mengendalikan harga minyak goreng sawit
Minyak goreng sawit. Sumber: gimni.org.

Mengapa harga minyak goreng sawit meningkat pesat?

Antara lain karena harga minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO), bahan baku minyak goreng, relatif tinggi dan pernah menembus US$1.400/ton.

Indonesia menganut kebijakan pasar terbuka.

Ketika harga produk atau komoditas di internasional meningkat, maka harga di dalam negeri cenderung meningkat, begitu juga sebaliknya.

Tetapi, dari catatan AGRIKAN.ID, hanya PT Pertamina (Persero) yang pernah tidak menurunkan harga bensin dan solar pada tahun 2020 ketika harga minyak dunia anjlok gegara pandemi Covid-19.

Alasan PT Pertamina (Persero) pada waktu itu karena permintaan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri turun 25% sehingga kurang pantas jika perusahaan negara itu menurunkan harga BBM.

Kembali ke harga minyak sawit. Bagaimana ceritanya harga minyak sawit bisa meningkat tahun 2021?

Perlu diketahui, dari 17 jenis minyak nabati yang diproduksi di dunia, hanya 4 jenis yang menguasai pasar, yaitu:

  • Minyak sawit (palm oil).
  • Minyak kedelai (soybean oil).
  • Minyak rapa (rapeseed oil).
  • Minyak bunga matahari (sunflower oil).

Keempat jenis minyak nabati tersebut menguasai pangsa pasar sekitar 80%. Yang paling tinggi minyak sawit, baru diikuti minyak kedelai, minyak rapa, dan minyak bunga matahari.

Eropa sangat berkepentingan dengan kemajuan minyak rapa dan bunga matahari, unggulan mereka.

Pada tahun 2018 dan 2019, Eropa, salah satu importir minyak sawit, hobi menyerang minyak sawit Indonesia.

Bahkan Eropa mengenakan bea masuk antisubsidi 8 – 18% terhadap produk biodiesel sawit Indonesia.

Tentunya Eropa tidak ingin minyak sawit mengganggu pasar minyak rapa dan bunga matahari mereka.

Serangan Eropa tersebut membuat permintaan minyak sawit di dunia turun. Harga minyak sawit (CPO) pernah berkisar US$600 – 700/ton.

Hal tersebut merugikan petani sawit. Sebab, harga tandan buah segar (TBS) sawit menjadi berkisar Rp1.200 – 1.300/kg. Tentu keadaan ini membuat sekitar 4 juta petani sawit meradang.

Menerapkan biodiesel dan HET minyak goreng sawit

Sebagai Presiden, Jokowi merasa sedih melihat petani sawit Indonesia sakit kepala gegara tekanan Eropa. Hanya Inggris, setelah keluar dari Eropa, yang membela minyak sawit Indonesia.

Untuk meningkatkan permintaan minyak sawit di dunia, pada 1 September 2018 Indonesia menggalakkan biodiesel B20. Kemudian, 1 Januari 2020, Presiden Jokowi menerapkan biodiesel B30.

Kebijakan biodiesel tersebut membuat permintaan minyak sawit di dunia meningkat sekitar 8 juta ton untuk keperluan biodisel di Indonesia. Pelan-pelan harga minyak sawit dunia meningkat.

Petani sawit bergembira. September 2021 harga TBS meningkat menjadi sekitar Rp 2.400/kg. Pada Desember 2021 harga TBS meningkat lagi menjadi sekitar Rp 3.000/kg.

“Sebagai petani, kami sangat bergembira. Kebijakan Presiden Jokowi itu meningkatkan harga TBS,” kata Eko Yono, petani sawit di Desa Bukit Agung, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Perlu juga diketahui, melesatnya harga minyak sawit di pasar internasional juga dipengaruhi gangguan produksi kedelai yang menyebabkan produksi minyak kedelai turun, pesaing minyak sawit.

Tetapi meningkatnya harga minyak sawit dunia turut meningkatkan harga minyak goreng sawit di dalam negeri. Pada Desember 2021, harga minyak goreng sawit berkisar Rp18.000-19.000/liter.

Tentu konsumen minyak goreng sawit di Indonesia gerah. Untuk itu, pada Februari 2022, pemerintah menerapkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng sawit Rp11.500 – 14.000/liter.

HET ini mendapat dukungan subsidi dari dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Sumber dana BPDPKS ini berasal dari pungutan ekspor dan bea keluar minyak sawit.

Solusi pemerintah dengan menerapkan HET minyak goreng sawit dengan subsidi dari dana BPDPKS sudah bijak sehingga konsumen di dalam negeri bisa menikmati harga minyak goreng sawit yang rendah.

Harga kedelai meningkat, perajin tahu tempe meradang

Perubahan iklim La Nina di Amerika Selatan membuat produksi kedelai di Brazil dan Argentina terganggu.

