varietas jagung hibrida bioteknologi hasilnya tinggi
Keunggulan 8 varietas jagung hibrida bioteknologi yang dirilis di Indonesia.

AGRIKAN.ID – Kementerian Pertanian Indonesia sudah merilis 8 varietas jagung hibrida bioteknologi atau akrab disebut produk rekayasa genetik (PRG) pada tahun 2022 dan 2023.

Umur panen varietas jagung hibrida bioteknologi tersebut sekitar 99 – 108 HST (Hari Setelah Tanam) dengan potensi hasil 11,5 – 14,04 ton/hektare JPK-KA15% (jagung pipilan kering dengan kadar air 15%) atau rata-rata 8,9 – 9,0 ton/hektare JPK-KA15%.

Dari segi potensi hasil, varietas jagung hibrida bioteknologi tidak jauh berbeda dengan varietas jagung hibrida konvensional.

Lihat juga: Fase pertumbuhan tanaman jagung

Yang berbeda, rata-rata hasil penen varietas jagung hibrida bioteknologi bisa lebih tinggi dari varietas jagung hibrida konvensional.

Mengapa rata-rata hasil varietas jagung hibrida bioteknologi bisa lebih tinggi dari varietas jagung hibrida konvensional? Begini, jawabannya.

  • Pertama, varietas jagung hibrida bioteknologi toleran terhadap herbisida berbahan aktif glifosat (N-phosphonomethyl-glycine) sehingga lebih mudah membasmi gulma sebagai pesaing tanaman jagung dalam menyerap pupuk sehingga risiko kehilangan hasil panen bisa lebih rendah.
  • Kedua, varietas jagung hibrida bioteknologi tahan hama penggerek batang jagung (Asian Corn Borer) sehingga risiko kehilangan hasil panen gegara serangan hama tersebut bisa lebih rendah.
  • Ketiga, varietas jagung hibrida bioteknologi tahan penyakit bulai (Downy Midew) sehingga risiko kehilangan hasil panen gegara serangan penyakit tersebut bisa lebih rendah.
  • Keempat, varietas jagung hibrida bioteknologi tahan penyakit karat daun (Southern Rust) sehingga risiko kehilangan hasil panen gegara serangan penyakit tersebut bisa lebih rendah.
  • Kelima, varietas jagung hibrida bioteknologi tahan penyakit hawar daun (Northern Leaf Blight) sehingga risiko kehilangan hasil panen gegara serangan penyakit tersebut bisa lebih rendah.

Lihat juga: Adopsi benih bioteknologi

Tetapi, produsen benih varietas jagung hibrida bioteknologi dalam website-nya seperti Pendekar Sakti (NK212s-Bt11xGA21) hanya memaparkan kesaktian (toleran) terhadap penyemprotan herbisida berbahan aktif glifosat dan juga sakti (tahan) terhadap serangan hama penggerek batang.

Jagung hibrida bioteknologi toleran herbisida berbahan aktif glifosat

  • Herbisida berbahan aktif glifosat pertama kali dikomersialkan Monsanto tahun 1974 dengan merek dagang Roundup.
  • Setelah selama 20 tahun menjadi produk paten, pada tahun 2000 glifosat beralih dari produk paten menjadi generik sehingga dapat diproduksi produsen pestisida lainnya. Di pasar kita bisa menemukan berbagai merek herbisida berbahan aktif glifosat, baik produk paten maupun generik.
  • Dengan menanam varietas jagung hibrida bioteknologi, petani dapat membasmi gulma dengan menyemprotkan herbisida berbahan aktif glifosat. Sebab varietas jagung hibrida bioteknologi toleran (sakti atau aman) terhadap glifosat. Disemprot dengan herbisida berbahan aktif glifosat, gulmanya mati sementara jagungnya tetap tumbuh dengan baik.
  • Berbeda dengan varietas jagung hibrida konvensional yang tidak toleran terhadap herbisida berbahan aktif glifosat sehingga banyak petani menyiangi gulma secara manual seperti mencabut. Penyiangan gulma secara manual ini lebih banyak mengeluarkan biaya tenaga kerja.
  • Dengan menanam varietas jagung hibrida bioteknologi, petani lebih mudah menyiangi gulma dengan menyemprotkan herbisida glifosat sehingga biaya tenaga kerja bisa lebih efisien.

