapi hanya biasa membedakan warna dengan gelombang panjang seperti merah oranye dan kuning.

Karena itu, hindarilah menggunakan pakaian berwarna merah oranye dan kuning pada saat menangani sapi.

Menekan bahu hewan saat menyembelih

Mengapa Rasulullah (Nabi Muhammad SAW) selalu menekan bahu hewan dengan kaki kanannya pada saat menyembelih?

Ternyata di bahu hewan terdapat otot lebar yang merupakan satu-satunya otot badan yang diberi saraf langsung dari otak, yaitu nervus spinal accesorius ramus dorsal.

Dengan menekan bahu hewan pada saat menyembelih, maka hewan menjadi tenang.

Gunakan pisau sembelih yang sangat tajam

Mengapa menyembelih harus menggunakan pisau yang sangat tajam?

Dengan pisau yang tajam, sayatan yang dihasilkan menjadi halus, bersih, dan sekali sayatan.

Dengan sayatan yang halus, maka faktor-faktor pembekuan darah tidak teraktivasi sehingga darah lancar keluar, hewan cepat mati, dan cepat selesai penderitaannya.

Baca juga: Daging Merah atau Daging Putih

Semakin halus sayatannya, jumlah serabut serat yang teriris dan teritasi pisau menjadi minim sehingga mengurangi rasa sakit.

Dengan pisau yang sangat tajam, jumlah sayatan menjadi sedikit dan luka sayatan sempit sehingga mengurangi rasa sakit.

Menyembelih sapi sesuai dengan aturan

Menyembelih sapi kurban harus mengenai hulqum, mar’i, dan wajadain atau trachea esopagus dan pembuluh darah arteri. Jadi, harus menyayat di belakang jakun.

Mengapa?

Karena di situlah hulqum, mar’i, dan wajadain dalam posisi saling berdekatan sehingga sangat mungkin terpotong dalam satu kali sayatan di lokasi tersebut.

Selain itu, adanya sensor tekanan darah dan kadar oksigen yang letaknya berpadanan tinggi sejajar dengan jakun.

Pada saat menyembelih di belakang jakun, pembuluh arteri putus tetapi sensornya tetap utuh.

Baca juga: Tomahawk Beef Steak

Dengan demikian, sensor tetap bekerja memberikan sinyal ke batang otak (pons dan medulla oblongata) untuk memerintahkan jantung dan paru-paru bekerja lebih kuat.

Pada saat jantung memompa kuat, darah keluar melalui pembuluh arteri yang sudah terpotong.

Pada saat sapi menarik napas kuat, maka akan ada tekanan negatif di dada yang menyebabkan darah dari ujung badan terhisap masuk ke jantung dan selanjutnya dipompa keluar.

Dengan demikian, pengeluaran darah menjadi sempurna.

Dilarang menusuk dada sapi

Otak besar yang menjadi pusat kesadaran dan rasa sakit, mendapat pasokan darah melalui arteri carotis, yang dipotong pada saat sapi disembelih.

Fungsi otak besar akan sangat jauh berkurang setelah hewan kehilangan 30 persen darahnya.

Batang otak, yang merupakan pusat kehidupan (jantung dan napas) mendapat pasokan darah melalui arteri vertebralis yang berjalan di sepanjang tulang leher hewan.

Tindakan menusuk dada hewan akan memutus semua aliran darah, baik dari arteri carotis maupun arteri vertebralis, ke kepala sehingga semua bagian otak segera kehilangan fungsinya.

Padahal, diperlukan proses sakaratul maut untuk menuntaskan proses pengeluaran darahnya.

Selain itu, menusuk dada sapi juga berpotensi memutus serabut saraf dari ganglion stellatum yang berada di antara tulang iga pertama.

Akibatnya, pengaturan denyut jantung oleh sistem simpatis menjadi terputus.

Dilarang memenggal sapi sebelum mati

Pada saat sakaratul maut, batang otak harus tetap berkomunikasi dengan jantung melalui sumsum tulang belakang.

Jadi, sumsum tulang belakang harus tetap ada dan berfungsi selama proses sakaratul maut untuk membantu proses pengeluaran darah.

Karena itulah, dilarang memenggal sapi kurban sebelum sapi benar-benar mati.

Tindakan pemenggalan tersebut dapat mengganggu proses komunikasi batang otak dengan jantung selama proses sakaratul maut.

Nah, menurut Supratikno, jika kita mau sedikit belajar, selalu ada alasan logis dan ilmiah di setiap tuntunan yang diajarkan tentang sapi (hewan) kurban.

Tulisan ini merupakan salah satu cara berbagi informasi tentang hewan (sapi) kurban kepada masyarakat. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.