Padahal, Brazil merupakan produsen kedelai nomor satu di dunia dan Argentina nomor tiga setelah Amerika Serikat.

Menurut nasdaq.com (7 Januari 2022), produksi kedelai di Brazil diperkirakan turun sekitar 8%.

Padahal, dalam keadaan normal, produksi kedelai di Brazil sekitar 139 juta ton atau 36,29% dari total produksi dunia, yang 383 juta ton.

Brazil dan Amerika Serikat (produksi kedelai 120,8 juta ton) merupakan eksportir kedelai terbesar di dunia.

Sementara China merupakan importir kedelai terbesar, yaitu sekitar 60% dari total perdagangan kedelai di dunia.

Biasanya China mengimpor kedelai sekitar 100 juta ton untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak, terutama pakan unggas dan babi. Selain itu untuk memproduksi minyak kedelai.

Yang digunakan untuk industri pakan itu adalah bungkil kedelai setelah diambil minyaknya.

Meski China sendiri merupakan produsen kedelai nomor empat di dunia dengan produksi sekitar 18 juta ton, tetapi China mempunyai kebijakan tidak banyak memproduksi kedelai.

Mengapa? Menurut penelitian China, produksi kedelai itu membutuhkan air yang relatif banyak sehingga mereka mempunyai kebijakan mengimpor kedelai dari Amerika Serikat.

Tetapi inflasi di Amerika Serikat yang 7% pada tahun 2021 dan 7,5% pada Januari 2022 membuat biaya produksi kedelai di Negeri Paman Sam itu meningkat.

mengendalikan harga kedelai impor
Kedelai. Sumber: pixabay.

Jadi, La Nina di Amerika Selatan dan inflasi di Amerika Serikat memicu kenaikan harga kedelai di dunia.

Menurut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Kamis, 17 Februari 2022, harga kedelai melompat dari sekitar US$12/bushel (gantang) menjadi US$18/bushel. Satu bushel sekitar 27,2 kg atau 0,0272 ton.

Kenaikan harga kedelai tersebut membuat perajin tahu tempe di Indonesia meradang. Sebab Indonesia impor bahan baku tahu tempe itu sekitar 3 juta ton/tahun.

Harga kedelai impor yang biasanya sekitar Rp9.500-10.000/kg meningkat menjadi sekitar Rp 12.000/kg. Jangan heran jika ada perajin tahu tempe yang sempat mogok produksi.

Petani kedelai lokal menikmati kenaikan harga

Tetapi petani kedelai lokal bergembira dengan kenaikan harga kedelai, bahan baku tahu tempe.

Dikutip dari bbc.com (23 Februari 2022), pada saat ini petani kedelai lokal bisa menjual kedelainya dengan harga Rp9.000-10.000/kg.

Dengan biaya produksi sekitar Rp6.000-6.500/kg, petani kedelai lokal bisa memetik keuntungan yang lumayan.

Padahal, sebelumnya, harga kedelai lokal kalah bersaing dengan kedelai impor. Akibatnya petani kurang bergairah menanam kedelai lokal.

Jangan heran jika produksi kedelai lokal di Indonesia kurang berkembang. Tahun lalu diperkirakan produksinya 0,6 juta ton. Padahal, dulu pernah di atas 1 juta ton.

Secara karakteristik, kedelai lokal ini sangat bagus untuk pembuatan tahu. Selain rendemennya lebih tinggi, rasa tahunya juga lebih enak. Pada umumnya, tahu sumedang menggunakan kedelai lokal.

Tetapi kedelai lokal ini kurang bagus untuk pembuatan tempe. Ukuran bijinya lebih kecil, kulit arinya sulit terkelupas pada saat pencucian, dan proses peragiannya lebih lama.

Dari segi budidaya, kedelai lokal sudah bisa dipanen pada umur 2-3 bulan, sedangkan kedelai impor pada umur 6 bulan.

Tetapi produktivitas kedelai impor bisa mencapai 3 ton/ha, sedangkan kedelai lokal di bawah 2 ton/ha.

Karena itu, seperti yang pernah dilontarkan Bayu Krisnamurthi, dosen IPB University, perlu diferensiasi penggunaan kedelai.

Kedelai lokal sebaiknya digunakan untuk produksi tahu, minyak kedelai, dan kecap, sedangkan kedelai impor dapat digunakan untuk produksi tahu tempe.

Dengan produksi minyak kedelai lokal, bungkilnya dapat digunakan untuk bahan baku pakan ayam. Selama ini industri pakan ayam di Indonesia mengimpor bungkil kedelai.

Menanam kacang koro pedang dan kedelai transgenik

Jumlah perajin tahu tempe di Indonesia sekitar 160 ribu dengan menyerap tenaga kerja sekitar 1,5 juta orang. Rata-rata setiap perajin menghasilkan 50-60 kg tahu tempe/hari.