Lihat juga: Jagung hibrida bioteknologi Syngenta

Jagung hibrida bioteknologi tahan hama penggerek batang

  • Hama penggerek batang (Ostrinia purnacalis Guenee) menyerang semua bagian tanaman jagung pada fase vegetatif maupun generatif.
  • Kehilangan hasil panen gegara serangan hama tersebut dapat mencapai 80%.
  • Larva (ulat) yang baru menetas berwarna putih kekuningan, makannya berpindah-pindah. Ulat muda makan bagian alur bunga jantan. Setelah instar, ulat lanjut menggerek batang jagung.
  • Pengendalian hama penggerek batang jagung ini dilakukan secara teknis (misalnya memotong bunga jantan), dengan musuh alami (seperti Bacillus thuringiensis Kurstaki), dan insektisida.
  • Varietas jagung hibrida bioteknologi tahan serangan hama penggerek batang sehingga tidak perlu pengendalian secara teknis, dengan musuh alami, dan insektisida. Dengan demikian, hasil panen terjaga dengan baik dan biaya usaha tani lebih efisien.

Lihat juga: Keunggulan jagung hibrida bioteknologi

Jagung hibrida bioteknologi tahan penyakit bulai

  • Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora phillipphinensis yang luas sebarannya.
  • Pada varietas jagung yang rentan terhadap serangan penyakit bulai, kehilangan hasil panen dapat mencapai 100%.
  • Gejala penyakit bulai terlihat dengan adanya warna putih pada permukaan daun sampai kekuningan, yang diikuti garis-garis klorotik. Selain itu, pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat lapisan berbulu halus warna putih yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur.
  • Tanaman muda yang terinfeksi penyakit bulai, umumnya tidak menghasilkan buah. Jika yang terinfeksi tanaman sudah tua, buah masih terbentuk tetapi tidak sempurna dan tanaman kerdil.
  • Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan menanam varietas jagung yang tahan bulai, periode bebas tanam jagung 2 – 4 minggu di areal tanaman, tanam serempak, pemusnahan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi sampai ke akarnya (eradiksi), dan penggunaan fungisida.
  • Dengan menanam jagung hibrida bioteknologi, petani tidak perlu repot mengendalikan penyakit bulai karena tanaman jagung hibrida bioteknologi sendiri tahan penyakit tersebut.

Lihat juga: Persepsi positif bioteknologi

Jagung hibrida bioteknologi tahan penyakit karat daun

  • Penyakit karat daun disebabkan oleh cendawan Puccinia polysora.
  • Kehilangan hasil panen akibat penyakit karat daun dapat mencapai 45 – 50%.
  • Gejala penyakit karat daun ini berupa bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval pada permukaan daun di bagian atas dan bawah.
  • Penyakit karat daun dapat terjadi di dataran rendah sampai dataran tinggi dan berkembang pada musim hujan atau musim kemarau.
  • Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan penyakit tersebut, pemusnahan seluruh bagian tanaman yang terinfeksi sampai ke akarnya (eradiksi), termasuk gulma yang tumbuh di lokasi tanaman terinfeksi, serta penggunaan fungisida.
  • Dengan menanam jagung hibrida bioteknologi, petani tidak perlu repot mengendalikan penyakit karat daun karena tanaman jagung hibrida bioteknologi sendiri tahan penyakit tersebut.

Lihat juga: 7 Jenis tanaman jagung

Jagung hibrida bioteknologi tahan penyakit hawar daun

  • Penyakit hawar daun disebabkan oleh cendawan Helminthosporium turcicum.
  • Kehilangan hasil panen jagung akibat serangan penyakit hawar daun dapat mencapai 70%.
  • Pada tahap awal terinfeksi, gejalanya berupa bercak kecil berbentuk oval. Kemudian bercak makin memanjang berbentuk elips dan berkembang menjadi nekrotik yang disebut hawar. Warnanya hijau keabu-abuan atau cokelat. Panjang hawar 2,5 – 15 cm. Bercak muncul pertama kali pada daun terbawah, kemudian berkembang ke bagian atas.
  • Infeksi berat penyakit karat daun dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering.
  • Cendawan penyebab penyakit hawar daun ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot.
  • Pengendalian penyakit hawar daun dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan penyakit hawar daun, pemusnahan seluruh bagian tanaman terinfeksi sampai ke akarnya (eradiksi), dan penggunaan fungisida.
  • Dengan menanam varietas jagung hibrida bioteknologi, petani tidak perlu repot mengendalikan penyakit hawar daun karena varietas jagung itu sendiri tahan terhadap penyakit tersebut.