Karena itulah, setiap tahun Indonesia membutuhkan kedelai impor sekitar 3 juta ton. Jika hal ini tidak diatasi, hampir dipastikan kenaikan harga kedelai ini seperti penyakit kambuhan.

Untuk itu pemerintah perlu menyediakan bahan baku tahu tempe yang mencukupi di dalam negeri. Salah satunya dengan menggunakan kacang koro pedang.

Menurut penelitian IPB University, produksi tempe dapat dicampur dengan 25% kacang koro pedang.

Dengan campuran kacang koro pedang 25% dan kedelai murni 75%, sifat fisik dan sensori tempe yang dihasilkan mirip dengan tempe kedelai murni.

Karena itulah, Senin, 24 Januari 2022, Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM, bekerjasama dengan Koperasi Paramasera menanam kacang koro pedang di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Selain itu, sejumlah petani juga berminat menanam kacang kedelai transgenik yang bibitnya bisa diimpor dari Amerika Serikat atau negara lainnya sehingga menghasilkan kedelai seperti kedelai impor.

Perlu diketahui, sebagian besar kedelai impor untuk bahan baku tahu tempe itu kedelai transgenik.

Karena itulah, petani berharap Presiden Jokowi bisa membuat kebijakan agar Indonesia bisa menanam kedelai transgenik.

Untuk tanaman transgenik, pemerintah baru mengizinkan penanaman tebu transgenik NXI-4T buah karya PT Perkebunan Nusantara XI bekerjasama dengan Universitas Jember dan Ajinomoto.

Presiden Jokowi menggunakan filosofi agribisnis

Suatu hari, petani jagung meminta kepada Presiden Jokowi agar harga jagung tinggi. Dengan senyum Jokowi meminta kepada petani jagung untuk memikirkan peternak dan konsumen ayam dan telur.

Mengapa? Jagung itu merupakan bahan baku utama industri pakan ayam. Jika harga jagung tinggi, maka harga pakan ayam akan naik. Dari sini terlihat bahwa Presiden Jokowi memperhatikan filosofi agribisnis.

Agribisnis, menurut Prof. Bungaran Saragih, terdiri atas enam subsistem, yaitu industri hulu, usaha tani (on farm), industri pengolahan, pemasaran, jasa penunjang, dan kebijakan.

Sebagai pembuat kebijakan, tentu Presiden Jokowi perlu memperhatikan pemangku kepentingan pada:

  • Industri hulu agribisnis (misalnya penjual benih, bibit, dan pupuk).
  • Usaha tani atau budidaya agribisnis (misalnya petani sawit dan kedelai).
  • Industri pengolahan agribisnis (misalnya perajin tahu tempe).
  • Pemasaran agribisnis (misalnya konsumen dan pedagang minyak goreng sawit dan tahu tempe).
  • Jasa penunjang agribisnis (misalnya logistik atau transportasi).

Sebagai contoh, ketika harga TBS sawit tertekan gegara serangan Eropa, Jokowi membuat kebijakan biodiesel B20 dan B30 sehingga harga TBS meningkat dan menyenangkan petani sawit.

Pada saat harga minyak goreng yang diolah dari minyak sawit meningkat, Presiden Jokowi membuat kebijakan HET Rp11.500-14.000/liter dengan dukungan subsidi dana BPDPKS.

Pada era pasar terbuka, dengan harga produk agribisnis di dalam negeri tergantung pada harga pasar internasional, menerapkan kebijakan dengan menggunakan filosofi agribisnis sangatlah bijak.

Presiden Jokowi berusaha memperhatikan rantai agribisnis sawit dan kedelai dari hulu sampai ke hilir.

Dalam membuat kebijakan, Presiden Jokowi berusaha agar konsumen tidak merasa berat membeli produk akhir agribisnis dan petani tetap memanen keuntungan.

Syatrya Utama | Email: syatrya_utama@yahoo.com

Referensi:

  1. Sipayung, T. 2015. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. Bogor: Palm Oil Agribusiness Strategic Institute (PASPI).
  2. https://www.spglobal.com/platts/en/market-insights/latest-news/agriculture/042921-global-soybean-2021-22-production-trade-reaches-record-high-igc.
  3. https://www.world-grain.com/articles/15809-china-soybean-imports-expected-to-rise-in-2021-22.
  4. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60468388.
  5. https://dpis.ipb.ac.id/kebijakan-harga-kedelai-dan-perlindungan-petani/.
  6. https://www.nasdaq.com/articles/la-nina-seen-hurting-grain-crops-in-brazil-rains-delay-soy-harvest.
  7. https://agfax.com/2022/02/11/south-american-corn-soybeans-la-nina-continues-to-affect-crops/.