Lihat juga: Saat optimal memanen jagung

Tiga keunggulan menanam varietas jagung hibrida bioteknologi

Dengan toleran terhadap herbisida berbahan aktif glifosat, tahan hama penggerek batang, serta tahan penyakit bulai, karat daun, dan hawar daun, maka petani yang menanam varietas jagung hibrida bioteknologi bisa mendapat tiga keunggulan utama.

  • Pertama, mudah merawat tanaman jagung dari gangguan gulma, serangan hama penggerek batang, serta serangan penyakit bulai, karat daun, dan hawar daun.
  • Kedua, biaya usaha tani lebih efisien karena lebih sedikit menggunakan pestisida (untuk pengendalikan hama dan penyakit) dan juga biaya tenaga kerja.
  • Ketiga, meningkatkan hasil panen karena risiko kehilangan hasil dari kompetisi nutrisi antara jagung dan gulma serta kerusakan dan penurunan hasil panen akibat serangan hama penggerek batang, penyakit bulai, karat daun, dan hawar daun dapat dihindari secara bersamaan.

Kesejahteraan petani jagung hibrida bioteknologi

Dari uraian di atas, dengan menanam varietas jagung hibrida bioteknologi, petani dapat meningkatkan produktivitas (hasil panen) dan mengefisienkan biaya usaha tani.

Tetapi kesejahteraan petani tidak cukup hanya mengandalkan pada peningkatan produktivitas dan pengefisienan biaya usaha tani, namun juga memerlukan kepastian pasar dengan harga yang baik.

Karena itulah, salah satu cara untuk mendapatkan kepastian pasar adalah mengembangkan model agribisnis close loop (kemitraan agribisnis dari hulu sampai ke hilir) seperti yang dilakukan PT Bayer Indonesia di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, dengan pola Better Life Farming (BLF).

Bayer tidak hanya memasarkan benih jagung hibrida bioteknologi, tetapi juga bekerjasama dengan PT Seger Agro Nusantara, perusahaan yang menjadi pembeli siaga (off taker) jagung petani dengan harga yang baik sehingga petani mempunyai kepastian pasar.

Dengan model agribisnis close loop ini, para petani dan seluruh mitra di dalam rantai pasok jagung memperoleh manfaat. Petani menikmati produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan. Bayer menjual benih jagung hibrida bioteknologi. Seger bisa menjual jagung pipilannya ke pabrik pakan ternak.

Meski varietas jagung hibrida bioteknologi yang sudah dirilis tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi, menurut Andi M. Saleh, sampai sekarang varietas jagung hibrida tersebut belum dikomersialkan, masih pada tahap uji coba (trial) terhadap tanggapan petani.

“Sampai saat ini belum ada produksi jagung PRG dikomersialkan, masih tahap trial (uji coba) terhadap respon petani,” jelas Koordinator Kelompok Substansi Penilaian dan Penyebaran Varietas Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian itu, Selasa, 2 April 2024, melalui WhatsApp.

Meski dibilang belum dikomersialkan, tetapi di marketplace (pasar online) sudah ada yang menjual benih Pendekar Sakti (NK212s-Bt11xGA21) dengan harga Rp115.000 sampai Rp117.000 per kg.

Dari uji coba di lapangan, petani berminat menanam varietas jagung hibrida bioteknologi. Apalagi cara budidayanya hampir sama dengan varietas jagung hibrida konvensional.

Syatrya Utama | Email: konten.agrikan@gmail.com

Referensi:

  1. Kementerian Pertanian. 2024. Daftar Varietas Jagung Hibrida PRG (Produk Rekayasa Genetik) yang Telah Dilepas (S/d 2023). Jakarta: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.
  2. Said, M. Yasin dkk. 2011. Petunjuk Lapang Hama – Penyakit – Hara pada Jagung. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
  3. https://www.syngenta.co.id/nk-212s.
  4. https://pandawaid.com/id/sama-sama-glifosat-kenapa-harganya-berbeda/.